Bjorn Borg, Roger Federer, Rafael Nadal, Novak Djokovic adalah nama-nama besar di arena tenis. Namun, perjalanan karier mereka tak selalu mulus. Setiap petenis memiliki kekurangan dalam gelar yang mereka raih.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
AFP/MARCO BERTORELLO
Reaksi petenis Spanyol Rafael Nadal setelah mengalahkan petenis Norwegia, Casper Ruud, dalam pertandingan terakhir babak grup Final ATP di Turin, Italia, Kamis (17/11/2022). Nadal mengalahkan Ruud, 7-5, 7-5, namun gagal maju ke babak semifinal Final ATP.
Rafael Nadal punya julukan “raja lapangan tanah liat”, mempunyai medali emas tunggal dan ganda putra Olimpiade, dan lima trofi juara ajang beregu Piala Davis, tetapi tak sekalipun pemilik 22 gelar juara Grand Slam itu menjuarai Final ATP. Namun, tak hanya Nadal yang tak dapat melengkapi deretan gelar dari ajang besar, banyak nama besar lain memiliki “lubang” di tempat berbeda.
Kehadiran Nadal di Turin, Italia, pada pekan ini menjadi percobaannya yang ke-11 untuk menjuarai Final ATP. Ini adalah turnamen yang hanya diikuti delapan petenis terbaik dari yang terbaik pada setiap musimnya. Namun, dari 11 percobaan itu, baik dengan alasan tak cocok dengan jenis lapangan keras di dalam ruangan ataupun cedera—dia tujuh kali melewatkan Final ATP meski lolos--hasil terbaiknya “hanya” final pada 2010 dan 2013.
Nadal meninggalkan Turin dengan hanya satu kali menang dari tiga pertandingan pada penyisihan Grup Hijau. Dia pun menempati peringkat terakhir klasemen di bawah Casper Ruud dan Taylor Fritz yang lolos ke semifinal, serta Felix Auger-Aliassime.
Deraan cedera, terutama cedera bawaan telapak kaki kiri, serta usia mencapai 37 tahun pada 2023, bisa saja partisipasinya pada Final ATP 2022 menjadi yang terakhir. Kalaupun petenis Spanyol ini masih bisa lolos, peluang untuk juara makin menipis seiring dengan lahirnya generasi baru.
AFP/MARCO BERTORELLO
Petenis Spanyol Rafael Nadal dalam dalam pertandingan terakhir babak grup Final ATP melawan petenis Norwegia, Casper Ruud, di Turin, Italia, Kamis (17/11/2022). Nadal mengalahkan Ruud, 7-5, 7-5, namun gagal maju ke babak semifinal Final ATP.
Saya telah mempersiapkan diri dengan baik, tapi, mungkin, sebelum bersaing di sini, saya tidak menjalani cukup pertandingan untuk mencapai level yang diinginkan, apalagi setelah mengalami momen sulit.
“Saya telah mempersiapkan diri dengan baik, tapi, mungkin, sebelum bersaing di sini, saya tidak menjalani cukup pertandingan untuk mencapai level yang diinginkan, apalagi setelah mengalami momen sulit,” tutur Nadal yang mengalami cedera otot perut sejak Wimbledon, pada Juli.
Meski demikian, Nadal bersyukur atas pencapaiannya pada 2022. Dia menambah dua gelar Grand Slam, dari Australia dan Perancis Terbuka, hingga menjadi tunggal putra dengan trofi juara Grand Slam terbanyak. “Dalam usia seperti ini, masih bisa kompetitif dan meraih apa yang saya dapat sangatlah berarti. Untuk 2023, saya akan mencoba kompetitif sejak awal musim, membawa energi dan sikap positif,” katanya.
Ketika Nadal selalu gagal melengkapi prestasinya dengan gelar juara Final ATP, dua rival utama yang bergabung bersamanya dalam “Big Three”, yaitu Novak Djokovic dan Roger Federer memiliki “lubang” dari ajang yang sama, yaitu Olimpiade. Sejak Olimpiade Athena 2004, unggulan teratas ajang multicabang empat tahunan itu dipegang Federer atau Djokovic. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang bisa meraih emas nomor tunggal sebagai nomor yang lebih bergengsi dari ganda.
Hasil terbaik Djokovic untuk Serbia adalah medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008 ketika Nadal mendapat emas. Sementara, Federer meraih perak dari London 2012. Andy Murray, yang pernah menjadi bagian dari “Big Four” bersama mereka, bahkan, lebih sukses, yaitu dengan meraih emas dari London 2012 dan Rio de Janeiro 2016.
AFP/MARCO BERTORELLO
Petenis Norwegia Casper Ruud (kiri) dan petenis Spanyol Rafael Nadal bersalaman setelah pertandingan terakhir babak grup Final ATP di Turin, Italia, Kamis (17/11/2022). Nadal mengalahkan Ruud, 7-5, 7-5, namun gagal maju ke babak semifinal Final ATP.
Federer, yang pensiun pada tahun ini, akhirnya harus mengakhiri 24 tahun kariernya di arena profesional tanpa emas Olimpiade dari tunggal putra. Adapun Djokovic masih bisa berharap mendapat kalungan medali emas di Olimpiade Paris 2024.
Senior mereka yang berjaya pada era 1980-an, yaitu Ivan Lendl, dikenal membenci lapangan rumput karena tak pernah menjuarai Wimbledon. Hasil terbaiknya adalah ketika tampil pada final 1986 dan 1987, tetapi kalah dari Boris Becker dan Pat Cash.
Bjorn Borg, legenda yang menjadi idola Federer, memiliki keunikan karena bisa menguasai lapangan tanah liat Roland Garros dan lapangan rumput Wimbledon yang memiliki karakter berkebalikan. Borg juara Perancis Terbuka di lapangan tanah liat yang lambat sebanyak enam kali, ditambah lima kali di lapangan rumput yang cepat. Namun, dia selalu gagal juara di lapangan keras Melbourne Park tempat berlangsungnya Australia Terbuka dan Flushing Meadows (AS Terbuka).
Mantan petenis Swedia itu memiliki peluang besar juara ketika empat kali mencapai final AS Terbuka. Namun, dia kalah dari pesaingnya, yaitu Jimmy Connors pada 1976 dan 1978 serta dari John McEnroe pada 1980 dan 1981.
AFP/MARCO BERTORELLO
Petenis Spanyol Rafael Nadal mengembalikan bola yang telah ditandatanganinya seusai mengalahkan petenis Norwegia, Casper Ruud, dalam pertandingan terakhir babak grup Final ATP di Turin, Italia, Kamis (17/11/2022). Nadal mengalahkan Ruud, 7-5, 7-5, namun gagal maju ke babak semifinal Final ATP.
Sementara, empat petenis lain yang pernah menduduki puncak peringkat dunia, yaitu Becker, Connors, Pete Sampras, dan Stefan Edberg selalu gagal menaklukkan lapangan tanah liat Roland Garros yang menuntut petenis bisa bergerak dengan cara meluncur. Padahal, ketiganya sukses pada tiga Grand Slam lain. Di antara mereka, hanya Edberg yang bisa mencapai final, yaitu pada 1989 ketika dikalahkan Michael Chang, sementara yang lain gagal di semifinal. (AP/AFP)