Prestasi Atlet Membuat Panjat Tebing Semakin Populer
Seusai Asian Games 2018, jumlah pemanjat tebing Indonesia terus bertambah. Panjat tebing makin populer karena menantang untuk dijalani dan atletnya berprestasi dunia.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
STEPHANUS ARANDITIO
Seorang pemanjat tebing amatir berlatih di arena panjat tebing IndoClimb, Senayan, Jakarta, Selasa (15/11/2022). Olahraga panjat tebing semakin digemari oleh masyarakat semenjak atlet Indonesia yang kian berprestasi di kancah internasional.
JAKARTA, KOMPAS - Olahraga panjat tebing semakin digemari oleh masyarakat semenjak atlet Indonesia banyak yang berprestasi pada kancah internasional. Sebanyak enam medali Asian Games 2018 yang dipersembahkan pemanjat Indonesia dianggap menjadi momen kunci olahraga ini menjadi semakin populer.
Federasi Panjat Tebing Indonesia atau FPTI mencatat jumlah pemanjat tebing yang terdaftar pada federasi meningkat dari ratusan orang pada 2018, menjadi lebih dari 1.200 orang pada saat ini, mulai dari kelas amatir hingga profesional. Jumlah pemanjat yang belum terdaftar pada federasi diperkirakan lebih dari 4.000 orang.
"Titik baliknya itu mulai kami rasakan sejak Asian Games 2018. Antusiasme masyarakat untuk olahraga panjat tebing itu mulai tinggi. Kalau di Jawa hampir merata, banyak sekolah juga mulai mendirikan fasilitas dinding panjatnya. Fasilitas umum seperti mal juga mulai mendirikan dan tumbuh. Ini sangat membantu untuk memasyarakatkan panjat tebing," kata Dewan Penasihat FPTI, Sapto Hardiono saat dihubungi Selasa (15/11/2022).
Saat Asian Games, panjat tebing menjadi olahraga kedua setelah Pencak Silat yang paling banyak menyumbangkan emas untuk Indonesia, yakni tiga emas. Gelar itu diraih oleh tim putri di nomor kecepatan estafet yang diperkuat Aries Susanti Rahayu, Fitriyani, Puji Lestari, dan Rajiah Sallsabillah; Aries juga meraih emas di nomor tunggal; serta tim estafet putra di nomor kecepatan estafet yang diperkuat Sufriyanto Rindi, Hinayyah Muhammad, Dzar Yulianto Abu, serta Leonardo Veddriq. Selain itu, panjat tebing juga menyumbangkan dua medali perak, dan satu medali perunggu.
Atlet panjat tebing Indonesia, Aries Susanti Rahayu (kiri), berhasil menyumbangkan medali emas setelah di final mengalahkan rekannya, Puji Lestari, dalam final kecepatan putri cabang panjat tebing Asian Games 2018 di Arena Panjat Tebing, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (23/8/2018).
Federasi Olahraga Memanjat Dunia (IFCS) juga mencatat Leonardo Veddriq sebagai pemanjat kecepatan putra nomor satu dunia dan Katibin Kiromal sebagai nomor dua tercepat dunia saat ini. Sementara pemanjat putri Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi berada di peringkat 10 pada nomor kecepatan.
Sapto berharap, tingginya animo masyarakat hingga saat ini membuat regenerasi atlet panjat tebing menjadi terjamin. Dia mengatakan, panjat tebing adalah olahraga yang sangat aman dan baik untuk membentuk mental pemanjat, khususnya untuk anak-anak.
"Semoga dengan ramai peminat ini regenerasi terus berjalan, sekarang ada 10 atlet junior usia 15 tahun di pelatnas yang kami siapkan untuk Olimpiade 2028 dan 2032. Hal ini sudah mulai kita siapkan dari sekarang," tuturnya.
Tingginya animo masyarakat terhadap panjat tebing itu tergambar di sejumlah klub yang mulai kebanjiran peserta. Klub IndoClimb di Mal FX Senayan, Jakarta, misalnya, jumlah pesertanya meningkat 100 persen selama tahun 2022. Kini ada sebanyak 7.000 orang dewasa dan 1.000 anak-anak yang menjadi anggota.
Titik baliknya itu mulai kami rasakan sejak Asian Games 2018. Antusiasme masyarakat untuk olahraga panjat tebing itu mulai tinggi.
STEPHANUS ARANDITIO
Seorang pemanjat tebing amatir berlatih di arena panjat tebing IndoClimb, Senayan, Jakarta, Selasa (15/11/2022). Olahraga panjat tebing semakin digemari oleh masyarakat semenjak atlet Indonesia yang kian berprestasi di kancah internasional.
Michael Ming (25), misalnya, bergabung dengan IndoClimb pada akhir Agustus 2022 atau baru tiga bulan. Pegawai swasta di perkantoran Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta rela mengeluarkan uang Rp 1 juta per bulan untuk menjadi anggota IndoClimb agar bisa berlatih panjat tebing. Dia mengaku bermain panjat tebing minimal tiga kali seminggu pada sore hari selepas pulang kerja.
"Pemicunya waktu itu kuliah ada kegiatan mahasiswa ingin ikut, tetapi sibuk belum sempat bergabung. Beberapa atlet di Asian Games kemarin juga ramai dibicarakan karena juara. Sekarang sudah kerja baru bisa ikut mencoba bermain, sekarang jadi rutinitas, tergantung kerjaan juga kalau tidak lembur seminggu bisa tiga kali," kata Michael.
Awalnya, Michael belum membeli sepatu khusus panjat, dia hanya meminjam sepatu dari fasilitas yang disediakan IndoClimb. Kemudian ketika sudah nyaman memanjat, dia tidak ragu untuk membeli sepatu khusus panjat tebing seharga Rp 2,5 juta.
"Aku beli sepatunya ini juga 1,5 bulan setelah manjat, awalnya ya pinjam di sini. Sebenarnya untuk pemula seperti aku disiapkan sepatu, kalau untuk lead juga disiapin tali dan sabuk pengaman. Jadi cukup bawa badan saja dan tidak perlu rumit mengumpulkan orang, berangkat sendiri sudah bisa olahraga," tuturnya.
Pendiri IndoClimb, Fedi Fianto mengatakan, faktor pandemi Covid-19 juga membuat klub panjat tebingnya menjadi ramai dikunjungi. Panjat tebing dianggap sebagai olahraga individu yang aman dari interaksi orang banyak sehingga aman dari potensi penularan virus Covid-19.
Seorang pemanjat tebing berlatih di arena panjat tebing Peak To Peak, Alam Sutera, Tangerang, Selasa (15/11/2022). Olahraga panjat tebing semakin digemari oleh masyarakat semenjak atlet Indonesia yang kian berprestasi di kancah internasional.
"Panjat tebing saat ini menjadi bagian dari olahraga masyarakat kota atau urban, khususnya di kota besar seperti Jakarta. Di sini masyarakat bisa berlatih dengan nyaman dan aman, dengan arahan pelatih profesional. Animo pun meningkat seiring tingginya kesadaran masyarakat untuk berolahraga selama dan pasca Pandemi," kata Fedi.
Hal yang sama juga dirasakan lokasi panjat tebing Peak To Peak, Alam Sutera, Tangerang. Animo masyarakat untuk bermain di sini juga meningkat hingga ratusan orang bisa datang harian, sementara yang membuat kartu anggota ada sebanyak 50 orang.
"Pandemi kemarin cukup mengurangi orang yang datang, tetapi sekarang mulai ramai lagi. Harapannya bisa lebih banyak lagi tempat panjat tebing lagi, juga kalau bisa kompetisi untuk non-profesional atau amatir," kata pemilik Peak to Peak, Naldo Japardy.
Selain itu, mereka berharap, pemerintah bisa fokus melakukan pembinaan terhadap panjat tebing. Selama ini Indonesia hanya unggul di nomor kecepatan. Sedangkan, nomor lead dan boulder tidak. Padahal, nomor lead dan boulder adalah cabang yang sangat populer di dunia. Kedua cabang tersebut juga sangat menarik untuk ditonton karena memiliki jalur pemanjatan yang bervariasi.