Casemiro mulai memamerkan peran krusialnya bagi Manchester United. Mentalitas juara milik pemain timnas Brasil itu amat penting bagi "Setan Merah" untuk bersaing di Liga Inggris musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, MINGGU – Bukan Bruno Fernandes, Antony Santos, atau bahkan Marcus Rashford yang telah menjelma menjadi nyawa permainan Manchester United oada musim ini. Sosok penting bagi skema Erik ten Hag, Manajer MU, itu adalah Casemiro, gelandang baru yang didatangkan dari Real Madrid pada akhir bursa transfer musim panas lalu.
Meskipun tidak langsung mendapat kesempatan sebagai pemain inti di MU, Casemiro perlahan menjadi gelandang yang tidak tergantikan untuk “Setan Merah”. Ia selalu mengisi salah satu tempat di posisi 11 pemain utama MU pada enam pertandingan terakhir, termasuk dua laga penting kontra Tottenham Hotspur dan Chelsea, dalam kurun tiga hari terakhir.
Casemiro membuktikan mentalitas juaranya sebagai salah satu pemain yang telah merasakan lima trofi Liga Champions. Golnya pada menit ke-90+4, membantu Setan Merah membawa pulang satu poin dari London setelah menahan imbang Chelsea, 1-1. Ia juga mengakhiri kekokohan kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga, yang tidak kemasukan gol dalam lima laga sebelumnya.
Catatan gol perdananya untuk MU itu mengukuhkan Casemiro sebagai pemain berpaspor Brasil kedelapan yang bisa menyumbangkan gol untuk tim Setan Merah. Pada musim ini, ia menyusul kompatriotnya di tim nasional Brasil untuk mencatatkan nama di papan skor Liga Inggris, yaitu Antony dan Fred.
Tak cuma soal gol, Casemiro adalah poros utama bagi permainan di lini tengah, titik krusial bagi skema permainan dominan yang digagas Ten Hag. Menurut Squawka, pemain berusia 30 tahun itu tercatat 10 kali memenangkan penguasaan bola serta 9 kali duel pada pertandingan di Stadion Stamford Bridge, Minggu (23/10/2022) dini hari WIB.
Statistik dominan itu juga dicatatkan Casemiro ketika MU menumbangkan Spurs, 2-0, Kamis (20/10) dini hari WIB lalu. Pada duel di Stadion Old Trafford, Casemiro memenangkan 10 kali penguasaan bola dan sembilan kali duel melawan pemain-pemain Spurs. Tidak ada pemain yang bisa menandingi Casemiro dalam catatan statistik itu di dua laga MU terakhir.
Menurut Ten Hag, Casemiro telah menunjukkan peningkatkan performa dari pertandingan ke pertandingan yang telah dijalaninya. Mencetak gol penyeimbang, kata Ten Hag, menciptakan kepercayaan diri bagi Casemiro sekaligus kepada rekan-rekan setimnya untuk pantang menyerah di setiap laga.
“Saya pikir, ia sangat masif dalam performanya hari ini. Ia telah menyesuaikan intensitas Liga Inggris dan akan kian baik di waktu-waktu mendatang. Casemiro adalah contoh bagi pemain lainnya,” ujar Ten Hag dilansir laman klub.
Christian Eriksen, tandem Casemiro di lini tengah MU, memuji kemampuan sundulan rekan setimnya itu yang mampu menaklukan Arrizabalaga. Tandukan keras dan terarah Casemiro sejatinya bisa ditepis Arrizabalaga, tetapi bola tetap bisa masuk ke dalam gawang.
“Itu sundulan yang mengagumkan, leher yang amat kuat dari Casemiro. Gol yang indah,” kata Eriksen sembari tersenyum.
Tentu mengecewakan karena ketika (unggul) 1-0, akhir pertandingan sudah dekat. Tetapi, ini hasil yang adil bagi performa kedua tim. (Graham Potter)
Lebih lanjut, pemain asal Denmark itu menyebut hasil imbang dari London menunjukkan karakter utama MU di musim ini. “Gol di menit akhir membuktikan karakter kami yang sesungguhnya. Ini juga sesuai yang diinginkan fans yang menyaksikan langsung di stadion. Kami juga sangat mendambakan gol dengan performa yang kami tampilkan,” tutur Eriksen.
Mengecewakan
Sementara Manajer Chelsea Graham Potter kecewa dengan kegagalan anak asuhannya mempertahankan keunggulan yang didapatkan melalui eksekusi penalti Jorginho pada menit ke-87. Meski begitu, ia menganggap berbagi satu poin adalah hasil yang pantas jika menyaksikan pertarungan kedua tim selama 90 menit.
“Tentu mengecewakan karena ketika (unggul) 1-0, akhir pertandingan sudah dekat. Tetapi, ini hasil yang adil bagi performa kedua tim. Itu adalah performa saling berjuang dari dua tim yang menginginkan poin,” kata Potter kepada Sky Sports.
Pada laga melawan MU, Potter menitikberatkan taktik untuk meredam permainan penyerang sayap cepat miliki tim tamu. Pada awal laga, Potter menurunkan formasi 4-4-2 dengan menempatkan Cesar Azpilicueta dan Mason Mount di sisi kanan untuk meredam Jadon Sancho. Adapun demi mengantisipasi pergerakan Anthony, Potter menurunkan Marc Cucurella dan Ben Chilwell.
Formasi itu berubah ketika Potter mengganti Cucurella dengan Kovacic pada menit ke-36. Mendekati 10 menit akhir babak pertama, Si Biru tampil dengan formasi 4-3-3 yang memberikan keseimbangan untuk berduel dengan trio gelandang MU yang diisi Casemiro, Eriksen, dan Fernandes.
Terkait keputusan taktik itu, Potter mengungkapkan, dirinya butuh tambahan pemain di lini tengah karena ingin lebih baik dalam penguasaan bola dan berusaha memberikan lebih banyak tekanan ketika pemain MU menguasai bola. “Setelah pergantian itu, kami tampil lebih baik,” katanya.
Namun, Potter menekankan, timnya perlu meningkatkan permainan menyerang. Dalam dua laga terakhir, Si Biru hanya bisa menciptakan satu gol melalui penalti. Pada laga melawan MU, Chelsea hanya mencatatkan dua tembakan tepat sasaran.
Dengan hasil imbang di Stamford Bridge, Chelsea belum bisa mengalahkan MU dari 10 laga terakhir di ajang Liga Inggris. Si Biru hanya mendapatkan tujuh laga imbang dan tiga kali tumbang.
Chelsea dan MU pun tetap mempertahankan posisi masing-masing di papan klasemen, yaitu duduk di peringkat keempat dan kelima. Kedua tim bisa mengalami penurunan peringkat jika Newcastle United, yang duduk di posisi keenam, bisa mengalahkan Spurs, Minggu malam.
Andai menang, Newcastle akan mengumpulkan 21 poin yang membuat mereka menyalip MU, yang mengemas 20 poin, serta memiliki selisih gol lebih baik ketimbang Chelsea. (AFP)