Meski memiliki kualitas yang luar biasa, generasi emas Belgia belum mempersembahkan satu pun trofi. Mereka bertekad tampil optimal di Piala Dunia Qatar untuk mencegah ”deja vu” terhadap generasi emas terdahulu
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
AP/RAUL MEE
Pemain timnas Belgia, Romelu Lukaku, melakukan selebrasi saat pertandingan Grup E Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Estonia dan Belgia di Arena A Le Coq, Tallin, Estonia, dalam arsip foto Kamis (2/9/2022). Lukaku merupakan salah satu pemain generasi emas Belgia yang akan tampil di Qatar.
Pemain generasi emas Belgia terlahir kembali dalam satu dekade terakhir, tetapi mereka belum mampu memenangi trofi.
Para pemain generasi emas kedua mulai bersinar pada Piala Dunia 2014 dan 2018 berkat campur tangan mantan Direktur Teknik Belgia, Michael Sablon.
Eden Hazard, salah satu pemain generasi emas, bertekad memenangi Piala Dunia Qatar untuk membuktikan julukan tersebut.
Belgia pernah memiliki generasi emas jauh sebelum era pemain saat ini. Generasi emas di tahun 1980-an itu membuat Belgia menjadi tim yang disegani di Piala Eropa 1980 dan Piala Dunia 1986. Kendati begitu, generasi emas Belgia gagal mempersembahkan trofi pada masa itu. Kisah serupa berpotensi terulang pada generasi emas Belgia saat ini. Piala Dunia Qatar pun menjadi palagan terakhir bagi mereka untuk menepis deja vu tersebut.
Generasi emas merupakan julukan kepada pemain timnas Belgia yang digawangi Eden Hazard, Thibaut Courtois, Dries Mertens, dan Romelu Lukaku. Mereka menjadi tulang punggung sejumlah capaian fenomenal timnas Belgia selama setidaknya 10 tahun terakhir.
Cikal bakal generasi emas Belgia tidak terlepas dari tangan dingin mantan Direktur Teknik Belgia, Michael Sablon. Ketidakpuasan terhadap prestasi timnas Belgia pada Piala Eropa 1998 dan Piala Dunia 2002 adalah awalnya.
Pada September 2006, Sablon mulai menyusun rencana yang pada akhirnya akan merevolusi sepak bola Belgia. Ada tiga upaya awal yang dilakukan Sablon. Pertama, Sablon melakukan perjalanan untuk mengamati pusat pelatihan usia muda terbaik di Perancis, Belanda, dan Jerman.
Dari sana, ia terinspirasi untuk menerapkan formasi 4-3-3 yang cair dan fleksibel. Sepulangnya ke Belgia, Sablon membuat brosur dan pergi ke klub-klub serta sekolah sepak bola dan memberi tahu pelatih di sana untuk bermain dengan pakem 4-3-3.
Kedua, Sablon berpendapat kompetisi usia muda di Belgia tidak perlu menekankan pada hasil atau kemenangan. Bagi Sablon, target untuk menang memberikan tekanan berlebih kepada pemain belia dan itu akan menghambat pengembangan mereka.
Terakhir, Sablon merombak mekanisme bagaimana seorang pemain timnas usia muda Belgia menapaki jenjang kariernya. Seorang pemain yang telah dipromosikan ke tim yang berusia lebih tinggi tidak akan kembali memperkuat kelompok usia awalnya. Sebagai contoh, jika seorang pemain U-17 dipromosikan memperkuat tim U-19, di kemudian hari dia tidak bisa kembali ke U-17. Jalan baginya hanya meningkatkan kemampuan dan menembus tim usia yang lebih tinggi.
”Begitu mereka berhasil meningkatkan kemampuan, kami merasa mereka harus meningkat pada level itu, bukan kembali. Itu hanya karena rencana pengembangan kami ingin membuat pemain lebih baik. Tujuannya bukan untuk naik peringkat, melainkan hasil dari memiliki sistem yang lebih baik,” kata Sablon, dikutip dari BBC.
AP/PETER DEJONG
Penjaga gawang timnas Belgia, Thibaut Courtois, dalam pertandingan Liga Nasional Eropa antara Belanda dan Belgia di Stadion Arena Johan Cruyff, Amsterdam, Belanda, Minggu (25/10/2022). Courtois merupakan salah satu pemain generasi emas Belgia yang akan tampil di Piala Dunia Qatar.
Sistem yang dibentuk Sablon ini kemudian melahirkan pemain-pemain yang menjadi bagian dari generasi emas Belgia. Hazard dan rekan-rekan mampu mencapai konsistensi penampilan di turnamen-turnamen akbar. Belgia yang gagal lolos Piala Dunia 2006 dan 2010 mereka bawa menembus Piala Dunia Brasil 2014 dan langsung melaju hingga perempat final.
Capaian itu meningkat drastis di Piala Dunia Rusia 2018. Kevin De Bruyne dan rekan-rekan sukses melaju hingga semifinal dan merebut tempat ketiga setelah mengalahkan Inggris. Penampilan impresif selama Piala Dunia Rusia membuat Belgia melesat di peringkat FIFA. Belgia memimpin peringkat FIFA sejak 2018 hingga 2021.
Namun, bukan kali ini saja Belgia memiliki generasi emas di dalam timnas mereka. Lebih dari empat dekade silam, timnas Belgia juga diperkuat deretan pemain yang dijuluki sebagai generasi emas. Mereka di antaranya Jean-Marier Pfaff, Eric Gerets, Rene Vandereycken, Jan Caulemans, dan Enzo Scifo.
Nama-nama tersebut membawa Belgia menjelma tim kuat sehingga bisa menjadi runner-up di Piala Eropa 1980 dan peringkat empat Piala Dunia 1986. Meski mampu membuat Belgia menjadi tim yang ditakuti, tidak ada satu pun trofi yang mampu mereka persembahkan.
AP/PETER DEJONG
Pemain timnas Belgia, Kevin De Bruyne, dalam pertandingan Liga Nasional Eropa antara Belanda dan Belgia di Stadion Arena Johan Cruyff, Amsterdam, Belanda, Minggu (25/10/2022). De Bruyne merupakan salah satu pemain generasi emas Belgia yang akan tampil di Piala Dunia Qatar.
Deja vu terhadap generasi emas Belgia era 1980-an itu kembali menyeruak saat ini. Sebagaimana generasi emas Belgia tahun 1980-an, generasi emas angkatan Hazard juga belum pernah mempersembahkan satu pun trofi. Selain itu, kini mereka memiliki tanda-tanda penurunan performa.
Belgia hanya mampu mencapai babak perempat final di Piala Eropa 2020. Pada ajang Liga Nasional Eropa musim 2022-2023 pun Belgia gagal lolos dari penyisihan grup. Generasi emas hampir mencapai titik akhir keemasannya.
Faktor usia ditengarai menjadi penyebab generasi emas Belgia semakin kewalahan bersaing dengan talenta-talenta dari negara lain. Saat ini, hanya De Bruyne, Courtois, dan Lukaku yang boleh dibilang masih dalam performa terbaiknya. Pemain lain dari generasi emas ini, seperti Mertens, Hazard, Jan Vertonghen, dan Toby Alderweireld, sudah mengalami penurunan performa.
Secara khusus, Hazard pernah mengungkapkan kegelisahannya mengenai embel-embel generasi emas yang disematkan kepada angkatannya di timnas Belgia. Hazard mengaku tersanjung dengan julukan itu, tetapi hingga saat ini tiada satu pun trofi yang mampu mereka persembahkan kepada Belgia.
AFP/BENOIT DOPPAGNE
Pelatih timnas Belgia Roberto Martinez dalam sebuah wawancara di Tubize, Belgia, 27 Oktober 2022, menjelang perhelatan Piala Dunia Qatar.
Hazard pun merasa perlu memenangi Piala Dunia Qatar sebagai legitimasi terhadap julukan tersebut. Ia menyatakan siap membawa Belgia melangkah sejauh mungkin di Qatar nanti.
Jika kami benar-benar ingin dan pantas mendapatkan julukan generasi emas itu, saya pikir ada hal yang perlu kami raih.
”Kami telah menghabiskan hampir 10 tahun bersama. Memang kami memiliki generasi pemain yang luar biasa, tetapi kami masih belum memenangi apa pun. Jika kami benar-benar ingin dan pantas mendapatkan julukan generasi emas itu, saya pikir ada hal yang perlu kami raih,” kata Hazard.
Tantangan Hazard untuk mencapai ambisinya akan diuji lawan-lawan, seperti Maroko, Kanada, dan Kroasia di Grup F. Krosia sebagai runner-up Piala Dunia 2018 akan menjadi lawan yang relatif lebih tangguh bagi Hazard dan rekan-rekannya dibandingkan Kanada dan Maroko.
Namun, Belgia sedikitnya akan diuntungkan rekor pertemuan dengan Kroasia. Dari tiga pertemuan terakhir, Belgia mengantongi dua kemenangan dan satu hasil imbang. Maka dari itu, ”Setan Merah” difavoritkan melaju dengan cukup mudah dari fase grup.
AFP/ANDY BUCHANAN
Penyerang Real Madrid Eden Hazard melakukan selebrasi setelah mencetak gol ketiga dalam pertandingan babak grup Liga Champions Eropa antara Celtic dan Real Madrid di Stadion Celtic Park, Glasgow, Skotlandia, Rabu (7/9/2022) dini hari WIB. Real Madrid mengalahkan Celtic, 3-0. Hazard merupakan salah satu pemain generasi emas Belgia yang akan tampil di Piala Dunia Qatar.
Selain Hazard, De Bruyne juga menyimpan ambisi besar untuk membawa Belgia berbicara banyak di Qatar. Di usia 31 tahun, De Bruyne berada di puncak performanya sebagai salah satu gelandang serang terbaik di dunia. Dari 17 penampilan di seluruh kompetisi musim ini, De Bruyne mencatatkan 12 asis dan mencetak tiga gol.
Dalam wawancara bersama Forbes, De Bruyne mengungkapan hasratnya untuk memenangi Piala Dunia. ”Saya lebih memilih memenangi Piala Dunia karena itu hanya ada empat tahun sekali,” kata De Bruyne.
Dengan usianya saat ini, Piala Dunia Qatar barangkali akan menjadi yang terakhir bagi De Bruyne. Sebagaimana rekan-rekannya sesama generasi emas Belgia, De Bruyne tentu akan mengerahkan segenap kemampuannya demi menepis deja vu generasi emas Belgia terdahulu. (AP/REUTERS)