Indonesia berpeluang melahirkan kembali juara dunia yunior dari nomor ganda putra. Muhammad Putra Erwiansyah/Patra Harapan Rindorindo akan tampil dalam laga puncak Kejuaraan Dunia Yunior 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
SANTANDER, SABTU - Dua turnamen bulu tangkis berlangsung bersamaan di Eropa pada pekan ini. Peluang Indonesia mendapat gelar juara ada pada ganda putra, Muhammad Putra Erwiansyah/Patra Harapan Rindorindo, akan tampil dalam final Kejuaraan Dunia Yunior.
Putra/Patra berpeluang mengulang prestasi yang dibuat Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin ketika menjadi juara pada 2019. Turnamen yang digelar di Kazan, Rusia itu menjadi ajang terakhir sebelum Kejuaraan Dunia Yunior digelar tahun ini. Pada 2020 dan 2021, panggung persaingan tertinggi untuk pebulu tangkis berusia di bawah 19 tahun itu batal digelar karena pandemi Covid-19.
Tiket final didapat Putra/Patra setelah dalam babak empat besar di Santander, Spanyol, Sabtu (29/10/2022), mengalahkan wakil Korea Selatan, Cho Song-hyun/Park Beom-soo, 21-19, 23-21. Hasil tersebut menjadi kemenangan kelima beruntun dalam dua gim bagi Putra/Patra yang ditempatkan sebagai unggulan keempat. Di final, mereka akan berhadapan dengan Xu Hua Yu/Zhu Yi Jun (China) atau Apiluk Gaterahong/Witchaya Jintamuttha (Thailand).
"Puji Tuhan sudah bisa ke final, sudah mencapai target awal. Rasanya luar biasa, tetapi kami tidak boleh puas karena masih ada laga terakhir besok," kata Patra.
"Pastinya mau juara, tetapi pertandingan besok akan berat. Kami tidak boleh jumawa, harus tetap waspada dan tetap fokus," seperti ditambahkan Putra.
Duet itu menambahkan, tampil pada beberapa turnamen kelas senior membuat kepercayaan diri mereka meningkat. Pengalaman itu menjadi bekal untuk mengatasi berbagai tekanan di lapangan.
Indonesia sebenarnya berpeluang menempatkan wakil lain di final, yaitu melalui tunggal putri, Ester Nurumi Tri Wardoyo. Namun, upaya Ester untuk menyamai prestasi kakaknya, Chico Aura Dwi Wardoyo, untuk tampil di final dihentikan Yuan An Qi (China) pada semifinal. Ester kalah dengan skor 21-17, 15-21, 11-21.
Faktor utama kekalahan Ester dalam pertandingan selama satu jam 14 menit tersebut adalah kondisi fisik yang menurun pada gim ketiga. Berbeda dengan lawannya yang masih bisa bermain dengan irama cepat, langkah kaki Ester jauh melambat pada gim penentuan ini dibandingkan dua gim sebelumnya. Kondisi ini dimanfaatkan Yuan untuk mengarahkan kok sejauh mungkin dari jangkauan Ester. Akurasi pukulan Ester pun menurun.
Ester, yang berusia 17 tahun, tampil untuk pertama kalinya pada Kejuaraan Dunia Yunior untuk pemain-pemain berusia di bawah 19 tahun. Chico, yang tujuh tahun lebih tua, mencapai final Kejuaraan Dunia 2016 yang juga digelar di Spanyol, yaitu di Bilbao. Di final, Chico kalah dari pemain China, Sun Feixiang.
Puji Tuhan sudah bisa ke final, sudah mencapai target awal. Rasanya luar biasa, tetapi kami tidak boleh puas karena masih ada laga terakhir besok.
"Pastinya kecewa karena ini Kejuaraan Dunia Yunior terakhir saya dan saya tidak berhasil menyumbang emas untuk orang tua dan Indonesia," kata Ester yang menangis setelah kekalahannya. "Tetapi, medali perunggu bukan hasil yang jelek, tidak mudah bisa mencapai ini. Saya tetap bersyukur," lanjutnya.
Satu wakil lainnya tampil pada semifinal yang berlangsung Sabtu tengah malam waktu Indonesia. Mereka adalah unggulan teratas ganda putri, Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allessya Rose yang berhadapan dengan Rui Kiyama/Kanano Muroya (Jepang).
Buang Peluang
Dari turnamen Perancis Terbuka di Stade Pierre de Courbetin, Paris, ganda campuran, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, menyia-nyiakan kesempatan besar tampil pada final turnamen BWF World Tour untuk pertama kalinya.
Ketika berhadapan dengan Robin Tabeling/Selena Piek (Belanda) pada semifinal, mereka unggul 21-17, lalu 13-7 pada gim kedua. Namun, setelah itu, Rehan/Lisa tak dapat menambah angka. Tabeling/Piek merebut gim kedua dengan merebut 14 angka beruntun yang berarti tidak ada satu kesalahan pun yang mereka lakukan.
Kedinamisan permainan Rehan/Lisa pun terus menurun pada gim ketiga, hingga mereka akhirnya kalah 21-17, 13-21, 12-21. Tak pelak, Tabeling/Piek merayakan kemenangan itu layaknya juara, sedangkan Lisa menangis terisak di pinggir lapangan.
Rehan/Lisa menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada semifinal setelah rekan mereka, Jonatan Christie dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, tersingkir dalam babak delapan besar, Jumat tengah malam hingga Sabtu dinihari waktu Indonesia. Bagas/Fikri kalah dari Lu Ching Yao/Yang Po Han (Taiwan) 16-21, 21-18, 16-21, adapun Jonatan tak bisa menyelesaikan pertandingan karena cedera engkel kanan saat tertinggal 21-14, 14-21, 13-17 melawan Kodai Naraoka (Jepang).
Cedera itu, seperti dikatakan pelatih tunggal putra pelatnas Irwansyah, membuat Jonatan harus beristirahat dan menjalani fisioterapi. Tunggal putra peringkat ketujuh dunia itu pun harus menanti perkembangan kondisinya sebelum memutuskan akan melanjutkan penampilan ke turnamen berikutnya atau tidak. Turnamen ketiga beruntun di Eropa, setelah Denmark dan Perancis Terbuka, yang semula berada dalam agendanya adalah Hylo Terbuka di Jerman, 1-6 November.
Jonatan mengalami cedera engkel kanan pada awal gim ketiga ketika salah menumpu saat akan mengembalikan kok di depan net. Dia pun meminta bantuan medis.
Karena hanya diperbolehkan satu kali meminta bantuan medis, Jonatan tak bisa mendapatkan perawatan lagi meski kakinya makin sakit. Ketika dia duduk saat tertinggal 13-17, wasit justru memberinya kartu kuning karena dinilai memperlambat pertandingan. Padahal, setelah itu, Jonatan tidak bisa melanjutkan laga hingga harus dibawa dengan kursi roda saat meninggalkan lapangan.
“Saya khawatir karena teringat dengan cedera Vito. Jojo kesakitan pada engkel saat kakinya menekan ke lantai. Jadi, akhirnya kami memutuskan lebih baik tidak melanjutkan pertandingan,” kata Irwansyah.
Cedera Vito (Shesar Hiren Rhustavito), seperti yang dikatakan Irwansyah, dialami saat menjalani perempat final Malaysia Terbuka, 28 Juni-3 Juli 2022. Dia mengundurkan diri, karena cedera betis kanan, ketika berhadapan dengan Kento Momota dan tertinggal 6-13 pada gim pertama. Sejak saat itu, tunggal putra peringkat ke-24 dunia itu pun beristirahat dan baru bertanding kembali pada Denmark Terbuka, pekan lalu.
Sementara, Jonatan bercerita bahwa kaki kanannya masih bisa digunakan untuk melangkah, tetapi terasa sakit ketika melakukan gerakan tiba-tiba. Dia pun berharap bisa pulih sebelum tampil di Jerman.