Meski didukung 9.000 penonton, tim Piala Davis tuan rumah Spanyol kalah dari Kroasia. Absennya Carlos Alcaraz dan Rafael Nadal menjadi penyebabnya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MALAGA, RABU - Spanyol pernah menguasai persaingan kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis ketika memiliki empat hingga lima kekuatan merata pada peringkat 20 besar dunia. Kini, meski mempunyai dua petenis terbaik dunia, Carlos Alcaraz dan Rafael Nadal, Spanyol pincang tanpa kehadiran mereka.
Tampil di hadapan publik sendiri di Martin Carpena Arena, Malaga, skuad Spanyol kalah 0-2 dari Kroasia pada perempat final, Rabu (23/11/2022) sore waktu setempat atau tengah malam waktu Indonesia. Tuan rumah langsung kehilangan angka dari Roberto Bautista Agut yang dikalahkan Borna Coric 4-6, 6-7 (4), diikuti kekalahan Pablo Carreno Busta dari Marin Cilic 7-5, 3-6, 6-7 (5).
Kroasia akan berhadapan dengan Australia pada semifinal. Dalam perempat final sehari sebelumnya, Australia mengalahkan Belanda 2-0. Adapun perempat final lain, pada Kamis, mempertemukan Italia dengan Amerika Serikat serta Jerman melawan Kanada.
Perempat final hingga final Piala Davis ini menjadi lanjutan dari fase penyisihan grup yang berlangsung 13-18 September di empat tempat, yaitu Glasgow (Skotlandia), Hamburg (Jerman), Bologna (Italia), dan Valencia (Spanyol). Setiap kota menjadi tuan rumah persaingan satu grup yang terdiri atas empat tim dengan format round robin. Dua tim peringkat teratas setiap grup bermain di Malaga, yang berlangsung dengan sistem gugur, pada 22-27 November.
Lebih dari 9.000 penonton memenuhi stadion untuk mendukung Busta dan kawan-kawan. Namun, pemain Kroasia tidak gentar karena pernah mengalami hal yang sama ketika mengalahkan tuan rumah Perancis, 3-1, pada final 2018. Saat itu, Cilic dan Boric, juga, tampil.
Harapan Spanyol bisa menang dari ganda, pada partai ketiga, pupus karena nomor itu batal dipertandingkan setelah Kroasia unggul 2-0. Semula, Spanyol mengandalkan pemain spesialis ganda, Marcel Granollers yang berpasangan dengan Busta untuk melawan Nikola Mektic/Mate Pavic. Granollers adalah peraih medali emas ganda putra Olimpiade Rio de Janeiro 2016 bersama Nadal.
“Kerja keras tim sangat luar biasa. Menjadi kehormatan bagi saya menjadi bagian dari tim Kroasia yang bisa mengalahkan Spanyol. Apalagi, Spanyol adalah tim kuat,” tutur Cilic.
Meski demikian, juara Grand Slam Amerika Serikat Terbuka itu mengakui bahwa absennya petenis nomor satu dunia, Alcaraz, dan Nadal dengan 22 gelar juara Grand Slam, mempermudah jalan Kroasia. Saat Nadal bermain, Kroasia selalu kalah dalam tiga pertemuan.
Menjadi kehormatan bagi saya menjadi bagian dari tim Kroasia yang bisa mengalahkan Spanyol. Apalagi, Spanyol adalah tim kuat.
“Situasi akan berbeda saat ada Rafa. Dia adalah pemimpin tim dan salah satu petenis terbaik di Piala Davis. Carlos memiliki hasil yang baik pada tahun ini. Sangat disayangkan dia cedera,” tutur Cilic.
Nadal bermain di Piala Davis sejak 2004 dengan statistik hanya sekali kalah dari 30 pertandingan nomor tunggal. Tahun ini, dia menjuarai dua Grand Slam, yaitu Australia dan Perancis Terbuka, sementara Alcaraz menjuarai AS Terbuka.
Kapten Tim Spanyol Sergi Bruguera menilai, Kroasia memiliki sedikit keberuntungan ketika tak ada Nadal dan Alcaraz di Spanyol. “Akan tetapi, Cilic memang bermain bagus,” kata Bruguera dalam laman resmi turnamen.
Semula, Alcaraz memasukkan kejuaraan Final ATP dan Piala Davis dalam agendanya. Namun, dia batal tampil karena cedera otot perut. Nadal tidak memasukkan Piala Davis dalam agenda, tetapi dia juga mengalami cedera yang sama sejak tampil di Wimbledon, pada Juli.
Saat ini, Spanyol memang memiliki Alcaraz dan Nadal sebagai petenis berperingkat pertama dan kedua dunia, tetapi kekuatan pemain lainnya timpang dengan mereka, salah satunya adalah Busta yang memiliki ranking ke-13. Alejandro Davidovich Fokina (ranking-31) dan Albert Ramos-Vinolas (39) juga sulit diandalkan menyumbang kemenangan saat bertemu pemain top.
Busta, misalnya, hanya tiga kali menang dari sembilan pertandingan tunggal. Ramos-Vinolas enam kali menang dari delapan pertandingan, tetapi dia jarang bermain.
Ini berbeda ketika tim itu diperkuat Nadal, David Ferrer, Fernando Verdasco, Feliciano Lopez. Mereka memiliki kekuatan merata hingga menjadikan Spanyol tiga kali juara dalam rentang empat tahun, yaitu pada 2008, 2009, dan 2011.
Nadal juga menjadi bagian dari tim juara 2004 bersama pelatihnya saat ini, Carlos Moya, serta pada 2019. Adapun gelar pertama Spanyol didapat pada 2000 saat mengandalkan Albert Costa, Alex Corretja, dan Juan Carlos Ferrero yang saat ini menjadi pelatih Alcaraz. (AP/AFP)