Dua perak dan dua perunggu menjadi hasil skuad Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Yunior selama dua pekan di Santander, Spanyol. Setelah ini, sebagian dari mereka bersiap menghadapi persaingan di level senior.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
SANTADER, MINGGU - Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Yunior yang berlangsung dalam dua pekan terakhir di Santander, Spanyol memperebutkan enam gelar juara. Di tengah dominasi pemain China, Indonesia tidak kebagian satu gelar pun.
Setelah gagal mempertahankan Piala Suhandinata, lambang gelar juara kategori beregu campuran, hasil terbaik pada persaingan perseorangan bagi Indonesia adalah final. Dua wakil “Merah Putih” pada final yang berlangsung Minggu (30/10/2022) malam hingga Senin dinihari waktu Indonesia kalah dari pemain-pemain China.
Unggulan teratas ganda putri, Meilysa Trias Puspita Sari/Rachel Allessya Rose, kalah dalam dua gim 14-21, 16-21 dari Liu Sheng Shu/Wang Ting Ge. Adapun dalam pertandingan paling ketat dalam final itu, Muhammad Putra Erwiansyah/Patra Harapan Rindorindo kalah dari Xu Hua Yu/Zhu Yi Jun dengan skor 18-21, 21-14, 20-22. Putra/Patra pun tak dapat mengulang prestasi Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang menjadi juara dunia yunior ganda putra pada 2019.
Putra/Patra pun tak dapat menahan tangis setelah bertanding selama satu jam delapan menit. "Pada gim pertama, kami kecolongan. Ada momen di akhir-akhir ketika kami salah membuang bola, lalu mereka mendapat poin. Sejak itu, kepercayaan diri mereka naik. Sedangkan, kami jadi tertekan," kata Patra.
Adapun pada gim penentuan, Patra menjelaskan, dia dan partnernya bermain kurang tenang. Bermain dengan terburu-buru ingin menghasilkan poin pada akhirnya menjadi bumerang karena mereka membuat banyak kesalahan.
Meski dengan selisih tipis, Putra/Patra memimpin 13-11, 15-14, 16-15, hingga 17-16. Ketatnya perburuan poin itu membuat Putra/Patra menjadi tegang.
"Kami sangat kecewa dengan hasil ini. Namun, kami sudah mencoba memberikan penampilan yang terbaik. Apapun hasilnya harus diterima," ujar Patra.
Sementara, kekalahan Meilysa/Rachel karena kekuatan pukulan mereka kalah dari lawan. “Selain itu, kami pun tak bisa mengatasi ketegangan bermain di final,” kata Meilysa.
Kami sangat kecewa dengan hasil ini. Namun, kami sudah mencoba memberikan penampilan yang terbaik. Apapun hasilnya harus diterima.
Dengan hasil tersebut, ganda putri kembali gagal meraih gelar juara meski beberapa kali menempatkan wakil di final. Sejak Kejuaraan Dunia Yunior diselenggarakan pada 1992, ganda putri yang bisa menembus final tetapi kalah, sebelum 2022, adalah Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi pada 2019, Rosyita Eka Putri Sari/Apriyani Rahayu (2014), Shella Devi Aulia/Anggia Shitta Awanda (2011), dan Suci Rizki Andini/Tiara Rosalia Nuraidah (2009).
Dari pengalaman selama tampil dalam panggung persaingan tertinggi bagi pebulu tangkis berusia di bawah 19 tahun itu, Meilysa mengungkapkan, dia dan Rachel memiliki bekal untuk bersaing di level senior dengan tantangan yang semakin sulit. Ditambahkan Rachel, untuk menghadapi tantangan tersebut, mereka harus belajar memperkuat mental.
Dengan hasil dua medali perak dari ganda putri dan putra, total, skuad Indonesia meraih dua perak dan dua perunggu. Dua perunggu didapat dari tunggal putri, Ester Nurumi Tri Wardoyo dan tim dalam kategori beregu campuran karena kalah pada semifinal.
Sementara, China meraih medali terbanyak, diantaranya dengan tiga emas. Adapun Jepang dan Taiwan berbagi gelar juara pada nomor tunggal putri dan putra.
Dari turnamen Perancis Terbuka BWF World Tour Super 750, para juara berasal dari lima negara berbeda. Viktor Axelsen (Denmark) menjadi yang terbaik di tunggal putra, sementara He Bing Jiao (China) menjuarai tunggal putri.
Gelar juara pada nomor ganda putri, putra, dan campuran didapat oleh Pearly Tan/Thinaan Muralitharan (Malaysia), Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India), dan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China).
Indonesia mendapat hasil terbaik semifinal dari ganda campuran, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, yang untuk pertama kalinya mencapai tahap itu pada turnamen BWF World Tour level tinggi.
Mereka sebenarnya mendapat kesempatan besar untuk tampil pada laga puncak saat merebut gim pertama dan unggul 13-7 pada gim kedua ketika berhadapan dengan Robin Tabeling/Selena Piek (Belanda). Namun, Rehan/Lisa tak dapat menambah satu poin pun pada gim kedua hingga akhirnya kalah 21-17, 13-21, 12-21.
Pelatih ganda campuran pelatnas utama Nova Widhiyanto menilai, secara keseluruhan, semifinal yang dicapai Rehan/Lisa menjadi hasil baik setelah pelatnas ditinggalkan dua pasangan senior, yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja pada awal 2022. Sebelumnya, hasil terbaik didapat Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari saat mencapai final Malaysia Masters Super 500, pada Juli. Saat itu, mereka dikalahkan salah satu ganda campuran terkuat dunia, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China).
Mengenai momen kekalahan Rehan/Lisa, Nova menilai, mental mereka belum cukup tangguh untuk memenangi laga penting. “Saat unggul, mereka justru tegang. Padahal, seharusnya mereka bisa tenang. Namun, mereka sudah berjuang dengan maksimal,” kata Nova.
Nova pun memberikan penilaian positif pada permainan Rehan serta keberanian Lisa beradu cekatan dengan pemain top di depan net. Akan tetapi, Rehan dinilai memiliki kekurangan pada daya tahan otot tangan dan kaki, sementara Lisa harus meningkatkan kualitas dan variasi pola permainan.
Catatan lain yang diberikan Nova pada Rehan/Lisa, Rinov/Pitha, dan Zachariah Josiahno Sumanti/Hediana Julimarbela adalah kurangnya kepercayaan diri saat berhadapan dengan pasangan berperingkat lima besar dunia, terutama saat melawan pemain China. Ini karena ganda campuran China sangat konsisten dalam menerapkan permainan cepat sejak awal hingga akhir pertandingan.