Tim Angkat Besi Indonesia Bersiap Berebut Tiket Olimpiade 2024
Babak pertama kualifikasi Olimpiade Paris 2024 sudah di depan mata tim angkat besi Indonesia. Meraih tiket menuju Olimpiade itu menjadi tujuan utama para atlet sebelum membidik medali.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim nasional angkat besi Indonesia tengah intensif berlatih untuk mengumpulkan tiket menuju Olimpiade Paris 2024. Pihak penyelenggara menyediakan kuota enam atlet untuk setiap negara. Dari jumlah itu, tim Indonesia berupaya untuk meraih seluruh jatah tiket yang disediakan.
Walaupun Olimpiade Paris baru terlaksana pada 2024, sederet turnamen untuk merebut tiket perhelatan olahraga multicabang terbesar sejagat itu sudah dimulai. Tim Indonesia tengah bersiap menghadapi Kejuaraan Dunia yang diselenggarakan Federasi Angkat Besi (IWF) pada 5-16 Desember 2022. Turnamen yang sudah di depan mata itu akan berlangsung di Bogota, Kolombia.
Menurut Dirja Wihardja, pelatih tim nasional angkat besi Indonesia, pihaknya akan menurunkan 12 atlet untuk berlaga memperebutkan tiket menuju Olimpiade Paris 2024. Untuk saat ini, ia hanya menargetkan para atlet dapat mengisi kuota Olimpiade, alih-alih berbicara tentang target medali.
”Untuk medali mengiringi. Saya enggak mau memberatkan atlet. Secara psikis jangan sampai (atlet) terbebani. Hal yang terpenting mereka dapat berusaha maksimal,” ujar Dirja di Mess Kwini, Jakarta, Senin (28/11/2022).
Dalam kualifikasi pertama ini, sekitar 700 atlet akan turun untuk memperebutkan kuota Olimpiade. Jumlah peserta yang membeludak ini ditengarai karena kasus Covid-19 yang relatif terkendali sehingga banyak negara turut menurunkan atlet-atletnya.
Meski atlet-atlet Indonesia ditargetkan meraih tiket itu, Dirja belum dapat mengatakan siapa atlet yang paling diandalkan. Pemetaan para atlet ini akan terlihat pada turnamen selanjutnya di 2023.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi (PB PABSI) Hadi Wihardja mengatakan, atlet-atlet putri yang akan diandalkan meraih tiket itu mayoritas tampil di bawah kelas 71 kilogram (kg), kecuali Nurul Akmal (di kelas +87 kg). Sementara pihaknya mengincar kelas di bawah 73 kg untuk putra.
Atlet yang tak masuk 10 besar dunia akan masuk ke lapis kedua kemudian berlaga dalam SEA Games 2023.
Tim nasional setidaknya mengikuti minimal tiga turnamen untuk mengantongi tiket Olimpiade 2024. Selain Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Kolombia, PB PABSI menargetkan agar atlet-atlet bertarung di Kejuaraan Asia di Jinju, Korea Selatan, pada Mei 2023.
Sementara PB PABSI akan menentukan kejuaraan-kejuaraan internasional lainnya yang akan diikuti nantinya setelah pertengahan 2023. ”Kita akan memilih turnamen yang akan diikuti, melihat dari persiapan kita,” kata Hadi.
Ia juga mengingatkan, pelaksanaan Kejuaraan Asia akan bersamaan dengan SEA Games 2023. Alhasil, atlet yang tak masuk 10 besar dunia akan masuk ke lapis kedua kemudian berlaga dalam turnamen Asia Tenggara itu.
Konsumsi doping
Dalam mempersiapkan atlet-atlet berlaga di sejumlah turnamen, Dirja memperhatikan detail asupan-asupan anak didiknya. Sebab, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) dapat menginspeksi para atlet sewaktu-waktu. Organisasi Anti-Doping Indonesia (IADO) juga dapat melakukan hal yang sama secara rutin.
Kondisi itu menuntut Dirja dan pelatih lain untuk menyeleksi obat-obatan dan suplemen yang diberikan para atlet. Jika atlet sakit, hal pertama yang dilakukan adalah berkonsultasi pada dokter untuk memastikan obat yang dikonsumsi tak mengandung doping.
”Jika sampai terdeteksi doping, atlet secara otomatis akan didiskualifikasi, bahkan dikeluarkan dari pemusatan latihan nasional apabila menggunakannya secara sengaja,” kata Dirja.
Ia mewanti-wanti agar atlet-atlet angkat besi tak mengonsumsi doping. Sebab, apabila dalam setahun tiga atlet terdeteksi mengonsumsi doping, seluruh atlet di satu negara akan dijatuhkan sanksi larangan ikut pertandingan. Durasi larangan itu pun berbeda-beda, tergantung dari jenis doping yang digunakan. Sementara individu yang terbukti bersalah akan menerima skorsing larangan bertanding selama empat tahun.
Nurul Akmal, atlet angkat besi putri, mengatakan, kesadaran untuk tak menggunakan doping semestinya tumbuh dari diri sendiri. ”Apa pun sakitnya, obat-obat yang dikonsumsi semua dari pelatih. Jadi, enggak boleh konsumsi sembarangan,” ujar Nurul dari kelas +87 kg.
Dalam pengalamannya, atlet yang kedapatan mengonsumsi doping akan langsung dipulangkan ke daerah. Kesempatannya untuk bertanding akan dibekukan dalam beberapa waktu tertentu. Hal ini berlaku di seluruh negara, tak hanya Indonesia.