Francesco Bagnaia enggan jemawa meskipun unggul 23 poin atas Fabio Quartararo dan berpeluang besar meraih gelar juara MotoGP dalam seri terakhir di Valencia. Dia akan tetap fokus karena MotoGP penuh dengan kejutan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
CHESTE, KAMIS — Francesco Bagnaia di ambang gelar juara pertamanya di ajang MotoGP. Dia berpeluang besar mengakhiri penantian 15 tahun Ducati meraih gelar juara, sekaligus menjadi pebalap Italia pertama yang menjuarai MotoGP setelah Valentino Rossi pada 2009. Bagnaia memikul harapan besar, tetapi dia berusaha menjalani balapan penentuan di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Minggu (6/11/2022), seperti balapan lainnya. Dia tidak ingin terlena oleh keunggulan 23 poin atas Fabio Quartararo karena persaingan juara MotoGP penuh dengan kejutan.
Pebalap berjuluk ”Pecco” itu pun mengaku tidak merasa lebih rileks dengan keunggulan besar atas pesaing terdekatnya, setelah memenangi balapan di Sepang, Malaysia, dua pekan lalu. Dia justru semakin waspada karena kesalahan kecil bisa mengacaukan peluang juara yang sudah di depan mata. Meskipun peluang juara Quartararo sangat kecil, bukan mustahil pebalap tim pabrikan Yamaha itu justru yang menjadi juara. Quartararo hanya bisa juara jika finis terdepan dan Pecco finis ke-15 atau lebih rendah.
”Tidak, sungguh tidak (lebih rileks). Selalu ada kemungkinan. Kami harus terus bekerja keras dan akan sangat penting untuk cerdik, cerdas di sepanjang akhir pekan ini. Benar bahwa kami dalam posisi lebih baik dibandingkan dengan Fabio, tetapi kami masih harus menyelesaikan pekerjaan. Jadi, perlu konsentrasi maksimal. Saya akan berusaha fokus akhir pekan ini seperti biasanya dan berjuang meraih hasil maksimal,” tutur Pecco dalam konferensi pers di Sirkuit Ricardo Tormo, Kamis (3/11) malam WIB.
Pecco juga tidak menjadikan kemenangan musim lalu di Valencia sebagai jaminan musim ini akan mengulang hasil yang sama. Seri terakhir musim 2021 juga menjadi momentum yang menunjukkan motor Ducati bisa beradaptasi dengan baik di trek yang banyak tikungan dan tidak memiliki trek lurus panjang. Hal itu ditunjukkan dengan tiga pebalap Ducati menyapu bersih podium di Valencia.
”Trek ini cukup bagus bagi kami dan motor tahun ini sangat kompetitif dalam hal pengendalian, kami melakukan perbaikan besar dibandingkan tahun lalu. Namun, MotoGP adalah dunia penuh kejutan, bisa terjadi sesuatu. Target kami adalah bekerja seperti biasa, berusaha menjadi kompetitif seperti biasanya, dan berjuang meraih posisi teratas jika kami memiliki peluang untuk itu,” tutur Pecco.
Penampilan Pecco dalam balapan penentuan juara ini juga akan disaksikan langsung oleh mentornya di Akademi VR46, Valentino Rossi. Juara dunia sembilan kali di semua kelas itu bisa membantu Pecco mengatasi tekanan dalam balapan yang sangat krusial ini.
”Jelas itu sesuatu yang sangat bagus dan bisa sangat membantu dengan ada Vale bersama kami dan juga bagi para pebalap lain dari akademi. Dia sangat tahu situasi seperti ini, dia sangat tahu apa yang saya rasakan saat ini. Jadi, dia akan ada di sirkuit dan akan menjadi pelatih sesungguhnya, dan itu akan sangat membantu saya,” kata Pecco.
Pecco berada dalam posisi ini setelah kebangkitan besar seusai momen buruk di Sachsenring. Pada balapan seri Jerman itu, dia terjatuh, tetapi tidak tahu apa penyebabnya karena dia merasa tidak melakukan sesuatu yang berlebihan. Pecco pun menganalisis semua data lebih dalam, berdiskusi panjang dengan timnya, hingga dia menemukan kunci untuk bangkit. Itu merupakan titik terendah Pecco karena dirinya dan Ducati mulai merasa peluang juara sudah melayang dengan selisih 91 poin dari Quartararo di puncak klasemen.
Namun, optimisme perlahan pulih dengan kemenangan dalam laga berikutnya di Assen, Belanda, yang menjadi balapan penutup paruh pertama. Kemenangan di Belanda itu menjadi titik kebangkitan Pecco yang kemudian menandai paruh kedua musim 2022 dengan tiga kemenangan beruntun di Silverstone, Red Bull Ring, dan Misano.
Dalam lima balapan berikutnya, dia selalu di podium, kecuali di Jepang, karena terjatuh di lap terakhir. Konsistensi performa Pecco itu membalikkan defisit 91 poin menjadi keunggulan 23 poin atas Quartararo menjelang seri penutup di Valencia. Dia menilai nestapa di Sachsenring yang membuat dirinya bisa meraih kebangkitan terbesar dalam sejarah MotoGP ini.
Benar bahwa kami dalam posisi lebih baik dibandingkan dengan Fabio, tetapi kami masih harus menyelesaikan pekerjaan. Jadi, perlu konsentrasi maksimal.
”Tahun ini kami mengalami naik turun. Apa yang saya alami dalam paruh pertama musim ini tidak sepenuhnya naik turun, tetapi lebih bermasalah dengan kecelakaan. Dalam paruh pertama musim ini saya pun kompetitif meskipun saat saya kecelakaan, tetapi saya melakukan kesalahan, dan saya berusaha mengalisis mengapa itu terjadi, dan itu sangat membantu saya memahami setiap situasi dengan lebih baik,” papar Pecco.
”Di Jepang saya hanya terlalu ambisius, itu jelas. Namun, saya beruntung, ada dua keberuntungan di sana. Pertama, saya tidak menyenggol Fabio saat saya terjatuh dan, yang kedua, Fabio ada bersama saya, dia tidak meraih banyak poin saat saya kecelakaan. Jadi, itu jelas keberuntungan besar,” ujar Pecco.
”Namun, saya juga tahu bahwa sangat krusial untuk bisa kompetitif dalam situasi saat saya kesulitan dalam kondisi basah di Thailand, dan kemudian di Australia saya hanya berusaha melakukan yang terbaik, tetapi pada akhirnya terlalu berisiko untuk meraih kemenangan lagi,” tutur rekan setim Jack Miller itu.
”Dan, di Malaysia, saya ingin berada di sini dengan keunggulan poin sebanyak mungkin karena sangat krusial untuk bisa serileks mungkin di sini. Jadi, target utama saya di Malaysia adalah memenangi balapan. Jelas, Enea (Bastianini) memberi tekanan besar kepada saya dan memaksa saya berjuang keras untuk memenangi balapan, dan di lap terakhir kami sangat kompetitif dan kami bisa meraih kemenangan, dan itu krusial untuk menjalani balapan ini,” kata Pecco menjelaskan.