Sejak melatih Chelsea, Graham Potter untuk pertama kalinya akan menghadapi Pep Guardiola. Kecenderungan Potter memilih strategi berbeda di tiap laga menyisakan misteri bagi Manchester City.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA – Seribu tanya menyelimuti Chelsea jelang pertandingan melawan Manchester City pada babak keempat Piala Liga Inggris di Stadion Etihad, Kamis (10/11/2022) pukul 03.00 dini hari WIB. Di bawah besutan manajer baru Graham Potter, Chelsea menjelma jadi tim yang sulit diprediksi. Pilihan pemain dan taktik yang akan diterapkan Potter masih terselubung misteri.
Potter tidak pernah menerapkan satu formasi tertentu di setiap laga. Dalam dua laga sebelumnya di Liga Inggris, misalnya, ia memasang tiga bek dalam formasi 3-4-2-1 saat bertandang ke markas Brighton. Pendekatan itu ia ubah lagi menjadi 4-2-3-1 kala menghadapi Arsenal.
Kecenderungan Potter mengubah-ubah formasi dan susunan pemain itu mulai terlihat setidaknya sejak awal bulan ini. Setelah melawan Brighton, Potter kembali menggunakan pendekatan berbeda dengan menggunakan formasi 4-3-1-2 saat melawan Dinamo Zagreb.
Pertandingan menghadapi Zagreb itu meruntuhkan prediksi banyak orang karena Potter menurunkan hampir seluruh pemain intinya kendati sudah dipastikan lolos ke fase gugur. Saat itu, banyak orang mengira Potter akan menurunkan pemain pelapis untuk keperluan rotasi.
Sejumlah pengamat sepak bola berpendapat, Potter menurunkan kekuatan penuh agar memastikan kemenangan atas Zagreb. Saat itu, Chelsea baru saja menuai hasil buruk usai dibantai 1-4 oleh Brighton. Ia tidak ingin tren negatif berlama-lama membayangi timnya.
Hingga kini, Chelsea belum mampu keluar dari tren negatif. Chelsea kini telah menjalani empat pertandingan tanpa kemenangan di liga. Terakhir, “Si Biru” takluk 0-1 dari Arsenal dalam laga Derbi London.
Performa buruk Chelsea salah satunya disebabkan badai cedera yang menggerogoti lini tengah Chelsea. Sejumlah pemain Chelsea seperti N’Golo Kante, Ben Chilwell, Wesley Fofana, dan Reece James tidak akan tampil hingga setelah Piala Dunia.
“Kami mengalami sedikit badai yang sempurna dalam banyak pertandingan dan cedera di sepanjang jalan. Kami harus menghadapinya dan fokus pada bagaimana kami dapat meningkatkan tim. Seperti yang Anda lihat hari ini, ada pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Potter, dikutip dari Football London, Selasa (8/11/2022).
Kami mengalami sedikit badai yang sempurna dalam banyak pertandingan dan cedera di sepanjang jalan. Kami harus menghadapinya dan fokus pada bagaimana kami dapat meningkatkan tim.
Kondisi berbeda dialami City yang meraih tiga kemenangan beruntun dari tiga laga sebelumnya. “The Citizen” juga tidak terkalahkan dalam lima laga terakhir di semua kompetisi. Kekuatan City semakin bertambah seiring mulai pulihnya gelandang Kalvin Phillips. Phillips dilaporkan sudah mulai menjalani latihan setelah menjalani operasi bahu.
“Melawan Chelsea dia (Kalvin) akan berada di bangku cadangan. Apakah akan bermain atau tidak, saya tidak tahu. Tetapi dia akan berada di bangku cadangan. Kalvin sudah jauh lebih baik,” ujar Guardiola.
Piala Liga Inggris menjadi ajang yang paling sering dimenangi City dalam empat tahun terakhir. Mereka menjadi juara di edisi 2018 hingga 2021. Hanya Liverpool yang bisa memecah dominasi City usai menundukkan Chelsea di partai final musim lalu. Kali ini, City berniat kembali menancapkan supremasinya di Piala Liga. Itu bisa dilakukan dengan menyingkirkan Chelsea lebih dulu.
Pertemuan pertama
Guardiola mungkin menjadi salah satu manajer yang semringah kala mendengar Potter ditunjuk menggantikan Thomas Tuchel sebagai arsitek Chelsea. Mantan pelatih Barcelona dan Bayern Muenchen itu sejak lama mengaku mengidolakan Potter. Guardiola menilai Potter sebagai salah satu orang Inggris yang punya potensi hebat sebagai manajer klub sepak bola.
Hal itu didasari atas kesamaan prinsip dan filosofi taktik antara dirinya dengan Potter. Mewarisi skuad ala kadarnya dari manajer Brighton sebelumnya, Chris Hughton, pada 2019, Potter menunjukkan daya magisnya. Bermaterikan pemain-pemain semenjana, Potter menyulap Brighton melampaui akal sehat.
Selayaknya tim-tim papan tengah dan bawah di Liga Inggris, Brighton seharusnya bermain dengan pertahanan rendah, cenderung bertahan, mengandalkan serangan balik, dan bola mati untuk mencetak angka. Potter, dalam waktu singkat, membalikkan praduga dengan membimbing Brighton bermain layaknya tim-tim besar.
Brighton diubahnya menjadi tim yang mengandalkan penguasaan bola modern dan tampil menekan meski menghadapi klub-klub raksasa sekalipun.. “Si Burung Camar” mengalirkan bola dari bawah dan memainkan permainan di sepertiga lapangan permainan sendiri, sebuah gambaran yang sangat jarang dilakukan tim kecil Inggris.
Pendekatan Potter ini yang membuat Guardiola secara terus terang mengaku sebagai penggemarnya. Potter mengubah Brighton yang diperkuat pemain-pemain kelas menengah menjadi tim yang mampu bersaing di 10 besar Liga Inggris musim lalu.
Baca juga :
Piala Liga Inggris kemudian menghadirkan kesempatan bagi Guardiola untuk menjajal Potter yang kini punya materi pemain lebih bagus bersama Chelsea. Selama membesut Brighton, Potter sudah enam kali bertemu Guardiola. Hasilnya, Potter menelan lima kekalahan dan satu kemenangan. Dengan pemain yang kurang lebih setara dengan City, Potter tentu bisa berbicara lebih banyak melawan Guardiola.
“Para pemainnya memiliki keberanian untuk bermain menekan. Sesuatu yang saya inginkan sebagai penonton. Mereka semua tahu apa yang harus dilakukan. Hal pertama yang akan saya katakan kepada para pemain saya adalah kami harus berada di level tinggi melawan mereka,” ujar Guardiola. (AFP/REUTERS)