Caroline Garcia hanya bisa menembus babak ketiga pada ajang besar 2021. Siapa menduga, petenis putri Perancis itu bisa menjuarai turnamen elite akhir musim 2022, Final WTA.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
AFP/GETTYIMAGES/TOM PENNINGTON
Petenis Perancis Caroline Garcia melakukan selebrasi di lapangan setelah mengalahkan petenis Belarus, Aryna Sabalenka, dalam pertandingan final tunggal putri Final WTA 2022 di Forth Worth, AS, Selasa (8/11/2022) waktu Indonesia.
Seperti petenis lain yang pernah tenggelam lalu bangkit, diantaranya Roger Federer dan Novak Djokovic, Caroline Garcia mengalami hal yang sama. Meski karier petenis putri Perancis ini tak secemerlang dua nama besar di arena putra itu, Garcia bisa kembali ke performa terbaik yang pernah dialaminya pada lima hingga empat tahun lalu.
Dalam persaingan tenis putri profesional pada musim 2022, Garcia bukanlah yang terbaik. Tahun ini, persaingan didominasi petenis Polandia, Iga Swiatek, yang meraih delapan gelar juara, termasuk dua dari Grand Slam dan empat dari WTA 1000.
Namun, turnamen akhir musim Final WTA yang tahun ini berlangsung di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat, 31 Oktober-7 November, dijuarai Garcia. Dalam final yang berlangsung Senin (7/11/2022) waktu setempat atau Selasa siang waktu Indonesia, Garcia mengalahkan Aryna Sabalenka dengan skor 7-6 (4), 6-4.
Final WTA adalah turnamen yang diikuti delapan pemain tunggal dan delapan ganda putri dengan performa terbaik pada musim yang bersangkutan. Poin dihitung dari hasil turnamen Tur WTA (WTA 250, 500, dan 1000) selama setahun. Ini berbeda dengan daftar peringkat dunia yang dihitung dari hasil turnamen selama 52 pekan ke belakang.
AFP/GETTYIMAGES/KATELYN MULCAHY
Petenis Perancis Caroline Garcia mengangkat trofi Billie Jean King setelah mengalahkan petenis Belarus, Aryna Sabalenka, dalam pertandingan final tunggal putri Final WTA 2022 di Forth Worth, AS, Selasa (8/11/2022) waktu Indonesia.
Dari performa gemilangnya pada tahun ini, Swiatek unggul jauh dalam perolehan poin, bahkan, dibandingkan Ons Jabeur di peringkat kedua. Swiatek mengumpulkan 10.335 poin, Jabeur dengan 4.555 poin, sementara Garcia pada posisi keenam daftar peringkat Final WTA dengan 3.000 poin.
Swiatek dan Maria Sakkari tampil baik dalam penyisihan grup masing-masing dengan tak terkalahkan dalam tiga pertandingan. Swiatek, bahkan, selalu menang straight sets. Nama Garcia tak pernah mengimbangi Swiatek sebagai calon juara. Garcia, bahkan, harus menjalani pertandingan “winner takes all” melawan Daria Kasatkina pada Grup Tracy Austin untuk lolos ke semifinal. Laga itu menentukan pendamping Swiatek sebagai peringkat dua besar grup.
Performanya, dengan karakter menyerang dari baseline, mulai diperhitungkan ketika menyingkirkan Sakkari 6-3, 6-2 di semifinal. Puncaknya, melalui permainan adu agresif dari baseline, Garcia mengalahkan Sabalenka yang menyingkirkan Swiatek pada semifinal.
Sudah pasti, ini adalah kebahagiaan terbesar. Saya memenangi final yang ‘gila’, persaingannya sangat intens dalam setiap perebutan poin. Saya bangga dengan yang dilakukan tim pada tahun ini hingga saya bisa meraih gelar juara dengan level tertinggi dalam karier.
“Sudah pasti, ini adalah kebahagiaan terbesar. Saya memenangi final yang ‘gila’, persaingannya sangat intens dalam setiap perebutan poin. Saya bangga dengan yang dilakukan tim pada tahun ini hingga saya bisa meraih gelar juara dengan level tertinggi dalam karier,” tutur Garcia.
AFP/TOM PENNINGTON
Petenis Perancis Caroline Garcia melepaskan servis ke arah petenis Yunani Maria Sakkari dalam pertandingan semifinal Final WTA di Fort Worth, Texas, Senin (7/11/2022) pagi WIB. Garcia mengalahkan Sakkari, 6-3, 6-2.
Petenis Perancis itu pernah meraih pencapaian terbaik pada 2017, setelah menjalani persaingan di arena profesional pada 2011. Untuk pertama kalinya, sejak debut di arena Grand Slam pada 2010, Garcia mencapai perempat final, yaitu di Perancis Terbuka.
Pada tahun itu pula, dia meraih dua gelar juara WTA 1000 dari Wuhan dan China Terbuka. Sebagai buah dari perjalanan itu, ditambah tiga perempat final dan satu semifinal WTA 1000 pada tahun berikutnya, dia menempati peringkat keempat dunia, posisi tertinggi yang pernah ditempatinya.
Setelah itu, dia mulai kesulitan bertahan dalam persaingan papan atas dunia, meski masih bisa mengantarkan Perancis menjuarai Piala Billie Jean King (dulu Piala Fed) pada 2019. Pada 2021, ketika persaingan level atas terjadi antara petenis-petenis muda, seperti Naomi Osaka, Ashleigh Barty, Emma Raducanu, Cori Gauff, dan Swiatek, Garcia makin kesulitan. Pada ajang besar, hasil terbaiknya hanya sekali mencapai babak ketiga, yaitu di WTA 1000 Dubai. Dia pun terlempar ke peringkat 74 dunia.
Musim 2022, Garcia seolah menemukan kembali kekuatannya. Gelar juara ganda putri Perancis Terbuka, bersama Kristina Mladenovic, menjadi titik balik. Setelah itu, dia menjuarai tiga turnamen pada nomor tunggal, salah satunya WTA 1000 Cincinnati. Semifinal AS Terbuka menjadi semifinal pertamanya di ajang Grand Slam.
AP/RON JENKINS
Petenis Belarus Aryna Sabalenka memukul bola ke arah petenis Perancis Caroline Garcia, dalam pertandingan final tunggal putri Final WTA 2022 di Forth Worth, AS, Selasa (8/11/2022) waktu Indonesia. Garcia mengalahkan Sabalenka, 7-6 (4), 6-4.
Setelah menjuarai Final WTA, Garcia menempati posisi yang pernah ditempatinya empat tahun lalu, yaitu peringkat keempat dunia, di bawah Swiatek, Jabeur, dan Jessica Pegula pada urutan pertama hingga ketiga.
Kedatangan petenis-petenis muda tak bisa menghindarkan fakta bahwa persaingan saat ini dikuasai petenis muda. Namun, situasi ini tak serta merta membuat para senior tersingkir. Selalu ada momen yang membuat mereka bertahan, bahkan, bangkit. Federer misalnya, pernah terpuruk karena didera cedera pinggang dan lutut pada semester kedua 2016. Akan tetapi, siapa menduga bahwa dia bisa menjuarai dua Grand Slam pada tahun berikutnya.
Djokovic kehilangan motivasi setelah gelar juara Perancis Terbuka 2016 membuatnya bisa menjuarai semua Grand Slam. Namun, persaingan di antara “Big Three” (Federer, Djokovic, dan Rafael Nadal) membuatnya bangkit untuk menjadi yang terbaik di antara yang terbaik.
Dengan apa yang telah dilaluinya pada tiga tahun terakhir, terutama performa buruk pada 2021, Garcia mengalami hal serupa. Petenis berusia 29 tahun tersebut berusaha agar semua momen buruk yang memunculkan perasaan negatif tak menenggelamkannya.
AFP/GETTYIMAGES/KATELYN MULCAHY
Petenis Perancis Caroline Garcia berbicara kepada media dalam konferensi pers setelah mengalahkan petenis Belarus, Aryna Sabalenka, pada pertandingan final tunggal putri Final WTA 2022 di Forth Worth, AS, Selasa (8/11/2022) waktu Indonesia.
“Saya senang bisa membawa pola pikir untuk selalu tenang pada setiap momen. Apa yang saya lakukan ini membuat saya bisa memanfaatkan kesempatan untuk kembali ke level atas,” katanya. (AFP/REUTERS)