Seperti julukannya, ”Singa Gigih”, Kamerun menunjukkan itu ketika menahan Serbia, Senin. Meski kecil, peluang kedua tim melaju ke fase gugur masih terbuka.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
AL WAKRAH, SENIN — Vincent Aboubakar, penyerang Kamerun, menjadi pemain pengganti yang terbukti bisa memberikan efek paling besar bagi timnya hingga di laga kedua babak penyisihan Piala Dunia 2022. Hanya dalam waktu 11 menit tampil di lapangan, ia bisa membawa Kamerun menyamakan margin dua gol dari Serbia pada laga di Stadion Al Janoub, Al Wakrah, Senin (28/11/2022).
Wartawan KompasM Ikhsan Mahar dari Al Wakrah, Qatar, melaporkan, Aboubakar masuk menggantikan gelandang bertahan, Martin Hongla, pada menit ke-55 ketika timnya tertinggal 1-3. Aboubakar langsung menunjukkan pengaruhnya dengan mencetak gol untuk memperkecil kedudulan di menit ke-64. Gol itu sempat dianulir karena hakim garis mengangkat bendera tanda off-side, tetapi analisis asisten wasit peninjau video (VAR) berkata lain. Aboubakar dianggap dalam posisi on-side ketika menerima umpan dari Jean-Charles Castelletto.
Tim berjuluk ”Singa Gigih” itu benar-benar memanfaatkan keterkejutan Serbia atas disahkannya gol kedua Kamerun itu. Aboubakar yang kembali lolos dari jebakan off-side memanjakan tandemnya di lini depan Kamerun, Eric Maxim Choupo-Moting, yang menyamakan kedudukan, 2 menit berselang. Skor 3-3 pun bertahan hingga peluit akhir.
Aboubakar, yang dinobatkan sebagai pemain terbaik laga itu, mengatakan, dirinya hanya berusaha memberikan kontribusi terbaik bagi tim ketika masuk ke lapangan.
Saya ingin menikmati menit demi menit bermain dan berusaha mengelabui bek terakhir mereka. Ini hasil yang kami dapatkan berkat determinasi dan semangat juang.
”Saya ingin menikmati menit demi menit bermain dan berusaha mengelabui bek terakhir mereka. Ini hasil yang kami dapatkan berkat determinasi dan semangat juang,” kata Aboubakar yang bermain untuk Al Nassr di Liga Arab Saudi dalam konferensi pers seusai laga.
Satu poin dari laga kontra Serbia adalah poin perdana Kamerun di pentas Piala Dunia sejak mereka tampil di edisi Afrika Selatan 2010. Pada 2010 dan 2014, mereka hanya menjadi juru kunci grup dengan gagal mengemas satu poin.
Secara total, Kamerun juga mencatatkan kekalahan beruntun di tujuh laga Piala Dunia sebelumnya, termasuk saat tumbang 0-1 dari Swiss di laga pertama Qatar 2022.
Hasil itu membuat Singa Gigih masih punya kans lolos ke fase gugur. Satu-satunya capaian Kamerun bisa lolos dari babak penyisihan ialah edisi Italia 1990 ketika tampil hingga babak perempat final.
Pelatih Kamerun, Rigobert Song, mengatakan, hasil melawan Serbia membuktikan adanya peningkatan performa dari anak asuhannya. Untuk bisa meraup poin perdana dari tiga edisi Piala Dunia, kata Song, timmya berlatih keras untuk membenahi kesalahan yang banyak tercipta di laga pertama.
”Poin penting di olahraga adalah Anda belajar dari pertandingan sebelumnya. Ini skuad muda yang memiliki determinasi besar dan keinginan terus belajar sehingga kami masih bisa berkembang dan lebih baik di pertandingan terakhir (kontra Brasil),” ucap Song.
Kamerun sempat unggul lebih dulu melalui sontekan Castelletto di menit ke-28. Setelah itu, Serbia membalas dua gol di masa perpanjangan waktu babak pertama melalui Strahinja Pavlovic ('45+1) dan Sergej Milinkovic-Savic ('45+3).
Hikmah Serbia
Meskipun gagal menjaga keunggulan dua gol, Serbia memetik satu hikmah dari hasil seri itu. Mereka mencatatkan capaian produktivitas tertinggi pada keikutersetaan mereka di empat edisi Piala Dunia selama abad ke-21.
Pada tiga edisi Piala Dunia di milenium baru, yaitu Jerman 2006, Afrika Selatan 2014, dan Rusia 2018, tim berjulul ”Orlovi” atau ”Si Elang” itu hanya bisa masing-masing mencetak dua gol dari tiga laga di babak penyisihan. Mereka pun tidak bisa melangkah ke fase gugur di tiga edisi itu.
Pelatih Serbia Dragan Stojkovic mengatakan, pertandingan timnya melawan Kamerun adalah duel spektakuler karena menghadirkan banyak gol. Akan tetapi, Stojkovic menyesali kegagalan pemainnya menghindari dua kesalahan di sepertiga akhir pertahanan yang memulai hadirnya dua gol penyama kedudukan Kamerun.
”Kesalahan seperti ini tidak seharusnya tercipta di level Piala Dunia. Dengan mencetak tiga gol, seharusnya kami bisa menutup laga dengan kemenangan,” kata Stojkovic.
Masalah Onana
Ketika ditanya tentang keputusannya meninggalkan Andre Onana, kiper utama, dan menggantikannya dengan Devis Epassy, Song mengatakan, Onana memiliki masalah karena enggan menghormati keputusan tim. Ia menegaskan, dirinya tidak akan menoleransi ego pemain tertentu meski pemain itu adalah bintang di dalam tim.
”Jika tidak bisa bekerja dan menghormati tim, Anda tidak bisa ada di tim ini. Epassy, yang tampil sebagai pengganti, tampil luar biasa dan melakukan banyak penyelamatan untuk menjaga satu poin kami,” kata Song.