Misi Perancis Melawan Takdir
Perancis tidak akan tampil dengan kekuatan terbaiknya di Piala Dunia 2022. Meski begitu, mereka punya pengalaman dan kualitas untuk bersaing menjadi juara di Qatar.
- Perancis kehilangan N'Golo Kante dan Paul Pogba di Piala Dunia 2022. Ketika mereka tampil bersama, Perancis tak terkalahkan di 28 laga.
- Perancis tengah kurang tajam. Mereka hanya mencetak lima gol dari 96 peluang di Liga Nasional Eropa A 2022-2023.
- Sumber gol yang variatif menjadi kunci Perancis untuk berprestasi di Qatar.
Pepatah klasik, yaitu mempertahankan sesuatu lebih sulit dibandingkan meraihnya, amat berlaku di Piala Dunia. Sejak Italia pada 1934 dan 1930 serta Brasil yang meraih juara beruntun pada 1958 dan 1962, tidak ada lagi juara Piala Dunia yang bisa mempertahankan singgasananya.
Takdir itu akan membayangi skuad ”Les Bleus” di Piala Dunia Qatar 2022. Perancis pernah merasakan kutukan juara bertahan itu ketika tersingkir di fase penyisihan grup Piala Dunia 2002. Padahal, mereka meraih puncak dunia pada edisi sebelumnya, 1998, di Perancis.
Misi melawan takdir itu terasa amat mustahil karena Perancis menyambut Piala Dunia 2022 dengan dibayangi rentetan hasil buruk selama lima bulan terakhir. Sejak memulai kiprahnya di Liga Nasional Eropa 2022-2023, Juni lalu, Perancis seperti kehilangan efektivitas permainan menyerang yang menjadi ciri khas mereka saat menjadi kampiun di Piala Dunia Rusia 2018.
Baca juga : Perancis Berpacu dengan Waktu
Kehadiran kembali ”si anak hilang”, Karim Benzema, belum bisa menjamin hasil positif bagi pasukan Didier Deschamps. Benzema gagal membantu Perancis menjadi tim terbaik di Piala Eropa 2020, kemudian ambil bagian dalam kegagalan mempertahankan trofi Liga Nasional Eropa A.
Pada ajang Liga Nasional Eropa 2022-2023 yang bergulir Juni hingga September, Perancis bahkan hanya bisa mengemas satu kemenangan, lalu dua kali imbang, dan tiga kali kalah. Hasil itu membuat Perancis gagal menjaga predikat tim terbaik di turnamen itu.
Padahal, mereka sempat menyandang juara Liga Nasional Eropa edisi 2020-2021 yang menjadi pelipur lara seusai kekalahan melalui adu penalti dari Swiss pada babak 16 besar di Piala Eropa 2020.
Dua dari tiga kekalahan itu didapatkan Les Bleus ketika berjumpa Denmark. Tim ”Dinamit” bisa kembali menjadi momok Perancis karena kedua tim tergabung di Grup D pada babak penyisihan grup Piala Dunia 2022.
Selain Denmark, Perancis juga akan bertemu lagi dengan Australia yang sempat merepotkan mereka di partai pembuka Piala Dunia 2018. Kala itu, Perancis hanya mampu menang, 2-1, menyusul gol bunuh diri bek sayap kiri Australia, Aziz Behich. Satu gol Perancis lainnya dicetak Antonine Griezmann.
Piala Dunia adalah turnamen yang sesungguhnya. Saya yakin semua pemain akan menampilkan permainan terbaik mereka. (Didier Deschamps)
Satu pesaing Les Bleus lainnya di penyisihan grup Qatar 2022 adalah duta Afrika, Tunisia. Meskipun Tunisia tidak pernah melewati penyisihan grup pada lima partisipasi sebelumnya di Piala Dunia, Perancis tetap perlu mewaspadai status ”tuan rumah” Tunisia.
Tim berjuluk ”Si Elang” itu akan mendapat dukungan dari publik Qatar mengingat skuad Tunisia dihuni dua pemain terbaik di Liga Qatar saat ini, yaitu penyerang dan kapten tim, Youssef Msakni (klub Al-Arabi) dan gelandang Ferjani Sassi (Al-Duhail).
Berbekal kualitas dan pengalaman pemain Perancis, rasanya hanya ”kecelakaan” yang bisa membuat Les Bleus pulang lebih dini dari Qatar sebelum memasuki fase gugur. Deschamps mengakui timnya mengalami kesulitan dalam laga-laga Liga Nasional Eropa pada tahun ini, tetapi ia optimistis Perancis akan menghadirkan wajah yang berbeda di Qatar.
”Piala Dunia adalah turnamen yang sesungguhnya. Saya yakin semua pemain akan menampilkan permainan terbaik mereka,” ujar Deschamps dilansir L’Equipe, beberapa waktu lalu.
Pengganti yang tepat
Lalu, apa yang perlu dilakukan Deschamps agar membawa Perancis menjadi tim pertama di abad ke-21 yang meraih gelar juara Piala Dunia beruntun? Jawabannya adalah mencari pemain pengganti yang tepat untuk menutupi badai cedera yang menerpa para pemain utamanya dalam dua bulan terakhir.
Baca juga : Dunia Tanpa Batas Benzema
Setelah dipastikan tidak bisa mengandalkan N’Golo Kante yang menderita cedera, Deschamps juga harus menerima kenyataan untuk meninggalkan Paul Pogba karena kendala kebugaran yang terus dialami gelandang Juventus itu. Kehilangan Kante dan Pogba adalah pukulan telak bagi Deschamps.
Kedua gelandang yang kuat secara fisik itu adalah resep utama kekokohan dan kreativitas Perancis dari lini tengah. Dari 28 laga mereka saat Kante-Pogba bermain bersama, Les Bleus tidak pernah menderita kekalahan.
Sebelumnya, Deschamps juga telah kehilangan Blaise Matuidi yang mundur dari timnas Perancis setelah Piala Dunia 2018. Padahal, ia adalah gelandang serba-bisa yang menjadi penyempurna taktik Perancis di Rusia, empat tahun lalu.
Tanpa tiga wajah andalannya di jantung permainan timnya, Deschamps harus mencari pengganti demi menutup lubang yang ditinggalkan ketiga pemain itu saat tampil di Qatar nanti. Dari nama-nama yang tersisa saat ini, Perancis hanya bisa berharap kepada Eduardo Camavinga (19 tahun) dan Aurelien Tchouameni (22 tahun) yang membela Real Madrid.
Baca juga : Tugas Berat Perancis Pertahankan Trofi Piala Dunia
Akan tetapi, menggantungkan harapan besar di pundak dua pemain yang berstatus debutan di Piala Dunia amat riskan. Mereka wajib dengan cepat memahami permainan yang dinginkan Deschamps, apalagi dengan beban untuk melayani dua penyerang terbaik Perancis, Benzema dan Kylian Mbappe.
Beban yang dipikul Camavinga dan Tchouameni bisa agak ringan jika Griezmann berkorban untuk menjadi gelandang serang atau trequertista yang menjadi penghubung antara barisan gelandang bertahan dan duo penyerang.
Namun, Camavinga siap untuk menjalani tugas apa pun di tim Perancis agar bisa mewujudkan target pribadinya untuk tampil di Qatar. ”Tujuan utama saya adalah bermain di Piala Dunia 2022,” kata Camavinga yang menjadi bagian dari skuad Real saat meraih Liga Champions musim lalu, seperti dikutip Marca.
Peran Rabiot
Di sisi lain, Deschamps juga bisa memikirkan ulang untuk memanggil Adrien Rabiot. Meskipun sempat tidak memanggil Rabiot di dua laga, September lalu, pemain berusia 27 tahun yang membela Juventus itu adalah gelandang Perancis yang paling bugar, punya performa terbaik, dan paling berpengalaman.
Rabiot telah tampil di 12 laga bersama Juve di musim ini dengan menyumbangkan empat gol. Kemudian, dengan stok gelandang terbatas, Rabiot adalah satu-satunya gelandang yang memiliki jumlah penampilan lebih dari 25 caps (penampilan) bersama Les Bleus yang siap terbang ke Qatar.
Kemampuan mendapatkan alternatif sumber gol juga menjadi salah satu faktor ketika Les Bleus ketika pertama kali menjadi juara dunia pada edisi 1998.
Jika dipanggil, Rabiot berpeluang menjadi sumber gol alternatif dari lini tengah Perancis ketika efektivitas serangan mereka tengah memburuk di tahun ini. Di Liga Nasional Eropa 2022-2023, tingkat efektivitas serangan Perancis hanya 5,2 persen karena hanya bisa mencetak lima gol dari 96 peluang yang dihasilkan.
Benzema, Giroud, dan Mbappe adalah pemain depan yang mencatatkan nama di papan skor di Liga Nasional Eropa 2022-2023. Satu pemain lainnya ialah Rabiot. Hanya bergantung kepada penyerang untuk mencetak gol adalah alarm tanda bahaya bagi Les Bleus di Qatar.
Pada Piala Dunia 2018, ada enam pemain yang mencetak gol. Mbappe dan Griezmann menjadi sumber gol utama dengan akumulasi delapan gol. Namun, ada empat pemain lain selain penyerang yang juga menyumbang gol. Mereka adalah duo bek Raphael Varane dan Samuel Umtiti, gelandang Pogba, dan bek sayap kanan Benjamin Pavard.
Kemampuan mendapatkan alternatif sumber gol juga menjadi salah satu faktor ketika Les Bleus ketika pertama kali menjadi juara dunia pada edisi 1998. Sebanyak sembilan pemain ikut menyumbang gol yang berasal dari beragam posisi. Mereka, antara lain, barisan penyerang, yaitu Thierry Henry, David Trezeguet, dan Christophe Dugarry.
Selain mereka, ada pula barisan gelandang, yaitu Zinedine Zidane, Emmanuel Petit, dan Youri Djorkaeff, yang ikut mendulang gol. Barisan belakang, yakni Lilian Thuram, Laurent Blanc, dan Bixente Lizarazu, bahkan tidak ketinggalan mencatatkan namanya di papan skor.
Jalan Perancis di Qatar tentu tidak akan mudah. Kemampuan Deschamps untuk berdamai dengan krisis bertubi-tubi yang menerjang timnya akan menjadi kunci sejauh mana Les Bleus bisa melangkah di Piala Dunia 2022.