Richarlison Puncaki ”Power Ranking” Opta di Piala Dunia
Putaran pertama penyisihan grup Piala Dunia Qatar menampilkan kisah heroik sejumlah pemain, seperti Enner Valencia, dan Shuichi Gonda. Bakat muda macam Pedri dan Bellingham tak kalah menakjubkan. Siapa yang paling hebat?
Oleh
Harry Carr, analis Opta
·5 menit baca
Piala Dunia Qatar telah memasuki putaran kedua babak penyisihan grup. Putaran pertama, yang ditutup dengan laga Brasil versus Serbia, tidak mengecewakan. Fase itu menghadirkan laga-laga menegangkan dan berlimpah kejutan.
Setiap dari 32 tim di Qatar telah memainan setidaknya satu laga. Maka, penggemar berkesempatan untuk menilai sejauh mana penampilan para pemain dari tim-tim terbaik sejagat. Terkait hal itu, menggunakan indeks pemain yang dikalkulasikan dari data setiap laga, Opta merilis sepuluh pemain terbaik di putaran pertama fase grup.
Siapakah pemain yang berada di puncak daftar ini? Apakah Richarlison yang tampil heroik dengan membawa Brasil mengalahkan Serbia, 2-0? Atau justru Bukayo Saka, bintang muda Inggris, yang memukau dunia saat timnya menenggelamkan Iran, 6-2?
Berikut daftar sepuluh besar pemain terbaik di Qatar sejauh ini, menurut Opta:
10. Enner Valencia
Enner Valencia, penyerang Ekuador, mencuri panggung dari tuan rumah, Qatar, pada laga pembuka Piala Dunia 2022. Dua golnya membuat Qatar mengukir rekor buruk dalam debutnya di Piala Dunia. Takluk 0-2, Qatar menjadi negara pertama yang kalah pada laga pembuka sebagai tuan rumah.
Bintang muda masa kini sekaligus masa depan Spanyol, Pedri, tampil memukau saat timnya mengukir kemenangan terbesar sepanjang sejarah Piala Dunia. Mereka memukul Kosta Rika, 7-0. Sang gelandang Barcelona menciptakan tiga peluang emas gol, tertinggi pada laga itu.
Tidak kalah menakjubkannya, gelandang berusia 19 tahun itu mencatatkan akurasi operan nyaris sempurna, yaitu 97 persen dari 89 operan. Sebanyak 30 operan di antaranya dibuatnya di sepertiga akhir wilayah pertahanan lawan. Tak heran, Spanyol sangat dominan di laga itu.
8. Mathias Olivera
Uruguay memang sedikit mengecewakan setelah memulai kiprahnya di Piala Dunia Qatar dengan hasil imbang,0-0, atas Korea Selatan. Namun, setidaknya ada satu hal positif yang diperlihatkan mereka pada laga itu. Pertahanan mereka sangat tangguh. Gawang mereka kini tidak kebobolan selama 465 menit di penyisihan grup.
Berkat kegemilangan Gonda, Jepang menjungkir-balikkan pula logika. Jerman menjadi tim pertama sepanjang sejarah yang kalah setelah menghasilkan gol yang diharapkan (xG) sebesar 3.
Salah satu aktor di balik ketangguhan benteng Uruguay itu adalah Mathias Olivera. Sang bek sayap menjinakkan megabintang Korsel, Son Heung-min. Total tiga tekel sukses diukirnya, tertinggi pada laga itu. Tak hanya tangguh dalam bertahan, bek Napoli itu juga membuat dua percobaan serangan.
7. Yan Sommer
Pemain veteran Swiss, Yan Sommer, dikenal sebagai salah satu kiper yang paling bisa diandalkan dan tampil sangat konsisten di ajang-ajang besar, seperti Piala Dunia. Pemain Borussia Monchengladbach membuktikan reputasi bagusnya itu saat timnya mengalahkan Kamerun, 1-0.
Sommer adalah pemain kunci di balik keberhasilan Swiss menjaga gawangnya tidak kebobolan di laga itu. Kiper berusia 33 tahun itu melakukan lima penyelamatan gawang. Statistik itu adalah yang terbaik ketiga di antara kiper-kiper lainnya di putaran pertama fase grup.
6. Antoine Griezmann
Penyerang Perancis, Antoine Griezmann, memang tidak mencetak gol saat timnya melumat Australia, 4-1, di penyisihan Grup D, Rabu lalu. Dua kompatriotnya di lini serang, Kylian Mbappe dan Olivier Giroud, lah, yang membuat gol, masing-masing satu dan dua gol.
Namun, peran Griezmann lebih dalam dari urusan mencetak gol. Ia menjalankan tugas yang diberikan Pelatih Didier Deschamps dengan sangat baik, yaitu sebagai deeper role atau trequartista. Penyerang serba bisa itu adalah arsitek dari serangan Perancis. Ia menciptakan lima peluang gol, angka tertinggi dibandingkan pemain-pemain lainnya pada putaran pertama penyisihan grup.
5. Shuichi Gonda
Kejutan menjadi istilah yang demikian populer di Piala Dunia kali ini. Setelah Arab Saudi mempermalukan Argentina dan Lionel Messi, Jepang menjungkalkan juara dunia empat kali, Jerman. Namun, bukan Ritsu Doan maupun Takuma Asano yang paling berjasa dalam kemenangan bersejarah Jepang itu.
Gelar pahlawan tanpa tanda jasa di laga itu justru perlu disematkan untuk sang kiper, Shuichi Gonda. Pemain klub J-League, Shimizu S-Pulse, itu adalah pemain yang paling berkontribusi besar pada laga itu. Ia jatuh bangun dengan melakukan total delapan penyelamatan.
Angka itu adalah rekor penyelamatan terbanyak dalam satu laga di edisi Qatar sejauh ini. Berkat kegemilangannya, Jepang menjungkir-balikkan pula logika. Jerman menjadi tim pertama sepanjang sejarah yang kalah setelah menghasilkan gol yang diharapkan (xG) sebesar 3. Artinya, secara statistik, tim Panser semestinya mencetak setidaknya tiga gol pada laga itu.
4. Jordi Alba
Bek sayap Spanyol, Jordi Alba, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam hal menguasai dan mengolah bola saat mereka melumat Kosta Rika, 7-0. Ia mencatatkan akurasi operan sebesar 100 persen alias sempurna. Salah satu operannya yang sangat akurat, bak memakai penggaris, berbuah gol yang dicetak Marco Asensio pada menit ke-21 laga itu.
3. Jude Bellingham
Minimnya kehadiran gelandang kreatif yang mampu tampil dinamis di berbagai sisi lapangan kerap disebut sebagai alasan gagalnya Inggris meraih gelar juara di dua turnamen terakhir, yaitu Piala Dunia Rusia 2018 dan Piala Eropa 2020. Kehadiran Jude Bellingham bisa menjadi jawaban dari kebutuhan itu.
Sejak menjalani debutnya bersama tim ”Samba” pada September 2018 silam, tidak satu pun pemain Brasil, termasuk Neymar Jr, yang mampu menyamai produktivitas Richarlison, yaitu 19 gol.
Dalam usia yang masih sangat belia, yaitu 19 tahun dan 145 hari, gelandang Borussia Dortmund itu menunjukkan kemampuannya saat Inggris memukul Iran, 6-2. Ia turut menyumbang gol lewat tandukan kepala yang sangat sempurna. Dia menjadi pemain Inggris termuda yang mencetak gol di Piala Dunia, setelah Michael Owen (18 tahun, 190 hari) saat Inggris membekap Romania pada edisi Perancis 1998.
2. Bukayo Saka
Jika ada pemain yang perannya melampaui capaian Bellingham di Inggris, Bakayo Saka adalah orangnya. Sempat dibayangi trauma dan kehancuran akibat kegagalan penalti di final Piala Eropa 2020, Saka bangkit dan berkembang menjadi pemain yang lebih baik. Ia mengukir sejarah sebagai orang Inggris termuda (21 tahun dan 77 hari) yang mencetak dua gol di Piala Dunia.
Bukan hanya jumlah gol yang dicetak, sang pemain muda juga memimpin skuad ”Tiga Singa” dalam sejumlah atribusi lainnya, yaitu jumlah tembakan (tiga), tembakan tepat ke gawang (tiga), dan sentuhan di kotak penalti lawan (lima), saat Inggris memukul Iran, 6-2.
1. Richarlison
Meskipun tampil fenomenal saat melawan Iran, Saka belum cukup untuk bertengger di puncak Power Ranking. Performanya masih dilampaui bintang Brasil, Richarlison, saat mereka memukul Serbia, 2-0. Seluruh gol Brasil diborong penyerang Tottenham Hotspur berusia 25 tahun itu.
Sejak menjalani debutnya bersama tim Samba pada September 2018 silam, tidak satu pun pemain Brasil, termasuk Neymar Jr, yang mampu menyamai produktivitasnya, yaitu 19 gol. Salah satu gol koleksinya itu dicetak dengan sangat indah, yaitu tendangan voli akrobatik saat melawan Serbia. Gol itu adalah yang terindah di Qatar sejauh ini. (Harry Carr, The Analyst Opta)