Pentas Dansa Tim ”Samba” Brasil di Grup G Piala Dunia 2022
Brasil akan mengejar takdir mereka untuk bermain indah, lalu merajai Piala Dunia. Segudang talenta penyerang tim ”Samba” bisa mewujudkan itu di Qatar.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AP/ANDRE PENNER
Penyerang Brasil Gabriel Jesus (kiri) dibayangi bek Ekuador Pervis Estupinan pada laga kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 zona Amerika Selatan di Stadion Beira-Rio, Porto Alegre, Brasil, 4 Juni 2022. Jesus menjadi salah satu andalan lini depan Brasil pada Piala Dunia 2022.
Brasil selalu identik dengan seni permainan indah atau yang dikenal sebagai ”Jogo Bonito”. Di Piala Dunia Qatar 2022, keindahan itu diyakini akan mencapai level tertinggi lagi. Tim ”Samba” membawa talenta penyerang terbaik nan beragam untuk menari-nari di pertahanan lawan sepanjang turnamen.
Sudah 20 tahun berlalu sejak Brasil menjadi juara dunia. Kala itu, mereka menaklukkan Piala Dunia Jepang dan Korea Selatan 2002 dengan generasi emas yang berisikan pemain seperti Ronaldo, Rivaldo, dan Ronaldinho. Tim asuhan Pelatih Luiz Felipe Scolari itu seolah tidak mengenal kata bertahan.
Ronaldo dan rekan-rekan begitu dominan dengan menyapu bersih semua laga dengan kemenangan, sejak babak grup hingga final. Mereka mencetak rerata 2,57 gol setiap laga lewat permainan menyerang yang bercampur dengan talenta individu ”ajaib” ala sepak bola jalanan.
Setelah paceklik prestasi dua dekade, Ronaldo meyakini skuad yang dipimpin penyerang Neymar Jr saat ini adalah salah salah satu generasi terbaik Brasil.
”Talenta generasi baru itu akan memberikan dukungan terbaik untuk Neymar. Tim ini lebih baik dibandingkan tiga edisi terakhir,” ujar peraih sepatu emas Piala Dunia 2002 itu.
Roh Jogo Bonito dihidupkan kembali oleh Pelatih Adenor Bacchi alias Tite. Dia berjanji mengakomodasi penyerang terbaik Brasil di Qatar. Terbukti, pada laga persahabatan September lalu, Tite langsung memanggil 9 penyerang sekaligus untuk mengisi lini serang dalam formasi 4-2-3-1 andalannya.
Tim ”Samba”, unggulan teratas di Qatar, punya dua sampai tiga pilihan pemain untuk setiap posisi lini serang. Menariknya, mereka adalah pemain bintang yang sedang bersinar di klub-klub Eropa. Karakter setiap penyerang juga unik dan berbeda. Bisa dikatakan, tidak ada tim yang bisa menandingi dari segi bakat.
Pilihannya, antara lain, Vinicius Jr (Real Madrid), Gabriel Jesus (Arsenal), Richarlison (Spurs), dan Raphinha (Barcelona). Mereka akan berebut tempat mendampingi Neymar. Saking padatnya, penyerang Arsenal yang sedang naik daun, Gabriel Martinelli, diragukan masuk dalam daftar 26 nama final skuad Piala Dunia.
AP/CHRISTOPHE ENA
Bek Tunisia Yan Valery (atas) diganjal penyerang tim nasional Brasil Vinicius Junior pada laga persahabatan antara Brasil dan Tunisia di Stadion Parc des Princes, Paris, Perancis, 27 September 2022.
Kata Tite, banyaknya penyerang akan sangat berguna di Qatar. ”Akan ada kesempatan untuk semua (pemain). Siapa pun harus siap. Kami mungkin butuh karakter yang berbeda di setiap laga. Tim perlu penyesuaian terus-menerus agar bisa memainkan cara kami,” ucap pelatih berusia 61 tahun itu.
Variasi pemain sudah dibutuhkan sejak babak Grup G. Brasil akan menghadapi lawan dengan karakter berbeda, yaitu dua tim Eropa yang pernah dihadapi pada fase grup Piala Dunia Rusia 2018, Swiss dan Serbia, serta satu tim Afrika, Kamerun.
Talenta generasi baru itu akan memberikan dukungan terbaik untuk Neymar. Tim ini lebih baik dibandingkan tiga edisi terakhir.
Salah satu potensi masalahnya, Brasil kekurangan jam terbang melawan tim Eropa. Mereka hanya bertanding sekali lawan tim Eropa, Ceko, dalam 4 tahun terakhir akibat pandemi Covid-19 dan Liga Nasional Eropa.
AFP/CARL DE SOUZA
Penyerang Brasil Neymar Jr merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Chile pada laga kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 zona Amerika Selatan di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil, 24 Maret 2022.
Adapun di Rusia, tim asuhan Tite kesulitan menghadapi tim Eropa. Mereka ditahan imbang Swiss, 1-1, di fase grup dan kalah dari Belgia, 1-2, di perempat final. Akibat hasil itu, Tite sempat meminta lebih banyak laga persahabatan dengan tim Benua Biru ke federasi, tetapi tidak bisa direalisasikan.
Tiga calon lawan Brasil punya kelebihan masing-masing. Serbia punya pemain dengan keunggulan fisik khas negara pecahan Yugoslavia. Swiss memiliki kiper spesialis turnamen, Yan Sommer, dan bek tangguh asal Manchester City, Manuel Akanji. Kamerun mengombinasikan keunggulan fisik dan kecepatan.
”Banyak tim favorit di Qatar. Salah satunya Brasil. Namun, kami selalu yakin akan ada kejutan dari tim kuda hitam di turnamen seperti ini. Saya berharap Swiss yang akan mengambil peran itu. Jadi, kita lihat saja,” kata Xherdan Shaqiri, pemain veteran Swiss.
Banyaknya penyerang akan menjadi solusi. Anak asuh Tite tersebar di banyak klub besar Eropa, di berbagai liga. Perbedaan liga itu bisa membantu. Ada pemain yang lebih mengenal calon lawan. Misalnya, pemain Brasil di Liga Inggris yang sudah sering bertemu bek Swiss dari Newcastle United, Fabian Schar.
AP/ANDRE PENNER
Pelatih Brasil Tite memberi instruksi kepada para pemainnya dalam laga kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 zona Amerika Selatan antara Brasil dan Kolombia di Stadion Neo Quimica Arena, Sao Paulo, Brasil, 11 November 2021.
Hal itu juga berguna dalam hal taktik. Di posisi penyerang tengah ada Jesus dan Richarlison. Jesus yang punya keahlian menahan bola lebih cocok menghadapi tim dengan gaya bertahan blok rendah. Richarlison yang bisa berlari kencang lebih berguna lawan tim dengan garis pertahanan tinggi.
Tite sadar betul, kekayaan berlimpah di lini serang itu harus dimanfaatkan. Mereka tidak begitu mewah di pertahanan meskipun punya kiper tangguh Alisson Becker (Liverpool) dan bek Thiago Silva (Chelsea).
Adapun talenta penyerang itu membawa Brasil hanya kalah sekali dari 29 laga terakhir. Dengan materi yang sama, tim Samba tampaknya tidak akan kesulitan menjuarai Grup G. Mereka sudah langganan menjadi juara grup sejak Piala Dunia Spanyol 1982.
Kembalinya ciri khas Brasil seperti menjanjikan adanya oase di Qatar nanti. Sebab, juara dunia lima kali itu memang sudah ditakdirkan untuk bermain indah, mulai dari era Pele hingga Ronaldo. Ketika bermain dengan hati seperti masa kecil mereka di jalanan, trofi itu akan datang sendiri. (AP/REUTERS)