Sejumlah tempat nonton bareng pertandingan Piala Dunia 2022 antara Qatar dan Ekuador di Jakarta tampak sepi. Sorotan publik justru mengarah kepada penampilan Jung-kook dan Morgan Freeman saat upacara pembukaan.
Oleh
STEPHANUS ARANDITO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemeriahan pesta Piala Dunia Qatar 2022 yang dimulai pada Minggu (20/11/2022) malam belum terlihat. Sejumlah lokasi nonton bareng di Jakarta masih tampak sepi pada laga pembuka Qatar vs Ekuador. Perhatian publik justru mengarah kepada penampilan penyanyi Korea Selatan Jungkook dan aktor kawakan Morgan Freeman pada upacara pembukaan di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar.
Salah satu lokasi nonton bareng resmi Piala Dunia 2022 di Pribadi Coffee, Kuningan, Jakarta Selatan, tampak tidak terlalu ramai. Kafe dengan kapasitas 95 orang ini hanya terisi setengahnya saat proyektor dinyalakan untuk nonton bareng. Mereka yang datang kebanyakan hanya untuk nongkrong, bukan berniat menonton pertandingan pembuka Piala Dunia 2022.
Sambil menikmati kopi dan makanan ringan, para pengunjung bercengkerama di meja masing-masing. Riuh penonton mulai terdengar saat aktor Hollywood, Morgan Freeman, yang muncul seperti dalam serial ”The Story of God”, tampil bersama pemuda disabilitas yang juga Duta Piala Dunia Qatar 2022, Ghanim al-Muftah.
Riuh kembali terdengar saat Jeon Jung-kook, anggota grup boyband BTS yang populer disapa Jungkook, menyanyikan lagu resmi Piala Dunia 2022 berjudul ”Dreamers”. Sorakan kebanyakan terdengar dari para pengunjung perempuan yang ikut nonton bareng.
Sambutan bagi Jungkook bahkan mengalahkan kata kunci Piala Dunia 2022 yang menggema di media sosial Twitter. Pada Senin (21/11) pukul 00.20, kata kunci Jungkook digaungkan netizen sebanyak 3.590.000 kali, sedangkan tagar Piala Dunia 2022 hanya muncul sebanyak 2.520.000 kali.
Manajer Operasional Pribadi Coffee Bobby Pribadi Pahlevi mengatakan, sepinya partai pembuka Piala Dunia 2022 ini karena tim yang bermain bukan tim besar. Dia menyebut, sudah banyak orang memesan tempat untuk nonton bareng pertandingan yang melibatkan tim besar.
”Hari ini memang belum penuh karena pertandingannya juga biasa. Namun, sejauh ini sudah banyak yang memesan untuk pertandingan besar, bahkan untuk final pun sudah ada yang pesan. Kami mengadakan nobar ini intinya ingin mengenalkan kafe ini karena baru berdiri satu tahun,” tutur Bobby.
Roni, salah satu pengunjung, mengaku datang tidak dengan sengaja untuk menonton pertandingan pembuka Piala Dunia 2022. Dia hanya kebetulan sedang berkumpul bersama teman-temannya kemudian ikut menonton acara pembukaan pesta bola dunia tersebut.
”Sebenarnya saya di sini mau kumpul-kumpul saja dengan teman. Kebetulan banyak yang suka sepak bola, jadi ya sekalian nonton bareng saja,” kata Roni.
Situasi yang sama juga terlihat di Kafe Langit Seduh, Kemang, Jakarta Selatan. Pengelola mencatat hanya 40 orang yang datang saat pembukaan Piala Dunia 2022, sedangkan kapasitas kafe ini bisa mencapai 100 orang lebih.
Pada perkembangannya, industrialisasi olahraga mengubah cetak biru cara mengakses siaran langsung Piala Dunia.
”Hari ini tidak terlalu ramai, sih, tetapi masih lumayanlah. Piala Dunia ini cukup mengundang pengunjung, mungkin besok-besok kalau saat pertandingan besar baru ramai,” kata Ade Khairunnisa, anggota staf pemasaran Langit Seduh.
Selain karena pertandingan antara Qatar dan Ekuador yang bukan tim besar, Fajar Junaedi, peneliti budaya sepak bola dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, menilai ada pergeseran kebiasaan masyarakat menonton pertandingan sepak bola akibat industrialisasi sepak bola modern. Masyarakat sebelumnya terbiasa menonton siaran Piala Dunia secara terestrial yang gratis, tetapi sekarang harus mengeluarkan uang untuk berlangganan kepada pemegang hak siar.
”Pada perkembangannya, industrialisasi olahraga mengubah cetak biru cara mengakses siaran langsung Piala Dunia. Kita perlu melihat konteks di Indonesia yang masih merupakan negara berkembang, bukan negara maju. Kemampuan beli masyarakat tentu tidak setinggi warga di negara maju, inilah yang menjadikan siaran berlangganan belum begitu populer,” papar Fajar saat dihubungi, Minggu (20/11/2022).
Selain itu, pemegang hak siar juga tidak menyiarkan seluruh pertandingan secara gratis. Ada pula keluhan dari penggemar sepak bola terkait banyaknya iklan yang cukup mengganggu ketika menonton pertandingan secara gratis di televisi.
”Ini wajar bagi stasiun televisi karena butuh pemasukan. Namun, bagi audiens, akan mengganggu. Isu kedua adalah nonton bareng dalam skala besar yang dibatasi oleh lisensi. Perlindungan ini penting bagi industri, tetapi sepertinya audiensnya belum siap,” tuturnya.