Tidak dipanggilnya atlet renang senior ke pelatnas adalah bagian dari proses regenerasi atlet muda yang dipersiapkan ke Olimpiade Brisbane 2032.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Regenerasi atlet menjadi salah satu fokus induk cabang olahraga renang untuk mewujudkan visi dan misi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Melalui regenerasi itu, Indonesia siap mencetak prestasi pada ajang Olimpiade Brisbane 2032.
Menajer tim renang Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI), Wisnu Wardhana, mengatakan, pemerintah seperti tertuang dalam DBON memiliki target pada Olimpiade Brisbane 2032. Agar dapat meraih prestasi terbaik pada ajang tersebut, para atlet renang harus dipersiapkan mulai dari sekarang.
”SEA Games dan Asian Games 2023 akan berlangsung dalam waktu dekat, tetapi tujuan utama pemerintah seperti dalam DBON adalah Olimpiade,” kata Wisnu saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Adapun salah satu poin dalam misi DBON itu berisi, mencetak atlet-atlet berprestasi dunia dengan pembinaan atlet jangka panjang yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan sebagai faktor pendukung utama. Artinya, pemerintah memiliki waktu sepuluh tahun untuk mencetak bibit-bibit atlet berprestasi dalam ajang Olimpiade 2032.
Wisnu menambahkan, tidak tercantumnya sejumlah atlet senior dalam daftar atlet pelatnas merupakan keputusan yang diambil setelah berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Indonesia, Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora, Komite Olahraga Nasional Indonesia, dan lainnya. Namun, mereka masih berpeluang mengikuti SEA Games 2023 dengan lolos seleksi nasional yang akan digelar pada Februari 2023.
”Mereka bisa berlatih di klub masing-masing dengan pelatih yang paham dengan program latihan. Hal itu kembali pada keputusan mandiri mereka karena secara teknis saya tidak punya otoritas penuh,” tutur Wisnu, yang juga Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PRSI.
Selain itu, Wisnu menegaskan, tolok ukur untuk atlet senior dan yunior tidak didasarkan pada usia, tetapi melalui dinamika transformasi cabang olahraga renang. Adapun dalam pemilihan atlet pelatnas, keputusan yang diambil tetap berdasarkan pada 40 persen untuk senior dan 60 persen untuk yunior.
Terkait keputusan itu, pelatih kepala cabang olahraga renang Michael Pipers mengatakan, kriteria seleksi telah mengacu pada filosofi dan ketentuan yang dibuat oleh Kemenpora. Tujuan diberlakukan ketentuan tersebut adalah untuk membentuk atlet-atlet muda berbakat sedari sekarang.
”Saya memang ikut menentukan, tetapi saya tidak sendiri. Ada pihak-pihak lain yang juga mempertimbangkan,” kata Pipers saat ditemui di Stadion Akuatik, Senayan, Jakarta.
Sebelumnya, para atlet yang namanya tidak tercantum di pelatnas dalam Surat Keputusan PB PRSI Nomor 44 Tahun 2022 merasa pengurus cabang tidak memberikan solusi. Untuk sekali latihan saja, mereka harus mengeluarkan biaya Rp 5 juta dan hanya ada waktu tiga bulan persiapan SEA Games, terhitung dari seleksi (Kompas.id, 19 Oktober 2022).
Mereka bisa berlatih di klub masing-masing dengan pelatih yang paham dengan program latihan. Hal itu kembali pada keputusan mandiri mereka, karena secara teknis saya tidak punya otoritas penuh.
Dalam surat keputusan, PB PRSI telah menetapkan 23 atlet yang mengisi pelatnas. Dari 23 atlet tersebut, tidak tercantum nama delapan atlet berpengalaman yang sebelumnya telah menyumbangkan medali untuk Indonesia.
Delapan atlet yang meraih medali pada SEA Games Vietnam 2021 adalah Alfah Fadlan Prawira (perunggu 400 meter gaya ganti dan perak estafet 4x100 gaya bebas), Gagarin Nathaniel Yus (perak 50 meter gaya dada dan perunggu 100 meter gaya dada), Glen Victor Susanto (perunggu 50 meter gaya kupu-kupu dan perak estafet 4x100 meter gaya bebas), dan I Gede Siman Sudartawa (perunggu 50 meter gaya punggung). Selain itu, Anak Agung Istri Kania Ratih (perunggu 50 meter gaya punggung), Nurul Fajar Fitriyati (perak 200 meter gaya punggung dan perunggu 4x100 meter gaya bebas), Patricia Yosita Hapsari (perunggu estafet 4x100 meter dan 4x200 meter gaya bebas), dan Ressa Kania Dewi (perunggu estafet 4x100 meter dan 4x200 meter gaya bebas).
Terkait dengan hal itu, Hendry Suryaatmadja, pelatih pelatnas renang, mengatakan, dirinya berharap kedelapan atlet senior itu tetap dipanggil. Menurut dia, keputusan yang diambil tidak memperhitungkan rekam jejak mereka.
”Sangat disayangkan ya, mereka masih mau membantu Indonesia untuk kompetisi internasional tetapi enggak ada dukungan,” kata Henry, yang menyebutkan pemilihan para atlet dalam pelatnas tidak bisa dilakukan sembarangan.
Putu Takahide Valentino, yang juga melatih atlet renang, mengatakan, pada praktiknya, pemilihan atlet tidak berdasarkan proporsi 40 persen senior dan 60 persen yunior. Penghuni pelatnas saat ini adalah atlet yunior dan para atlet senior tidak diberi tempat.
Takahide berharap agar para atlet senior itu dilibatkan dalam pelatnas. Dengan adanya para atlet senior, atlet yunior bisa belajar dan mendapatkan pengalaman dari mereka. ”Kalau begini kita kan sama saja mengambil pekerjaan yang belum pernah kita kerjakan dan enggak tahu hasilnya. Disayangkan sebenernya keputusan itu,” ujarnya.