Puncak Petaka Juventus
Juventus mencatatkan penampilan terburuk di fase grup Liga Champions dalam sejarah klub. Setelah tersingkir dari Liga Champions, Juve menyisakan harapan tampil di Liga Europa.
LISABON, RABU – Untuk pertama kali sejak musim 2013-2014, Juventus gagal melaju ke babak 16 besar Liga Champions. Kekalahan 3-4 dari Benfica di laga kelima Grup H, Rabu (26/10/2022) dini hari WIB, di Stadion Da Luz, Lisabon, menegaskan periode terburuk “Si Nyonya Besar” tidak hanya di satu dekade terakhir, tetapi juga dalam keikutsertaan mereka di babak penyisihan Liga Champions.
Hasil negatif dari Benfica menjadi kekalahan keempat yang diderita Juve di Liga Champions musim 2022-2023. Mereka baru meraih tiga poin dari lima pertandingan berkat mengalahkan Maccabi Haifa di laga ketiga.
Lihat juga : Juventus Yang Tersingkir
Dengan kekalahan di Da Luz, Juve untuk pertama kali tumbang di tiga laga tandang fase grup Liga Champions sejak format fase grup dimulai pada musim 1991-1992. Tak hanya itu, menderita empat kekalahan di Grup H musim ini juga menjadi jumlah kekalahan terbanyak Si Nyonya Besar dalam tiga dekade Liga Champions menggunakan fase grup.
Dengan menyisakan satu laga pamungkas melawan Paris Saint-Germain di Allianz Arena, pekan depan, Juve terancam bakal mengoleksi poin terendah dalam sejarah mereka berpartisipasi di babak grup Liga Champions. Catatan terburuk mereka di babak awal kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu tercipta pada musim 2000-2001.
Kala itu, Juve mengakhiri fase grup di peringkat terakhir dengan enam poin. Mereka kalah bersaing dengan Deportivo La Coruna, Panathinaikos, serta Hamburger SV. Enam poin itu berasal dari sekali menang dan tiga kali imbang.
Selain mengemas poin terendah, Juve di musim 2000-2001 juga mencatatkan selisih gol terburuk dengan catatan -3. Itu berasal dari 12 kali kemasukan, sedangkan tim yang diasuh Carlo Ancelotti itu hanya bisa mencetak sembilan gol dari enam pertandingan.
Baca juga : Alergi terhadap Allegri
Catatan gol serupa juga tercipta di lima laga musim ini. Juve mengemas selisih gol -3 karena hanya bisa mencetak delapan gol dan telah kemasukan 11 gol.
Dengan mengumpulkan tiga poin di lima laga membuat Juve hanya punya asa untuk mengejar tiket ke babak play-off 16 besar Liga Europa. Syaratnya, mereka harus bisa mengalahkan PSG, yang telah memastikan satu tempat di babak 16 besar.
Jika gagal menang atas PSG, harapan Juve masih terbuka duduk di peringkat tiga apabila Maccabi tidak meraih hasil lebih baik dari mereka di laga terakhir. Maccabi akan menjamu Benfica di Stadion Sammy Ofer, Haifa.
Hanya saja, meskipun telah lolos ke babak 16 besar, PSG dipastikan tetap berambisi mengalahkan Juve. “Les Parisiens” wajib menang di laga terakhir demi memastikan posisi puncak. Pada laga kelima, PSG membenamkan Maacabi, 7-2, di Paris.
Sekarang Kami harus fokus ke liga dan juga bersungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk menghadapi PSG demi memastikan satu tempat di Liga Europa.
“Kami sangat kecewa dan marah karena tersisih dari Liga Champions. Kami menjalani paruh pertama musim ini dengan buruk. Sekarang Kami harus fokus ke liga dan juga bersungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk menghadapi PSG demi memastikan satu tempat di Liga Europa,” kata Pelatih Juve Massimiliano Allegri seusai laga.
Baca juga : Bayang-Bayang Ilusi “Blaugrana”
Hasil di Liga Champions pun sejalan dengan nasib Juve di Liga Italia yang juga dirundung petaka. Mereka hanya duduk di peringkat kedelapan setelah menjalani 11 laga.
Si Nyonya Besar baru mengemas 19 poin, sehingga tertinggal 10 poin dari Napoli yang menguasai puncak klasemen.
Parade kesalahan
Ambisi Juve untuk membawa pulang kemenangan dari markas Benfica digagalkan oleh permainan buruk, terutama pada situasi bertahan. Trio lini belakang Juve yang diisi Federico Gatti, Leonardo Bonucci, dan Danilo gagal mengimbangi agresivitas lini depan Benfica yang dipimpin gelandang serang, Rafa Silva.
Empat gol yang dicetak tim berjuluk “Si Elang” hadir dari parade kesalahan Juve dalam bertahan. Gol pertama Benfica yang dicetak melalui sundulan Antonio Silva pada menit ke-17 diawali buruknya penempatan posisi Bonucci untuk beradu duel udara dengan bek Benfica itu.
Baca juga : Pembuktian Kapasitas Graham Potter
Kemudian, Juan Cuadrado melakukan handball yang berbuah hukuman penalti jelang setengah jam laga berjalan. Eksekusi Joao Mario di menit ke-28 membawa Benfica kembali unggul setelah sebelumnya Juve menyamakan kedudukan melalui sontekan Moise Kean ketika laga berjalan 21 menit.
Saat laga memasuki menit ke-35, Silva mencetak gol pertamanya ke gawang Juve di Da Luz. Ia memanfaatkan transisi cepat timnya dan memaksimalkan celah di antara Bonucci dan Gatti. Kedua bek itu hanya melihat pergerakan Mario yang menguasai bola dan memberi asis kepada Silva.
Di babak kedua, Silva lagi-lagi memanfaatkan buruknya performa bek tengah Juve. Diawali kesalahan operan yang dilakukan Bonucci, Silva bergerak tanpa bola di kotak penalti Juve untuk memaksimalkan celah kosong akibat keterlambatan Bonucci kembali ke posisinya.
Baca juga : Balasan Kenaifan Xavi
Ia pun mencetak gol kedua di menit ke-50 melalui sontekan ketika berhadapan satu lawan satu dengan kiper Juve, Wojciech Szczesny.
Penampilan Juve agak membaik setelah Allegri melakukan empat pergantian dalam di kurun waktu 10 menit pada menit ke-60 hingga ke-70. Bonucci digantikan Alex Sandro, lalu Fabio Miretti masuk menggantikan Cuadrado.
Selanjutnya, dua pemain muda, Matias Soule dan Samuel Iling-Junior mengisi posisi Dusan Vlahovic dan Filip Kostic. Pergantian itu membantu Juve mencetak dua gol untuk memperkecil kedudukan melalui Arkadiusz Milik dan Weston McKennie masing-masing di menit ke-77 dan ke-79.
“Pada 20 menit terakhir hadirkan harapan karena kita menyaksikan gol dan keinginan untuk bertarung. Tetapi, perasaan secara umum dari laga itu adalah penampilan sangat buruk yang ditampilkan Juve,” ujar Alessandro Del Piero, legenda Juve, dilansir laman UEFA.
Mantan penyerang Juve lainnya, Fabrizio Ravanelli, menambahkan, “Juve tidak bermain selama 70 menit dan membuat banyak kesalahan dalam bertahan, itu sesuatu yang tidak biasa dari Juve. Bianconeri diselamatkan oleh penampilan luar biasa nan penuh determinasi dari pemain-pemain muda yang masuk di babak kedua”. (REUTERS)