Menuju Olimpiade Paris 2024, Perjuangan Tim Angkat Besi Indonesia Dimulai
Tim angkat besi Indonesia akan memulai perjuangannya menuju Olimpiade Paris 2024. Mereka akan berlaga dalam babak kualifikasi pertama pada Kejuaraan Dunia di Bogota, Kolombia.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali melepas tim nasional angkat besi Indonesia untuk berlaga dalam babak pertama kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Tim berfokus meraup tiket ke olimpiade melalui Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Bogota, Kolombia.
Tim nasional angkat besi Indonesia terdiri atas 12 orang, yakni tujuh putri dan lima putra. Mereka akan bertarung dalam Kejuaraan Dunia yang diselenggarakan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) pada 5-16 Desember 2022.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali terus menyemangati dan mengapresiasi perjuangan para atlet, pelatih, dan manajer angkat besi Indonesia. Zainudin menegaskan, keberangkatan mereka atas nama negara demi mengharumkan Tanah Air di kancah internasional.
“Kalian semua hadir di pentas tunggal dunia ini membawa nama negara, bukan atas nama pribadi, bukan atas nama keluarga, bukan atas nama cabang olahraga. Namun, berangkat atas nama negara. Jadi lakukan segala upaya semaksimal mungkin dengan sportif dan disiplin,” tutur Zainudin di Auditorium Kemenpora, Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Menurut Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Djoko Pramono, para atlet angkat besi Indonesia akan menghadapi lawan-lawan yang sulit. Mereka akan bertemu dengan pesaing dari berbagai negara, bahkan dari rekan senegara pada kelas yang sama.
“Dalam satu kelas angkatan biasanya maksimum hanya 14 (atlet), ini sampai 50 (atlet). Jadi bisa dibayangkan kemungkinan akan dibuat dua panggung, sangat besar itu. Jadi, Kolombia memang agak berat, tetapi kita sudah siap dengan berkoordinasi terus,” ujar Djoko.
Setiap negara mendapat jatah enam kuota atlet angkat besi untuk mengikuti Olimpade Paris 2024. Guna mengantongi tiket “emas” itu, para atlet dapat melalui tujuh babak kualifikasi. Dari ketujuh turnamen itu, dua kejuaraan wajib diikuti dan sisanya berstatus pilihan.
Tim nasional angkat besi Indonesia wajib mengikuti dua kejuaraan dunia di Jeddah, Arab Saudi (2023) dan Phuket, Thailand (2024). Sementara, sejumlah turnamen disodorkan untuk jadi opsi, di antaranya Kejuaraan Asia di Jinju, Korea Selatan dan Kejuaraan Dunia di Riyadh, Arab Saudi yang akan berlangsung pada 2023.
Atlet-atlet nasional angkat besi Indonesia akan bertanding di sejumlah kelas. Atlet putri berlaga pada kelas 49 kilogram (kg) hingga 87 kg, seperti Windy Cantika (49 kg) dan Natasya Beteyob (59 kg), serta Restu Anggi (71 kg). Nurul Akmal ikut berpartisipasi di kelas +87 kg. Sementara, atlet putra akan berkompetisi di kelas 61-89 kg. Dua di antaranya adalah Eko Yuli Irawan (61 kg) dan Muhammad Zul Ilmi (89 kg).
Dalam pelepasan ini, Djoko mengusulkan supaya lifter-lifter nasional Indonesia ini dapat mengantongi bonus lebih besar dibanding ajang lain, seperti SEA Games. Usul ini dikatakan supaya para atlet termotivasi untuk mengikuti kompetisi internasional, tanpa membedakan ajang satu dengan lainnya.
“Mohon kebijaksanaan Menpora, suatu acara dengan peringkat lebih tinggi sebaiknya bonusnya memang lebih baik daripada acara-acara yang lebih rendah (kelasnya),” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Zainudin akan mempertimbangkan dan mengatur kembali persoalan bonus atlet sebab Olimpiade tergolong turnamen dengan kelas tertinggi.
“Gengsi lebih besar, tercatat dan ada organisasinya (Olimpiade). Nanti kita atur itu, jangan khawatir asal sesuai aturan,” kata dia.
Persoalan doping turut jadi fokus Zainudin. Ia mengingatkan para pelatih dan atlet agar bekerja sama untuk tidak mengonsumsi doping. Seluruh asupan yang masuk dalam tubuh atlet perlu diseleksi ketat, sebab senyawa doping itu banyak ditemui di berbagai obat-obatan lain.
“Kepada manajer dan pelatih, saya minta betul untuk memastikan tiap (makanan) yang dikonsumsi itu yang tidak tergolong doping, apakah itu obat penawar sakit, dan lain-lain,” ujar Zainudin.
Ia menambahkan, jangan sampai seluruh perjuangan para atlet ini dianulir karena persoalan doping, sehingga isu ini perlu diperhatikan.
Hal ini telah diantisipasi tim pelatih dan manajer. Asupan-asupan anak didiknya diperhatikan detail, apalagi Badan Anti-Doping Dunia (WADA) dapat menginspeksi atlet sewaktu-waktu.
Alhasil, Dirja dan tim selalu menyeleksi obat-obatan dan suplemen yang akan dikonsumsi para atlet. Konsultasi pada dokter wajib dilakukan jika ada atlet yang sakit, guna memastikan obat yang diminum tak mengandung senyawa doping.
“Jika sampai terdeteksi doping, atlet secara otomatis akan didiskualifikasi, bahkan dikeluarkan dari pemusatan latihan nasional apabila menggunakannya secara sengaja,” kata Dirja (Kompas.id, 29/11/2022).