Usai kalah 0-1 dari Lazio, AS Roma berusaha bangkit untuk mengalahkan Sassuolo pada pekan ke-14 Liga Italia. Tiga poin jadi harga mati untuk mengembalikan semangat pemain dan asa mereka balik ke papan atas klasemen.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SASSUOLO, SELASA – Sakit hati dan kekecewaan masih menaungi AS Roma usai kekalahan konyol, 0-1 dari Lazio dalam Derby della Capitale alias Derbi Ibu Kota pada pekan pekan ke-13 Serie A Liga Italia, Senin (7/11/2022). Selain mencoreng gengsinya di ”Kota Abadi”, AS Roma pun terlempar dari empat besar klasemen.
Maka itu, dalam laga menghadapi tuan rumah Sassuolo pada pekan ke-14, Kamis (10/11/2022), Sang ”Serigala Roma” berupaya memburu tiga poin untuk menjaga peluang kembali ke papan atas. ”Identitas untuk terus berjuang demi hasil yang baik, itu tidak bisa disentuh dari kami (tidak akan hilang),” ujar Pelatih AS Roma Jose Mourinho dilansir Football-Italia sehabis laga derbi tersebut.
Dalam derbi di Stadion Olimpico, AS Roma yang berstatus tuan rumah sejatinya sangat mendominasi permainan sejak awal hingga akhir laga. Hanya saja, akibat satu kesalahan kecil tetapi fatal yang dilakukan bek Roger Ibanez, Lazio bisa mencuri gol melalui sepakan penyerang Felipe Anderson di menit ke-29.
Tanpa tekanan dari pemain Lazio, Ibanez melakukan gerakan tidak perlu yang membuat bola bergulir liar di dalam kotak penalti. Ibanez pun tidak berdaya saat pemain sayap kanan Lazio, Pedro, dengan gesit merebut bola tersebut. Sergapan Pedro membuat bola meluncur bebas ke hadapan Anderson sehingga bisa nyaman menceploskan bola ke gawang.
Kekalahan itu sangat disesali oleh pelatih maupun pemain AS Roma. Sebab, dari permainan di atas lapangan maupun data statistik, I Giallorossi alias ”Si Merah-Oranye” unggul segala-galanya atas Lazio. Mereka terus mengurung ”Sang Elang Biru” yang bertahan total lebih dari separuh waktu pertandingan.
Saya pikir kami banyak kalah secara tidak pantas di kandang. Atalanta hanya memiliki satu tembakan ke gawang dan menang 1-0 (pada pekan ketujuh), Napoli mengalami kesulitan sebelum menang melalui gol luar biasa Victor Osimhen (pada pekan ke-11), sedangkan Lazio, mereka hanya menang setengah bola.
”Saya pikir kami banyak kalah secara tidak pantas di kandang. Atalanta hanya memiliki satu tembakan ke gawang dan menang 1-0 (pada pekan ketujuh), Napoli mengalami kesulitan sebelum menang melalui gol luar biasa Victor Osimhen (pada pekan ke-11), sedangkan Lazio, mereka hanya menang setengah bola,” ketus Mourinho.
Pascakekalahan itu, AS Roma menjadi bulan-bulanan Lazio dan penggemarnya. Usaha AS Roma mendatangkan sederet pemain bintang dengan nilai transfer yang lebih besar di musim panas lalu semakin disepelekan dan menjadi bahan ejekan kubu Lazio.
Yang lebih menyakitkan, AS Roma melorot dari urutan keempat menjadi keenam dengan 25 poin dari 13 laga. Mereka disalip oleh Juventus yang sempat tertatih-tatih di awal musim. Berkat kemenangan 2-0 atas tim tamu Inter Milan dalam Derbi Italia pada pekan ke-13, ”Si Nyonya Besar” melompat dari peringkat ketujuh menjadi kelima dengan 25 poin dari 13 laga. Mereka unggul selisih memasukkan dan kemasukan gol.
Upaya untuk bangkit
Untuk itu, dalam persiapan melawan Sassuolo, AS Roma berupaya bangkit. Kemenangan menjadi harga mati untuk mengembalikan semangat para pemain dan menjaga asa mereka bisa berada di papan atas klasemen pada akhir musim.
Sebaliknya, kekalahan akan menjadi petaka yang membuat langkah mereka menembus papan atas lebih sulit. Apalagi, grafik Lazio di urutan ketiga dan Atalanta di peringkat keempat sedang stabil. Adapun performa Juventus tengah menanjak. Sementara itu, Inter Milan di tempat ketujuh tidak tinggal diam untuk balik ke papan atas.
Namun, walau terpuruk di urutan ke-13, Sassuolo bukan lawan yang mudah. Sejarah membuktikan, Sassuolo tidak terkalahkan dari AS Roma saat bermain di kandang dalam empat musim terakhir atau sejak kalah 0-1 dari AS Roma dalam pertemuan kedua musim 2017/18 pada 20 Mei 2018. Bahkan, Sassuolo sempat menang telak 4-2 atas AS Roma di kandang dalam pertemuan kedua musim 2019/20 pada 1 Februari 2020.
Mourinho dipaksa memeras otak kalau ingin pulang dengan kepala tegak dari Stadion Citta del Tricolore, kandang Sassuolo. Pelatih asal Portugal itu wajib mencari solusi dari kebuntuan lini depan AS Roma. Di antara 10 besar klasemen, AS Roma hanya membukukan 16 gol atau cuma lebih baik atas Torino di urutan ke-10 dengan 13 gol.
Menurut Mourinho, keringnya gol lini depan AS Roma karena minim dukungan kreativitas dari lini kedua. Hal itu akibat cedera yang menghantam pemain-pemain kreator, seperti Paulo Dybala dan Lorenzo Pellegrini. Makanya, Mourinho mau tidak mau memakai jasa pemain primavera atau tim muda AS Roma, seperti Cristian Volpato.
Kendati memberikan kontribusi cukup baik dengan satu gol dari dua laga Serie A, Volpato yang unggul kecepatan dan berani menusuk pertahanan lawan tetaplah pemain dengan minim pengalaman. Dia butuh waktu untuk memiliki mental yang cukup guna mengubah hasil pertandingan, seperti melawan Lazio.
”Hidup kami menjadi lebih sulit tanpa Pellegrini setelah Dybala cedera. Untungnya, ada Volpato yang memberikan sedikit kreativitas di depan. Kami memiliki kepercayaan penuh pada Volpato, kami yakin dia bisa menjadi pemain kunci kami,” ujar Mourinho, dikutip Romapress.net.
Dari kubu Sassuolo, mereka bernasib tak jauh beda dengan AS Roma. Pada pekan ke-13, tim berjuluk”I Neroverdi”alias ”Si Hijau-Hitam” itu takluk 0-1 dari tuan rumah Empoli. Kekalahan itu juga mengecewakan dan ingin mereka bayar dengan mempermalukan AS Roma.
”Kami memainkan permainan di bawah standar kami (ketika kalah dari Empoli) dan kami harus menebusnya. Kami tahu Roma adalah lawan yang kuat, lawan yang lebih baik, dan sama-sama terluka seperti kami. Tetapi, kami siap bertarung dan mengalahkan mereka,” ujar Pelatih Sassuolo Alessio Dionisi dilansir Sassuolonews.net, Selasa (8/11/2022).