Rafael Nadal menjalani setengah musim 2022 dengan baik setelah meraih empat gelar juara, termasuk dua Grand Slam. Setelah itu, performanya menurun hingga tak yakin tampil dalam turnamen Final ATP.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PARIS, RABU — Turunnya performa sejak pertengahan musim dan tersingkir pada babak kedua ATP Masters 1000 Paris membuat Rafael Nadal tidak yakin bisa tampil dalam turnamen Final ATP. Padahal, ajang itu menjadi satu-satunya turnamen besar yang belum pernah ditaklukkan sang petenis Spanyol.
Nadal bahkan menjadi petenis pertama yang lolos ke Final ATP yang pada tahun ini akan diselenggarakan di Turin, Italia, 13-20 November. Dia menjadi salah satu dari delapan pemain putra terbaik yang berhak tampil pada turnamen ATP di akhir musim tersebut. Petenis lainnya adalah Carlos Alcaraz, Daniil Medvedev, Stefanos Tsitsipas, Andrey Rublev, Casper Ruud, Felix Auger-Aliassime, dan Novak Djokovic.
Bersama Djokovic, Nadal menjadi yang paling berpengalaman dibandingkan enam petenis lainnya. Namun, dia belum bisa melengkapi 22 gelar Grand Slam, 36 gelar ATP Masters 1000, serta medali emas tunggal putra Olimpiade Beijing 2008 dan ganda putra Rio de Janeiro 2016, dengan trofi juara Final ATP.
Petenis yang lebih muda dari Nadal, yaitu Tsitsipas, Medvedev, dan Alexander Zverev (yang tidak lolos tahun ini) melampauinya dengan menjuarai Final ATP pada 2019, 2020, dan 2021. Hasil terbaik yang diperoleh Nadal di ajang itu adalah final pada 2010 dan 2013, yaitu saat masing-masing dikalahkan Roger Federer dan Djokovic.
Penampilannya yang mengejutkan pada awal hingga pertengahan 2022 membuka kesempatan bahwa Nadal akan mendominasi persaingan. Dia menjuarai ATP 250 Melbourne, Grand Slam Australia Terbuka (meski tidak difavoritkan juara), ATP 500 Acapulco, dan Perancis Terbuka. Gelar dari Roland Garros, Paris, membuatnya menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 22.
Namun, sukses di Perancis Terbuka (dengan 14 gelar), tidak berarti membuatnya sukses pada turnamen lain di Paris, yaitu Paris Masters. Hanya sekali dia menembus final, yaitu pada 2007, dari sepuluh penampilan.
Pada tahun ini pun Nadal tak dapat melewati pertandingan pertamanya saat melawan Tommy Paul (AS) pada babak kedua, Rabu (2/11/2022) malam waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Setelah mendapat bye pada babak pertama, petenis yang ditempatkan sebagai unggulan kedua itu kalah, 6-3, 6-7 (4), 1-6.
Dari situasi ini, sulit rasanya membayangkan saya akan tiba di Final ATP dengan kondisi bugar dan bisa menjuarai turnamen meskipun saya tetap antusias untuk tampil di sana. (Rafael Nadal)
Seusai laga itu, Nadal mengatakan bahwa dia tak berharap bisa mencapai standar ideal untuk memiliki peluang menjuarai Final ATP. Berkaca dari penampilan melawan Paul, Nadal kalah pada hampir semua statistik pertandingan.
Cedera otot perut
Kondisi ini terjadi karena dia dihadapkan pada persoalan cedera otot perut sejak Wimbledon dan masalah pada kehamilan istrinya. Setelah anak pertamanya yang diberi nama Rafael Nadal Perello lahir pada 8 Oktober, Nadal masih beradaptasi dengan aktivitasnya sebagai petenis dan ayah.
”Lima bulan terakhir, saya tak menjalani banyak pertandingan. Saya tetap berlatih, tetapi tidak banyak bersaing. Padahal, itu yang saya butuhkan. Dari situasi ini, sulit rasanya membayangkan saya akan tiba di Final ATP dengan kondisi bugar dan bisa menjuarai turnamen meskipun saya tetap antusias untuk tampil di sana,” katanya.
Setelah menjuarai Perancis Terbuka, pada Juni, Nadal hanya tampil dalam tiga turnamen. Dia mengundurkan diri sebelum semifinal Wimbledon melawan Nick Kyrgios karena robek otot perut, tersingkir pada babak kedua Cincinnati Masters, dan kalah pada babak keempat AS Terbuka dari Frances Tiafoe.
Jika Nadal tak jadi tampil, posisinya bisa digantikan petenis AS, Taylor Fritz, yang tersingkir pada babak kedua di Paris. Fritz sebenarnya sudah dipastikan tak lolos ke Turin setelah dikalahkan Gilles Simon. Nasibnya sama dengan Hubert Hurkacz yang kalah dari Holer Rune. Dengan kekalahan dua pemain itu, dua tiket tersisa ke Turin pun didapat Rublev dan Auger-Aliassime.
Adapun persiapan Ruud untuk Final ATP di Paris Masters tak berjalan mulus. Finalis Perancis dan AS Terbuka itu disingkirkan Lorenzo Musetti, 6-4, 4-6, 4-6, pada babak ketiga, Kamis.
Tak bisa rehat
Pada tunggal putri, dalam debutnya di turnamen Final WTA, petenis putri asal Turki, Ons Jabeur, tak bisa berlama-lama bersedih setelah kalah pada pertandingan pertama penyisihan Grup Nancy Richey, Senin lalu. Dua hari setelah kalah dalam laga ketat dari Aryna Sabalenka, dengan skor 6-3, 6-7 (5), 5-7, Jabeur harus membawa pola pikir baru untuk membuka peluang lolos ke semifinal. Dia pun melakukannya dan menang atas Jessica Pegula, 1-6, 6-3, 6-3, di Fort Worth, Texas, AS, Rabu.
Dalam final WTA, kekalahan dalam fase penyisihan tak akan membuat petenis langsung tersingkir seperti turnamen lain yang menggunakan sistem gugur. Delapan wakil, tunggal dan ganda, bersaing dalam dua grup dengan format round robin yang membuat petenis saling bertemu. Tiga laga yang dijalani setiap pemain dalam penyisihan harus menempatkan mereka pada posisi dua teratas grup untuk lolos ke semifinal.
”Saya memang pernah bermain dalam round robin, tetapi dalam turnamen yang levelnya lebih kecil. Yang seharusnya saya lakukan adalah selalu menang agar tidak usah dipusingkan menghitung peluang berdasar hasil pertandingan lawan. Namun, setelah kalah pada laga pertama, situasinya sangat sulit bagi saya. Biasanya, saya tenggelam dalam kesedihan hingga dua hari. Sementara di sini, saya tak punya waktu untuk sedih,” tuturnya.
Dengan hasil sekali kalah dan sekali menang, nasib Jabeur akan ditentukan pada laga terakhir, yaitu melawan Maria Sakkari, petenis putri yang telah dua kali menang, Jumat waktu setempat. Nasibnya juga akan bergantung pada laga lain, yaitu Sabalenka versus Pegula. (AFP/AP)