Cori Gauff dan Iga Swiatek, dua petenis termuda dalam turnamen Final WTA, mengalami nasib berbeda. Setelah menjalani dua laga, Coco dipastikan tersingkir dari penyisihan, sedangkan Swiatek lolos ke semifinal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
FORT WORTH, KAMIS — Hasil berbeda didapat dua petenis termuda dalam turnamen Final WTA 2022 di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat. Cori ”Coco” Gauff (19) frustrasi hingga menangis karena penampilan buruknya, sedangkan Iga Swiatek (21) bermain gemilang dengan hanya kehilangan 10 gim dari dua pertandingan.
Kedua petenis itu bersaing dalam Grup Tracy Austin bersama Daria Kasatkina (Rusia) dan Caroline Garcia (Perancis) pada fase penyisihan. Dengan delapan peserta yang dibagi dalam dua grup, setiap petenis bermain tiga kali dalam format round robin untuk memperebutkan dua posisi teratas. Dua petenis terbaik dari setiap grup berhak tampil di semifinal.
Dua kekalahan Coco dan dua kemenangan Swiatek menentukan jalan berbeda bagi mereka. Meski menyisakan satu pertandingan lagi, yaitu melawan Swiatek, Coco dipastikan tak akan lolos ke semifinal. Sebaliknya, Swiatek akan tampil pada babak empat besar dengan status juara grup.
Coco sebenarnya mengawali penampilan dengan baik ketika unggul 4-1 pada set pertama saat melawan Kasatkina, Kamis (3/11/2022) atau Jumat pagi waktu Indonesia. Namun, sejak naik daun saat mengalahkan Venus Williams dan melaju hingga babak keempat Wimbledon 2019, permainan Coco belum berkembang pesat.
Dia menjalani musim kompetisi lapangan tanah liat tahun ini dengan baik, yaitu dengan lolos ke final Grand Slam Perancis Terbuka, sebelum kalah dari Swiatek. Di luar itu, dia selalu berkutat dengan unforced hampir pada setiap pertandingan, seperti saat dikalahkan Kasatkina dengan skor 6-7 (6/8), 3-6. Dalam laga itu, Coco membuat 43 unforced error, lebih dari dua kali lipat dari 14 unforced error Kasatkina. Setelah kehilangan set pertama, Coco tak mampu menahan linangan air mata.
Selain di nomor tunggal, perjalanan Coco juga terhenti pada penyisihan grup nomor ganda. Dia berpasangan bersama sesama petenis AS, Jessica Pegula.
Bagi Kasatkina, kemenangan atas Coco membuka peluang untuk bisa mendampingi Swiatek sebagai semifinalis. Dia akan berebut peringkat kedua Grup Tracy Austin dalam laga melawan Garcia pada Sabtu waktu setempat atau Minggu pagi waktu Indonesia.
”Bisa menang untuk pertama kalinya dalam Final WTA terasa luar biasa. Tentu saja, saya ingin melangkah sejauh mungkin di sini. Motivasi untuk menang sangat besar, tetapi tidak mudah untuk mewujudkannya,” tutur Kasatkina.
Berbeda dengan Coco, Iga Swiatek benar-benar menunjukkan dominasinya dengan hanya kehilangan 10 gim dari dua pertandingan. Kemenangan 6-3, 6-2 atas Garcia pada Kamis, yang didahului kemenangan 6-2, 6-3 atas Kasatkina, membuatnya berada pada posisi teratas Grup Tracy Austin. Padahal, Garcia menjadi satu-satunya peserta Final WTA yang bisa mengalahkan Swiatek tahun ini. Hasil itu terjadi pada perempat final WTA 250 Warsawa, Juli.
Dengan kemenangan atas Garcia, Swiatek menjadi satu-satunya petenis yang selalu menang straight sets sejak Final WTA tahun ini dimulai pada Senin. Topspin-heavy forehand menjadi senjata paling mematikan dari Swiatek. Garcia berusaha mengembalikan pukulan ini dengan arah menyilang, tetapi Swiatek selalu bisa mengantisipasinya, salah satunya dengan passing shot saat Garcia mencoba menyerang dari depan net.
Bisa menang untuk pertama kalinya dalam Final WTA terasa luar biasa. Tentu saja, saya ingin melangkah sejauh mungkin di sini.
”Saya mencoba bermain agresif, membuatnya berada di luar zona nyaman. Namun, Iga sangat kuat, solid, dan tidak banyak membuat kesalahan. Ketika dia mendapat kesempatan untuk memukul dengan sudut yang menyulitkan, dia membuat saya bermain buruk,” tutur Garcia.
Sementara itu, dengan bercanda, Swiatek mengatakan bahwa kunci permainan menghadapi agresivitas Garcia adalah, ”Jangan menangis karena dia banyak menekan dengan kecepatan pukulannya. Saya benar-benar siap menghadapi itu.”
Persaingan pada Grup Nancy Richey akan berlanjut pada Jumat waktu setempat, yakni Maria Sakkari melawan Ons Jabeur dan Aryna Sabalenka melawan Pegula. Sakkari telah dipastikan lolos ke semifinal, tetapi posisinya dalam klasemen akan dipastikan dari kedua laga tersebut. Dua laga terakhir grup ini juga akan menentukan pendamping Sakkari sebagai semifinalis.
Remaja di perempat final Paris
Perempat final turnamen putra ATP Masters 1000 Paris, Jumat, akan diwarnai persaingan dua remaja berusia 19 tahun. Petenis nomor satu dunia asal Spanyol, Carlos Alcaraz, ditantang oleh Holger Rune (Norwegia). Persaingan tersebut akan menjadi ulangan ketika mereka berhadapan pada penyisihan Final ATP Next Gen 2021. Saat itu, Alcaraz menang 4-3, 4-2, 4-0.
Alcaraz melaju ke perempat final setelah mengalahkan petenis senior, Grigor Dimitrov, 6-1, 6-3, pada babak ketiga, sedangkan Rune menyingkirkan Andrey Rublev, 6-4, 7-5. Di semifinal, pemenang laga ini akan berhadapan dengan pemenang Frances Tiafoe melawan Felix Auger-Aliassime.
Perempat final pada paruh bawah undian akan mempertemukan Stefanos Tsitsipas dengan Tommy Paul serta Novak Djokovic dengan Lorenzo Musetti. Paul melanjutkan kejutan setelah mengalahkan Rafael Nadal pada babak kedua, dengan menyingkirkan petenis Spanyol lainnya, Pablo Carreno Busta, 6-4, 6-4. (AFP/REUTERS)