Jelang Kejuaraan Dunia Yunior Wushu, Latihan Makin Intensif
Para atlet yunior dalam tim kejuaraan nasional Indonesia ditargetkan meraih empat medali emas pada Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Mereka terus melakukan berbagai persiapan.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Latihan intesif terus dilakukan para atlet guna bertanding dalam Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Sebagai tuan rumah, tim nasional wushu Indonesia menargetkan empat medali emas.
Menurut Sekretaris Jenderal Pengurus Besar (PB) Wushu Indonesia Ngatino, setidaknya 72 negara berminat untuk berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Meski demikian, jumlah negara yang sudah resmi mendaftar untuk mengikuti perhelatan 2-11 Desember 2022 di ICE BSD, Tangerang, Banten, itu sekitar 60 negara, sebab pendaftaran baru akan ditutup pada Kamis (10/11/2022).
Kendalanya memang regulasi setelah pandemi di negara masing-masing berbeda-beda. Sehingga masalah visa jadi kendala, penerbangan juga belum berjalan seperti biasa, ini yang jadi kendala.
“Kendalanya memang regulasi setelah pandemi di negara masing-masing berbeda-beda. Sehingga masalah visa jadi kendala, penerbangan juga belum berjalan seperti biasa, ini yang jadi kendala,” ujar Ngatino saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Ia mengatakan, tak semua negara mengisi seluruh nomor yang tersedia. Sebab pandemi Covid-19 menimbulkan sejumlah kendala, termasuk soal persiapan tiap negara.
Berdasarkan data Chef de Mission (CdM) Yunior Wushu Kontingen Indonesia Doddy Rahardi, tuan rumah akan menurunkan total 23 orang atlet. Sebanyak 12 orang mewakili taolu yang menggabungkan teknik dan gaya serangan, juga pertahanan. Kategori lainnya, sebanyak 11 orang lainnya bertanding untuk sanda. Cabang itu identik dengan pertarungan tangan kosong modern.
Taolu memiliki kelas A, B, dan C baik putra maupun putri. Kelas A khusus atlet berusia 15-17 tahun, B untuk atlet berumur 12-14 tahun, sedangkan C menjaring peserta termuda di bawah 12 tahun. Sementara, sanda terbagi atas dua kelompok, yakni prayunior dengan usia 15-16 tahun, serta yunior berumur 16,5-18 tahun.
Indonesia akan menurunkan total 35 nomor. Taolu mengirimkan total 24 nomor yang mempertandingkan cabang tangan kosong (changquan, nanquan, taijiquan), senjata pendek (daoshu, jianshu, nandao, taijijian), dan senjata panjang (gunshu, qiangshu, nangun). Selain itu, sanda mengajukan 11 nomor.
Dalam kejuaraan ini, sejumlah pelatih terpilih untuk menggembleng para atlet yunior. Pelatih asal China diundang untuk mengarahkan para atlet. Tiap kategori, taolu maupun sanda terdiri atas seorang pelatih asing, yakni Zhang Yongsheng dan Xia Hong.
Doddy berharap, selain berhasil dalam prestasi, pagelaran kejuaraan dunia kedelapan ini juga sukses dalam penyelenggaraan. “Menunjukkan pada dunia, kesiapan Indonesia menjadi pusat, spotlight dunia pascapandemi. Selain itu, kami ingin wushu Indonesia menjadi salah satu cabang olahraga yang diperhitungkan dunia,” kata dia secara tertulis.
Semakin berkembang
Pelatihan intensif tim nasional wushu Indonesia telah dimulai sejak dua pekan lalu, setelah menyeleksi sejumlah atlet lainnya. Jumlah anak didik yang makin minim membantu mereka untuk fokus berlatih, begitu pula dengan para pengajarnya.
“Dengan personel yang makin sedikit, jadi intensitas program latihan bisa lebih maksimal,” kata pelatih tim nasional wushu Indonesia cabang taolu, David Hendrawan, saat melatih di Gelora Bung Karno (GBK) Arena.
Dengan target tiga emas dari cabang taolu, David mengatakan tiap jurus memiliki kesempatan untuk meraih medali. Faktor mental perlu diwaspadai karena atlet berisiko tak menunjukkan performa terbaiknya ketimbang saat latihan karena gugup. Hal ini berisiko terjadi, meski latihan berlangsung tiap hari selama 4-5 jam.
Tim kejuaraan ini mewaspadai sejumlah negara di Asia sebab berkemampuan mumpuni. Pesaing yang perlu diwaspadai adalah tim Malaysia, Vietnam, dan Singapura. Sebab ketiga negara itu menunjukkan wushu mulai berkembang pesat. Negara lain di luar Asia Tenggara yang juga patut diperhitungkan adalah Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan.
Wushu Indonesia yang semakin berkembang juga mulai dikenal negara-negara lain, apalagi sejumlah atlet menorehkan prestasi tingkat dunia sejak 2005. “Yang diharapkan, para atlet yunior ini akan jadi penerus senior nantinya,” ujar David yang juga mantan atlet wushu Indonesia.
David dan para pelatih lain juga berupaya mendidik atlet agar tak hanya hebat di atas karpet saat pertandingan, namun juga berguna bagi keluarga dan masyarakat. Sehingga karakter yang baik jadi salah satu kunci mencetak prestasi.