Mereka Kecewa dengan “Kampung Suporter” Piala Dunia Qatar
Suporter sepak bola yang datang ke Piala Dunia Qatar 2022 mengeluhkan akomodasi kampung suporter yang mahal, tetapi layanannya tidak memuaskan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Senyum dan rona ramah Shogo Nakashima mencoba menutupi kekecewaan pada akomodasi dua pekan mendatang di kampong suporter atau fan village Piala Dunia Qatar 2022. Jika fans Jepang itu emoh tertawa, maka kemungkinan besar dia akan menangis dengan kenyataan penginapan yang buruk dan kemahalan.
“Saya tidak bisa mengubah di mana akan tinggal. Saya harus menerimanya sambil menunggu laga Jepang (Grup E lawan Jerman, 23 November 2022),” ujar Shogo kepada BBC. Fans berusia 31 tahun itu tidak ingin tinggal di akomodasi berupa tenda sederhana di kampung suporter Qetaifan Island North. Penginapan itu hanya akan dipakai untuk tidur menghabiskan hari-hari di Qatar mendukung Samurai Biru, julukan Jepang.
Shogo akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan mengeksplorasi kota-kota di Qatar, negeri emir di jazirah Arab, yang pertama di kawasan Timur Tengah mengadakan piala dunia. Shogo kecewa karena situasi di kampung suporter itu masih belum tertata rapi meski pembukaan turnamen pada Minggu (20/11/2022) sudah amat dekat. Masih terdapat pekerjaan konstruksi yang menimbulkan debu dan suara bising.
Di Qetaifan didirikan 1.800 tenda yang masing-masing dapat menampung dua orang. Setiap tenda senilai 175 Poundsterling atau Rp 3,254 juta per malam. Biaya itu dirasa tinggi dan tidak sepadan seperti dirasakan oleh Pedro dan Fatima, pasangan yang berbulan madu di Qatar. Mereka tinggal di Spanyol tetapi akan mendukung Meksiko.
“Sejujurnya, dengan 175 Poundsterling, ini tidak seperti yang kami harapkan,” kata Pedro.
Mereka menuntut pelayanan yang lebih baik mengingat ini Piala Dunia dan tidak seperti terlihat dari foto dan deskripsi. Mereka menyamakan kampung suporter itu dengan penginapan murahan.
“Seperti rumah kaca, gerah, sehingga kami tidak bisa tidur meskipun amat lelah karena penerbangan,” ujar Pedro.
Tenda itu terbuat dari terpal plastik yang di dalamnya berisi dua dipan dilengkapi lampu. Cuma tersedia satu kipas angin yang sulit mengusir panas. Lantai tenda hanya karpet tipis di atas permukaan tanah yang kasar dan tidak nyaman.
“Toko-toko tutup, kami kesulitan mendapatkan air minum. Ini benar-benar tidak kami inginkan dan tidak sepadan dengan yang kami bayar,” kata Fatima.
Fans lainnya, Djamal yang datang dari Paris, menyesal telah membayar 2.700 Poundsterling untuk menginap selama tiga pekan di Qetaifan. Bahkan, kurang dari 24 jam sejak tiba di kampung suporter itu, Jamal sudah berkemas dan mencari penginapan lainnya.
“Bagi saya ini bukan pengalaman baik. Tidak ada gel mandi, sikat gigi, dan pasta gigi,” kata Djamal.
Sejujurnya, dengan 175 Poundsterling, ini tidak seperti yang kami harapkan.
Di dekat kompleks itu ada pantai untuk para pengunjung berkumpul dan menonton laga lewat layar besar. Di sana katanya juga akan disediakan minuman beralkohol. Qatar dan FIFA telah melarang penjualan bebas bir dan minuman beralkohol kecuali di tempat-tempat yang telah disetujui yakni ruang khusus di stadion, kampung suporter, bar, restoran, dan hotel dalam pengawasan otoritas Qatar.
Sayangnya, di pantai itu juga terpampang pengumuman bahwa konstruksi belum akan selesai bahkan saat sepak mula. Tumpukan material konstruksi dan hilir mudik kendaraan berat mengiris rasa suka fans yang ingin menikmati pesta bola terakbar itu.
Untuk menampung 1,2 juta pengunjung internasional, Qatar juga menyediakan penginapan tipe peti kemas. Sebanyak 6.000 kabin peti kemas telah didirikan dan kebanyakan dekat dengan bandar udara bagi pengunjung internasional.
Kampung suporter seluas 3,1 kilometer per segi itu dapat menampung 12.000 orang. Kawasan kabin juga dekat dengan stasiun, perhentian bus, dan kedai-kedai. Kompleks ini dihiasi karpet rumput tiruan dan tempat duduk dari kantong-kantong dengan langit terbuka. Untuk mengakses penginapan ini, pengunjung harus merogoh kocek hingga 270 dollar AS atau Rp 4,2 juta per malam.
Omar al-Jaber, Kepala Bagian Akomodasi, mengklaim lebih dari 60 persen kabin telah dipesan. Jika pengunjung ingin mendapatkan penginapan lebih murah misalnya 80 dollar AS per malam ada di dekat Bandara Internasional Doha dan Bandara Internasional Hamad. “Kebanyakan fans memilih apartemen dan vila jika tidak mampu menginap di hotel,” katanya. (AFP)