Olahraga Lintas Alam di Sentul Diminati Berbagai Kalangan Masyarakat
Olahraga lintas alam atau ”hiking” diminati banyak kalangan masyarakat untuk menghabiskan waktu akhir pekan.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
NASRUN KATINGKA
Aktivitas olahraga lintas alam di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (19/11/2022). Kejenuhan saat pandemi Covid-19 membuat masyarakat berbondong-bondong menggeluti aktivitas ini setelah melonggarnya berbagai pembatasan dari pemerintah.
JAKARTA, KOMPAS — Olahraga rekreasi lintas alam atau hiking masih menarik minat berbagai kalangan masyarakat. Jenis olahraga dengan berjalan menyusuri alam, mulai dari bukit, kebun, lembah, sungai, hutan, hingga perkampungan menjadi aktivitas favorit masyarakat saat akhir pekan.
Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menjadi salah satu wilayah bagi pegiat olahraga lintas alam beraktivitas. Dari pantauan langsung, Sabtu (19/11/2022), kawasan tersebut dipadati masyarakat dari daerah-daerah Jabodetabek, baik itu peminat baru maupun pegiat lama.
Pilihan rute di kawasan Sentul cukup beragam, mulai dari yang pendek dengan jarak tempuh 3-4 kilometer hingga rute panjang, mencapai 16 kilometer. Rute pendek biasanya menjadi pilihan favorit pegiat baru lintas alam. Rustino (43), warga Bekasi, Jawa Barat, baru pertama kali mencoba olahraga lintas alam. Dia datang bersama tiga anggota keluarganya. ”Ambil rute pendek saja, biar olahraga dan rekreasinya dapat sekaligus,” ujar Rustino.
Menurut dia, pilihan rute yang beragam bisa mengakomodasi berbagai kondisi anggota tim sehingga olahraga ini bisa dilakukan berbagai kalangan. Alasan lain, jenis olahraga ini menawarkan berbagai kemudahan, baik itu akses tempat maupun perlengkapan.
Aktivitas olahraga lintas alam di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (19/11/2022). Kejenuhan saat pandemi Covid-19 membuat masyarakat berbondong-bondong menggeluti aktivitas ini setelah melonggarnya berbagai pembatasan dari pemerintah.
Ini bagian dari kegiatan reuni sekaligus nostalgia sering mendaki zaman masih SMA dulu.
Selain pemula, olahraga lintas alam ini juga diminati golongan masyarakat usia lanjut. Farmad (61) bersama lima rekan lamanya di salah satu SMA di Bogor melakukan aktivitas tersebut. Mereka terlihat antusias melewati berbagai rute, mulai dari menuruni lembah hingga mendaki bukit dengan kemiringan berkisar 30-45 derajat. ”Ini bagian dari kegiatan reuni sekaligus nostalgia sering mendaki zaman masih SMA dulu,” ujar Farmad.
Pekerja kantoran di kawasan Jabodetabek juga menjadikan aktivitas sebagai olahraga alternatif. Matthew (31) dan Stella (29), warga Jakarta, melakukan aktivitas tersebut bukan cuma berolahraga, tetapi juga untuk menenangkan pikiran.
Menurut Matthew, lintas alam menarik dilakukan karena tidak memerlukan banyak biaya dan perlengkapan. Dengan mempelajari rute melalui media sosial, dirinya bisa menentukan perlengkapan sederhana yang akan digunakan. Bagi dia, kegiatan ini bisa saja menjadi rutinitas karena berbagai kemudahan tersebut.
Dia pun telah membeli sejumlah perlengkapan, seperti kantong tidur, sepatu, tas, dan tongkat gunung. ”Sepertinya bakal sering naik bukit dan gunung ke depan, sekarang sudah beli perlengkapan sendiri,” ujar Matthew.
Selain itu, ada pula yang memanfaatkan aktivitas ini sebagai salah satu rangkaian acara komunitas. Riyan Kumir (21), ketua kelompok pemuda di Bogor, mengatakan, lintas alam selalu rutin dilakukan untuk menyambut anggota baru. Akan tetapi, sempat terhenti sejak awal pandemi. Kini, kegiatannya mulai kembali dilakukan, seiring mulai longgarnya pembatasan dari pemerintah.
Aktivitas olahraga lintas alam di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (19/11/2022). Kawasan ini menjadi lokasi favorit bagi pegiat olahraga lintas alam.
Mulyadin (31), pemandu lintas alam di kawasan Sentul, mengatakan, jumlah kunjungan saat ini masih relatif tinggi, meskipun angkanya menurun dibandingkan masa pertengahan pandemi Covid-19. Pada saat itu, pengunjung bisa 4.000-5.000 orang ketika akhir pekan. Saat ini, pengunjung berkisar 2.000-3.000 orang. Akan tetapi, menurut dia, angka tersebut masih tergolong tinggi, bahkan jika dibandingkan masa sebelum pandemi.
Dengan tarif Rp 105.000 hingga Rp 175.000 per orang, pengunjung bebas memilih jenis paket yang diinginkan. Sejumlah tarif tersebut, pengunjung mendapatkan jasa pemandu, tongkat gunung, obat-obatan, air mineral, hingga biaya parkir kendaraan.
Pemerhati olahraga Fritz E Simandjuntak menganggap masyarakat saat ini semakin menggemari aktivitas yang menggabungkan olahraga dan kegiatan yang sekaligus bisa mempererat hubungan sosial. Dengan demikian, orang-orang akan memilih melakukan olahraga yang berbasis rekreasi yang bisa diikuti oleh banyak orang.
Kegiatan seperti ini banyak dilakukan kalangan masyarakat perkotaan hingga selebritas atau pegiat media sosial yang mempunyai banyak pengikut sehingga mampu memengaruhi lebih banyak orang.
”Fenomena peningkatan olahraga luar ruangan dipengaruhi aktivitas di media sosial. Ketika orang membuat unggahan dengan beraktivitas di tempat yang menarik, hal tersebut akan memacu orang lain untuk melakukan hal yang sama,” kata Fritz.