Spanyol menjalani transisi dari generasi emas ke generasi baru yang minim pengalaman. Namun, talenta muda Spanyol berpeluang membuat kejutan pada Piala Dunia Qatar 2022.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Pemain timnas Spanyol berganti dari generasi emas ke para pemain muda.
Gavi, Pedri, Ansu Fati, dan Nico Williams adalah pemain muda Spanyol yang bertalenta tinggi.
Bek senior Sergio Ramos masih mendampingi para pemain muda Spanyol.
Spanyol mengalami fase transisi dari skuad didominasi generasi emas yang meraih trofi Piala Dunia Afrika Selatan 2010 ke generasi baru yang minim pengalaman. Namun, wajah baru tim Matador tidak bisa dianggap sepele. Dengan sejumlah pemain muda yang sangat bertalenta dan pelatih yang coba memberikan ciri khas baru, negara dari Semenanjung Iberia itu berpeluang membuat kejutan besar di Piala Dunia Qatar 2022.
”Piala Dunia adalah kompetisi yang singkat dan sulit. Itu adalah final untuk semua tim karena semuanya bermain jauh dari rumah (kecuali tuan rumah). Namun, dengan pemain-pemain yang ada, tidak akan mudah untuk melawan kami (Spanyol). Untuk mengalahkan kami, mereka (lawan) harus tampil sangat baik,” tegas pelatih Spanyol Luis Enrique dalam rekaman wawancara di Independent.co.uk, Selasa (1/11/2022).
Spanyol menikmati masa-masa indah bersama generasi emasnya, seperti kiper Iker Casillas, bek Sergio Ramos, dan duo gelandang Xavi Hernandez-Andres Iniesta sejak merebut gelar Piala Eropa Austria-Swiss 2008 atau trofi kedua Spanyol setelah Piala Eropa Spanyol 1964. Tim itu terus konsisten sehingga secara beruntun merengkuh juara dunia perdananya pada 2010 dan Piala Eropa Polandia-Ukraina 2012. Spanyol pun menjadi negara pertama yang juara tiga gelar utama secara berturut.
Namun, hari-hari membahagiakan itu sudah berlalu. Seiring bertambah usia pemain dan usangnya pola tiki-taka, taktik andalan sekaligus ciri khas mereka, performa Spanyol mulai menurun pada Piala Dunia Brasil 2014. Tim berjuluk La Furia Roja itu menyerah pada kutukan juara bertahan yang tersingkir dari Piala Dunia berikutnya pada babak penyisihan grup, sebelum mengecewakan pada Piala Eropa Perancis 2016 dan Piala Dunia Rusia 2018 yang masing-masing tersisih pada 16 besar.
Tiki-taka adalah strategi yang didasarkan pada penguasaan bola waktu lama dan umpan pendek dengan gerakan tiba-tiba untuk membuat lawan lelah. Pakar sepak bola Spanyol Alvaro Romeo dikutip Euronews.com, Jumat (30/9), mengatakan, sepak bola telah berkembang pesat dan era emas Spanyol dengan tiki-taka telah berakhir. ”Saya pikir tiki-taka cukup untuk memenangkan turnamen pada 2010, tetapi sekarang, intensitasnya menjadi semakin penting,” kata Romeo.
Membangun ulang
Usai Piala Dunia 2018, Enrique mengambil alih kursi kepelatihan Spanyol. Sempat meninggalkan tim karena alasan pribadi, gelandang Spanyol era 1991-2002 itu coba membangun kembali Spanyol per 19 November 2019. Terlepas dari kontroversi yang dituding anti-Real Madrid dan berkuasa penuh atas ruang ganti, dia berhasil mengantarkan Spanyol menjadi semifinalis Piala Eropa 2020 dan finalis Liga Nasional UEFA 2020/21.
Perjalanan Spanyol menuju Piala Dunia 2022 pun cukup baik. Mereka menjuarai Grup B babak kualifikasi dengan rekor enam kemenangan, satu seri, dan satu kalah. Grafik positif itu berlanjut pada Liga Nasional 2022/23, mereka menjuarai Grup A2 dengan rekor tiga kemenangan, dua seri, dan satu kalah. Salah satu hasil sensasionalnya, yakni menang 1-0 atas musuh bebuyutan sekaligus juara Piala Eropa 2016, Portugal dalam laga tandang pekan keenam atau terakhir.
Enrique coba membawa Spanyol lepas dari bayang-bayang generasi emas. Pelatih berusia 52 tahun itu banyak memberikan kepercayaan kepada pemain muda, seperti duo gelandang Barcelona, Gavi yang berusia 18 tahun, Pedri (19), penyerang Barcelona Ansu Fati (20), dan penyerang Athletic Bilbao Nico Williams (20).
Saya pikir tiki-taka cukup untuk memenangkan turnamen pada 2010, tetapi sekarang, intensitasnya menjadi semakin penting.
Gavi dan Pedri boleh jadi talenta muda Spanyol paling menjanjikan saat ini. Pedri misalnya, pemain kelahiran 25 November 2002 itu disebut sebagai penerus legenda Spanyol maupun Barcelona, Iniesta. Dia memiliki kontrol bola yang sangat baik dan gesit dalam penguasaan bola, dengan kemampuan luar biasa untuk membuka pertahanan lawan.
Sejak debut bersama timnas Spanyol pada 25 Maret 2021, Pedri terus dipercaya dan terpilih dalam skuad Piala Eropa 2020 hingga dinobatkan sebagai pemain muda terbaik ajang tersebut. Pedri juga dinobatkan sebagai pemain muda terbaik Eropa atau Golden Boy 2021. Fati dan Williams punya kecepatan serta keberanian untuk menusuk pertahanan dari sayap yang bisa mendukung gaya permainan Spanyol yang jarang mengandalkan penyerang murni.
Para bakat muda Spanyol itu diyakini akan menjadi kekuatan penting untuk menggebrak Piala Dunia 2022. Mereka bakal memberikan percikan kreativitas untuk membantu timnya melangkah jauh di Qatar, setidaknya diawali dari bersaing dengan Jerman, Jepang, dan Kosta Rika di Grup E yang dinilai sebagai grup neraka Piala Dunia kali ini.
Energi besar para pemuda itu akan mendukung taktik counter-pressing atau balik menekan ala Enrique. ”Spanyol unggul dalam intensitas. Tanpa bola, pemain tahu bagaimana menempatkan intensitas pada tekanan untuk mendapatkan bola kembali. Ini bukan gaya gegenpressing Liverpool, tetapi mereka berusaha menuju ke sana,” terang Romeo.
Meski demikian, prestasi generasi emas tetap menjadi inspirasi bagi para talenta muda yang akan mewakili Spanyol di Piala Dunia 2022. Maka itu, dalam daftar 55 pemain sementara Spanyol, masih ada nama Sergio Ramos yang alumni Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012, bek Barcelona Gerard Pique dan gelandang Barcelona Sergio Busquest yang sama-sama alumni Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, serta bek sayap kiri Barcelona Jordi Alba (Piala Eropa 2012).
Busquest dan Alba masih rutin memperkuat Spanyol. Sedangkan Ramos dan Pique adalah nama kejutan. Ramos terakhir kali membela Spanyol pada 31 Maret 2021 dalam kualifikasi Piala Dunia menghadapi Kosovo dan Pique pada 1 Juli 2018 (babak 16 besar Piala Dunia 2018 melawan Rusia).
Pemilihan empat pemain veteran itu diyakini tidak sembarangan. Enrique cukup selektif kepada pemain senior. Terbukti, kiper Manchester United David de Gea yang menjadi andalan Spanyol sejak 2016 tidak masuk dalam daftar 55 pemain tersebut.
Keberadaan veteran generasi emas bukan lagi sebagai pilihan utama. Mereka berguna menjadi pemimpin generasi baru, khususnya ketika laga-laga krusial penuh tekanan. Untuk itu, pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti mendukung mantan anak asuhannya, Ramos yang kini bermain Paris Saint-Germain dibawa ke Piala Dunia 2022.
”Sergio Ramos memiliki banyak pengalaman dan kualitas. Dia pun dalam kondisi fisik yang baik dan harus pergi ke Piala Dunia. Dia masih salah satu bek terbaik di dunia,” ungkap Ancelotti dalam laman Realmadrid.com, Rabu (2/11).