Bagnaia Hidupkan Tradisi Juara Italia
Gelar juara MotoGP yang diraih Francesco Bagnaia melepas beban berat di pundaknya, yaitu harapan "tifosi" untuk mengembalikan gelar juara ke tangan pebalap Italia. Pecco pun menghidupkan tradisi juara Italia.
CHESTE, MINGGU – Francesco Bagnaia membayar tuntas kepercayaan Ducati yang tetap mempertahankan dirinya meskipun menjalani dua musim yang kurang bagus pada 2019 dan 2020. Bahkan, Ducati mempromosikan dirinya ke tim pabrikan Ducati untuk musim 2020.
Tim asal Borgo Panigale itu melihat potensi besar dalam diri pebalap berjuluk Pecco itu, untuk menjinakkan Desmosedici GP yang terkenal liar. Kerja keras Pecco serta inovasi Ducati, berbuah manis. Pecco menjadi pebalap Italia pertama yang juara dengan motor Italia, setelah Giacomo Agostini, 50 tahun lalu.
"Ini berarti menegaskan di panggung dunia, teknologi Italia, dengan pebalap Italia. Masyarakat Italia harus bangga pada hal ini,” ujar Agostini yang pada 1972 juara dengan motor MV Augusta.
Pecco pun mengembalikan tradisi juara MotoGP bagi pebalap Italia, yang terakhir kali diraih oleh Valentino Rossi pada 2009. Pencapaian ini juga menjadi tonggak penting bagi Ducati yang menantikan gelar juara setelah Casey Stoner pada 2007. Makna kemenangan Pecco yang sangat luas ini merupakan buah kesabaran Ducati mengeluarkan potensi dalam diri Pecco.
Bakat Pecco menjadi pebalap kelas dunia sudah dilihat oleh Ducati sejak di kelas Moto2. Sebelum Moto2 musim 2018 selesai, Ducati sudah mengikat kontrak pebalap asal Turin itu untuk membela tim satelit Pramac Racing mulai musim 2019. Kontrak ditandatangani sebelum Pecco meraih gelar juara Moto2 2018.
"Saya pikir kami menyadari itu pada Januari 2018 sebelum dia meraih gelar juara (Moto2). Kami menandatangani kontrak pada Januari 2018, dan kemudian tahun itu dia juara Moto2. Namun, kami menyadari Pecco adalah pebalap top saat tes pertama (MotoGP 2019) di Malaysia," ungkap Manajer Tim Ducati Lenovo Davide Tardozzi.
"Dalam tes pertama, dia menunjukan sesuatu yang mustahil bagi seorang rookie, jika dia bukan pebalap top dan cepat. Kami menyadari itu di sana. Dia memiliki potensi. Itulah mengapa meskipun setelah 1,5 tahun naik turun dan berbagai masalah, serta hasil jelek, kami tetap mempertahankan dia. Dia memiliki potensi, dan kami hanya perlu mencari cara serta memberi dia motor untuk menunjukan potensi itu, dan itulah yang terjadi," ujar Tardozzi.
Pecco meraih gelar juara musim ini berkat spirit pantang menyerah, kerja keras, dan kemauan untuk terus belajar. Di awal musim 2022, Pecco sempat kecewa karena tidak bisa menemukan feeling pengendalian Desmosedici GP22, yang kemudian berujung pada penggabungan GP22 dan GP21. Namun, performa Pecco baru konsisten setelah belajar dari kecelakaan aneh di Sachsenring, dalam seri kesepuluh. Itu merupakan momen terendah Pecco, karena dia tertinggal 91 poin dari pemuncak klasemen Fabio Quartararo, dan gelar juara seolah mustahil diraih.
Baca juga : Valentino Rossi: Pecco Perlu Cerdik
Ini berarti menegaskan di panggung dunia, teknologi Italia, dengan pebalap Italia. Masyarakat Italia harus bangga pada hal ini.
Namun, Pecco melakukan kebangkitan terbesar dalam sejarah MotoGP, dengan mengejar Quartararo hingga unggul 14 poin setelah seri Australia, dan kemudian unggul 23 poin setelah seri Malaysia. Kebangkitan itu dia tuntaskan dengan meraih gelar juara dalam seri terakhir musim ini di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Minggu (6/11/2022). Pecco finis di posisi kesembilan dan itu cukup untuk juara, karena Quartararo hanya bisa finis di urutan keempat.
"Ini balapan terburuk saya tahun ini, mungkin dalam hidup saya, karena tadi saya bertarung dengan motor saya. Saat start semuanya berjalan dengan baik, feeling saya, semuanya oke, tetapi setelah kehilangan winglet saya sangat kesulitan. Sangat sulit mengelola semuanya, dan saya hanya berusaha menjalani balapan hingga akhir dengan tenang, dan akhirnya saat saya melihat pit board bahwa saya juara dunia, saya mulai menangis, karena itu sesuatu yang luar biasa," ungkap Pecco kepada BT Sport.
"Tidak mudah, karena saya bertarung di setiap balapan dengan banyak pebalap, dan kami memenangi tujuh balapan, tetapi dalam bagian terakhir musim ini target saya adalah berusaha berada di depan untuk meraih poin sebanyak mungkin. Pada babak tertentu kejuaraan, selisih poinnya sangat besar, 91 poin, dan bisa meraih gelar juara dunia adalah sesuatu yang luar biasa," ujar Pecco dengan mata merah karena menangis.
"Bisa juara bersama Ducati sebagai orang Italia adalah sesuatu yang sulit dipercaya, saya sangat senang," lanjut Pecco.
Baca juga : Pecco Waspadai Kejutan di Valencia
Pebalap yang senang memasak itu juga memuji pesaingnya, Quartararo yang bisa memaksa persaingan juara hingga balapan terakhir, meskipun motor Yamaha tidak kompetitif.
"Ini musim yang sangat sulit, dia sangat kompetitif dengan kekurangan pada motor dia bertarung hingga akhir kejuaraan ini, dan rasa saling hormat yang kami miliki luar biasa, dan saya senang bertarung dengan mentalitas seperti ini," pungkas Pecco.
Perpisahan Suzuki
Balapan penutup ini juga menjadi momen manis bagi Suzuki yang meninggalkan MotoGP di akhir musim ini. Tim asal Hamamatsu itu menandai balapan terakhir mereka dengan kemenangan yang diraih oleh Alex Rins. Dia melakukan start dengan brilian dari posisi kelima untuk memimpin balapan di tikungan 1. Rins tidak tergusur dari posisi terdepan hingga finis mengungguli Brad Binder (KTM), dan Jorge Martin (Pramac).
"Luar biasa, luar biasa, mengakhiri musim di mana Suzuki pergi, tidak ada yang lebih baik dari ini, P1. Saya sangat bangga, saya banyak belajar dari Suzuki. Dan sekarang saya akan memulai babak baru dalam hidup saya, tetapi terimakasih semuanya. Saya sangat senang," ungkap Rins yang musim depan akan membela LCR Honda.
Baca juga : Petuah Marquez untuk Bagnaia
Fernandez Juara Moto2
Di kelas Moto2, Augusto Fernandez meraih gelar juara musim 2022 saat balapan penentuan itu baru berlangsung delapan lap, karena pesaingnya, Ai Ogura terjatuh di tikungan 8. Ogura yang tertinggal 9,5 poin dari Fernandez, mengawali balapan dengan brilian. Dia berada di posisi keempat selepas tikungan 1, dan kemudian naik ke posisi kedua menyusul senggolan dua pebalap terdepan, Pedro Acosta dan Alonso Lopez. Ogura membuntuti pebalap terdepan Tony Arbolino.
Ogura sempat diuntungkan oleh persaingan ketat antara Acosta dan Lopez yang saling mendahului di posisi ketiga dan keempat. Namun, setelah Lopez terjatuh, Acosta pun mulai nenekan Ogura. Mereka sempat saling mendahului dalam tiga tikungan beruntun, dan kemudian Ogura terjatuh saat keluar dari Tikungan 7 menuju Tikungan 8 pada lap kedelapan dari 25 putaran. Ini tikungan yang tidak lazim terjadi kecelakaan, dan rekan setim Ogura di Idemitsu Honda Team Asia, Somkiat Chantra, juga kecelakaan di titik yang sama. Kondisi ini memunculkan dugaan motor mereka ada yang kurang pas.
Kecelakaan Ogura ini memastikan Fernandez juara Moto2 dengan finis di posisi kedua di belakang rekan setimnya di Red Bull KTM Ajo, Pedro Acosta. Gelar juara ini menegaskan kemampuannya bersaing di level atas yang diperlukannya musim depan dalam debutnya di MotoGP bersama Gasgas Factory Team. Pebalap berusia 25 tahun itu akan menjadi rekan setim pebalap senior Pol Espargaro.
"Luar biasa, saya tidak tahu mengatakan apa. Terimakasih kepada tim, Aki (Ajo), dan semua kru saya, ayah, keluarga saya, mereka selalu ada dan mendukung saya di sepanjang karier saya untuk meraih ambisi saya. Ini tidak bisa dipercaya. Saya menikmati balapan ini tetapi Pedro tampil luar biasa hari ini. Ya, saya sangat senang," ungkap Fernandez.