Kehebatan Haaland telah menjadi adiksi untuk Manchester City. Adiksi itu menghadirkan dua sisi yang bisa berpengaruh terhadap nasib “The Citizens”
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LEICESTER, MINGGU - Laga pekan ke-12 Liga Inggris memperlihatkan betapa besar ketergantungan juara bertahan Manchester City terhadap penyerang utama mereka, Erling Haaland. Adiksi itu berpotensi mendatangkan masalah. Haaland sudah terbukti bukan pemain yang mampu bugar sepanjang tahun.
City menang susah payah atas Leicester 1-0 di Stadion King Power, pada Sabtu (29/10/2022). Gol semata wayang mereka dicetak gelandang Kevin De Bruyne lewat tendangan bebas. City bertandang tanpa Haaland yang dalam perawatan cedera lutut.
”Kami telah membuktikan bisa menang dengan atau tanpa Haaland. Kami membuat sulit diri sendiri karena terlalu lelah. Mereka bermain sepak bola negatif selama 70 menit. Beruntung tendangan bebas saya melaju sempurna,” kata De Bruyne, yang musim lalu menjadi pencetak gol terbanyak City.
Pernyataan De Bruyne benar, tetapi berbanding terbalik dari sisi performa. ”The Citizens” tampak mengkhawatirkan tanpa Haaland, top skor sementara musim ini. Mereka kehilangan taring dalam permainan terbuka. Tim asuhan manajer Josep Guardiola itu terjebak skema blok rendah lawan.
City mengandalkan umpan silang. Namun, hanya 7 dari 29 kali percobaan yang menemui sasaran. Penyerang Julian Alvarez (22) yang dipercaya sebagai ujung tombak, gagal memerankan predator raksasa di kotak penalti seperti Haaland.
Mereka tidak tampak seperti tim yang mencatat rerata 3,2 gol di Liga Inggris musim ini. Hanya adiksi City terhadap Haaland yang terlihat jelas di laga itu. Banyaknya umpan silang anak asuh Guardiola adalah cermin ketergantungan itu.
De Bruyne dan rekan-rekan biasanya sangat mudah menemukan Haaland dengan umpan silang ke tiang jauh. Haaland dengan tinggi 1,94 meter dan sprint cepat, bisa menjangkau umpan sulit sekaligus menarik gravitasi pertahanan lawan. Skuad City mengulangi kebiasaan itu, tetapi tak ampuh tanpa penyerang Norwegia itu.
Adiksi City juga terpampang nyata dari daftar pencetak gol. Haaland sudah menyumbang 17 gol di Liga Inggris, nyaris setengah dari total gol tim (37 gol). Jumlah itu terpisah jurang lebar dengan pencetak terbanyak kedua, Phil Foden, yang baru menghasilkan 6 gol.
”The Citizens” tidak seperti musim lalu, ketika perolehan gol tim terbagi rata. Delapan pemain mampu mencetak gol antara 7-15 gol. De Bruyne menjadi pencetak gol terbanyak mereka dengan 15 gol. Musim ini mereka sangat Haaland-sentris.
Di satu sisi, presensi Haaland menjadi berkah untuk Guardiola. Sosok predator itu tidak ada musim lalu. Namun, adiksi itu berpotensi menjadi masalah ketika pemain yang dijuluki manusia robot tersebut absen. Sejarah membuktikan, Haaland selalu bermasalah dengan rentetan cedera.
Kami telah membuktikan bisa menang dengan atau tanpa Haaland. Kami membuat sulit diri sendiri karena terlalu lelah.
Sejak memulai karier profesional pada 2018, Haaland tidak pernah terbebas cedera dalam semusim penuh. Total, dia menderita 12 cedera dalam 6 musim terakhir. Cedera yang didominasi masalah otot dan lutut itu membuatnya absen selama 203 hari dan 36 pertandingan.
Haaland bahkan sedang dalam fase terburuk sebelum pindah ke City. Dia menderita 3 cedera berbeda dalam semusim bersama Borussia Dortmund. Penyerang kelahiran Leeds, Inggris, itu pun terpaksa menepi selama 95 hari dan 16 laga.
Kata Guardiola, Haaland absen karena mengalami sedikit masalah di ligamen lutut. ”Dia merasa semakin baik, tetapi saya belum tahu kapan akan menurunkannya lagi. Pasti dia tidak akan bermain lawan Sevilla (tengah pekan depan) karena kami sudah lolos. Semoga dia bisa turun lawan Fulham (pekan depan),” jelasnya.
Akibat ketergantungan itu, Guardiola sangat berhati-hati dengan kondisi Haaland. Dia sampai mengirimkan fisioterapis klub, Mario Faundi, setiap sang pemain membela tim nasional Norweigia. Kondisi Haaland dipantau setiap saat, sehingga sempat bebas cedera pada dua bulan pertama di City.
Kejatuhan Liverpool
Sementara itu, runner-up musim lalu Liverpool kembali takluk dari tim zona degradasi Leeds United 1-2 di Stadion Anfiled, pada Minggu dini hari WIB. Tim tuan rumah kalah beruntun, setelah tumbang dari Nottingham Forest pekan lalu, akibat gol penyerang Leeds Crysencio Summerville (21) pada menit ke-89.
Catatan sempurna bek veteran Liverpool Virgil van Dijk di Stadion Anfield pun tumbang. Dia merasakan kekalahan pertama di kandang dalam seragam Liverpool setelah tidak tersentuh dalam 70 laga, 59 kali menang dan 11 seri. Rekor itu sudah bertahan sejak Januari 2018.
Tumbangnya catatan istimewa itu adalah alarm sebenarnya untuk Liverpool. Tim asuhan manajer Juergen Klopp itu sudah bukan raksasa yang sama seperti empat tahun terakhir. Mereka kehilangan dominasi di lapangan karena badai cedera dan pembelian pemain yang minim, serta pergantian formasi musim ini.
Salah satu masalah terbesar terletak di lini tengah. Mereka harus mengandalkan gelandang muda Harvey Elliott (19) dan Curtis Jones (21) karena banyaknya pemain cedera. Menurut pengamat sekaligus mantan pemain Liverpool, Graeme Souness, kedalaman itu tidak cukup untuk bersaing di liga paling kompetitif sedunia, Liga Inggris.
”Jadi untuk mengharapkan dua pemain muda bisa mengambil tanggung jawab besar sepanjang musim, rasanya sangat sulit. Saya sudah berkata sejak awal musim, lini tengah saat ini tidak akan membuat mereka memenangi trofi,” kata Souness.
Liverpool berada di peringkat ke-9 klasemen sementara dengan 16 poin dari 12 laga. Mereka tertinggal 13 poin dari pemuncak klasemen sekaligus juara bertahan, City. Jangankan bersaing juara, lolos empat besar pun akan sulit jika Liverpool tidak segera berbenah. (AP/REUTERS)