Momentum pandemi dan banyaknya publik figur yang bermain tenis harus dimanfaatkan maksimal untuk memasyarakatkan tenis hingga melahirkan atlet berprestasi.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Gairah olahraga tenis lapangan belakangan ini terus meningkat di kalangan masyarakat Indonesia. Momentum pandemi Covid-19 dan publik figur yang ramai bermain tenis lapangan harus dimanfaatkan secara maksimal oleh para pemangku kepentingan untuk memasyarakatkan tenis guna melahirkan atlet yang berprestasi.
Putri Arifa Malik misalnya, dia mulai mencoba bermain tenis sejak satu tahun terakhir. Awalnya, karyawan swasta ini mengaku ikut-ikutan teman sekantornya bermain tenis. Kemudian, ia merasa nyaman lalu menjadi hobi, bahkan sampai menyewa pelatih untuk lebih serius bermain tenis.
"Dulu 2020 awal ikut teman cari kegiatan apa yang aman selama pandemi. Habis itu terus cari info pelatih dan lanjut terus sampai sekarang. Sejauh ini enjoy sih, bisa olahraga sekaligus melepas stress di lapangan tenis," kata Arifa saat ditemui di Lapangan Tenis Gelanggang Olahraga Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Senin (14/11/2022).
Arifa yang ikut dalam klub Love Tenis Indonesia kemudian mengajak anaknya, Cassie yang masih berusia tujuh tahun untuk berlatih tenis. Anaknya pun didampingi pelatih sejak pertama kali bermain tenis pada Januari 2022.
"Anak saya awalnya ikut saya latihan saja, terus mau ikutan main. Jadi sekalian saja latihan di sini. Sementara ini untuk olahraga gerak dia saja, nanti mau jadi atlet atau tidak itu pilihan dia," tuturnya.
Pelatih dari Love Tenis Academy Jakarta, Peter Susanto mengungkapkan ada peningkatan jumlah murid yang mendaftar ke akademi tenisnya sejak pandemi. Mereka kebanyakan memang ingin belajar tenis atau hanya mengikuti tren di lingkungannya. Klub ini juga telah mempersiapkan program tiga bulan, enam bulan, hingga satu tahun untuk pelatihan tenis bagi amatir yang bukan tidak mungkin bisa menjadi profesional.
"Setahun ini semakin ramai yang mendaftar, murid kami sekarang 200 orang, 40 persen di antaranya anak-anak. Mereka rata-rata anak dari orangtua yang jadi murid juga disini," kata Peter.
Pelatih bersertifikat tenis internasional itu juga berharap pemerintah melihat gairah tenis yang meningkat ini sebagai potensi Indonesia untuk kembali berprestasi di tingkat dunia, salah satunya dengan membangun fasilitas tenis yang memadai. Menurut Peter, banyak lapangan tenis yang beralih fungsi menjadi lapangan futsal atau tergusur untuk mendirikan bangunan lain seperti apartemen.
Salah satu yang sepat menyedot perhatian publik adalah penggusuran lapangan tenis di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Dari total 18 lapangan, kini tersisa dua lapangan yakni lapangan utama dan lapangan di Stadion Tenis Indoor Senayan. Waktu itu, penggusuran dilakukan untuk pembangunan arena cabang olahraga lain untuk Asian Games 2018.
Setahun ini semakin ramai yang mendaftar, murid kami sekarang 200 orang, 40 persen di antaranya anak-anak.
"Saya sangat berharap jumlah lapangan ditambah, karena bagi kami pelaku tenis ini lebih mudah mencari lapangan. Prestasi tenis ini sedang luar biasa, terakhir Christopher Rungkat dan Aldila Sujiadi meraih emas di Asian Games setelah 16 tahun tidak dapat, Aldila dan Yana Sizikova juga baru saja juara WTA 125 di Colina, Chile, sehingga peringkatnya naik lagi ke-47 dunia. Ini membuktikan bahwa orang Indonesia berpotensi," ucapnya.
Olahraga aman
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis (PP Pelti) Lani Sardadi saat dihubungi di Jakarta, Senin (15/11/2022) mengaku senang dengan bangkitnya gairah olahraga tenis di Indonesia. Menurut Lani, kebangkitan tenis mulai terasa sejak Pandemi Covid-19 karena tenis lapangan dinilai organisasi kesehatan dunia atau WHO menjadi olahraga teraman dari risiko penularan virus.
"Ini momennya sudah pas dengan pandemi, lalu beberapa artis main tenis, jadi ramai lagi, artis ini juga penting secara tidak langsung sebagai ikon untuk memasyarakatkan tenis," kata Lani, menyinggung banyaknya artis dan pemengaruh yang bermain tenis dan menyebarkan aktivitas mereka di media sosial.
Untuk anak-anak yang mulai berlatih tenis, Lani berpesan kepada orangtua dan pelatih untuk terus menjaga konsistensi anak asuhnya agar menjadi atlet di kemudian hari. Dia juga berharap semangat ini tidak sementara guna melahirkan bibit baru atlet tenis Indonesia.
"Semoga nanti ketika mereka dewasa tidak beralih atau terganggu ke cabang olahraga lain, karena melalui tenis mereka bisa kuliah ke luar negeri seperti di Amerika Serikat. Tenis ini salah satu cabang dengan beasiswa yang terbesar, mungkin ada sekitar 2.000 beasiswa setiap tahun, jadi harus konsisten dan jangan cepat bosan," kata Lani.
PP Pelti mencatat untuk di DKI Jakarta saja komunitas atau klub tenis berkembang pesat dari hanya 6 menjadi 30 komunitas atau klub sepanjang 2019-2022. Mereka juga sudah menyelenggarakan sekitar 30 turnamen dari tingkat junior sampai profesional selama satu tahun ini sebagai wadah kompetisi agar tenis semakin berkembang.