Kejuaraan nasional tidak hanya menjadi ajang kompetisi atlet. Pengurus olahraga dapat menjadikannya sebagai bahan evaluasi pengembangan cabang olahraga di daerah.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kejuaraan nasional menjadi ajang yang tepat bagi pengurus cabang olahraga untuk mengevaluasi pembinaan atlet di daerah. Harapan ini disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali saat membuka Kejuaraan Nasional Squash 2022 di Lapangan Squash, Senayan, Jakarta, Rabu (19/10/2022).
Zainudin mengatakan, kejurnas ini tidak hanya menjadi ajang bergengsi bagi para atlet untuk unjuk kekuatan. Hal itu juga menjadi momentum bagi pengurus cabang olahraga untuk melakukan evaluasi sekaligus penilaian terhadap para atletnya.
”Menjadi kewajiban pimpinan olahraga dan pengurusnya untuk setiap tahun mengadakan kejuaraan nasional untuk memantau sejauh mana pembinaan atlet di daerah-daerah,” kata Zainudin.
Kejurnas Squash 2022 berlangsung pada 19-23 Oktober 2022 dan diikuti 154 atlet dari 17 provinsi. Bersamaan dengan pertandingan bagi atlet, Persatuan Squash Indonesia (PSI) juga mengadakan pelatihan wasit, rapat kerja nasional, dan pelatihan bagi pelatih pada 17-25 Oktober. Rangkaian acara tersebut sekaligus menjadi ajang untuk mempersiapkan atlet nasional mengikuti Kejuaraan Squash Piala Asia Tenggara 2022 di Malaysia dan Singapura pada 29 November-7 Desember 2022.
Zainudin menambahkan, rangkaian kegiatan yang digagas squash merupakan langkah kreatif, efektif, dan efisien di tengah minimnya anggaran. Hal itu sekaligus menjadi contoh bagi cabang olahraga lain untuk menyelenggarakan hal serupa.
Kurang populer
Kurangnya popularitas squash di tengah masyarakat menjadi kendala untuk mengembangkan cabang olahraga yang disebut juga tenis dinding ini. Padahal, squash telah diperkenalkan di Indonesia melalui pembangunan lapangan squash pertama kali di International Sporting Club, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten (Kompas, 26 Juli 1978).
Menjadi kewajiban pimpinan olahraga dan pengurusnya untuk setiap tahun mengadakan kejuaraan nasional untuk memantau sejauh mana pembinaan atlet di daerah-daerah.
Olahraga raket dari Inggris tersebut mempertemukan dua orang di ruangan tertutup. Kedua pemain itu saling berbalas memukulkan bola ke satu sisi dinding ruangan hingga salah seorang pemain gagal mengembalikan bola pukulan lawan atau melakukan kesalahan.
Untuk mengatasi kurangnya popularitas squash, PSI memiliki program khusus, yakni Squash Goes to School. Melalui program tersebut, PSI akan memperkenalkan squash ke sejumlah sekolah dan membangun lapangan squash di lingkungan masyarakat.
”Inilah terobosan untuk menyosialisasikan squash ke masyarakat sehingga squash tidak dipandang sebagai olahraga elite dan bisa dinikmati masyarakat kelas bawah,” kata Ketua Umum PSI Sylviana Murni.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Marciano Norman mengatakan, PSI harus terus berupaya memperkenalkan squash ke masyakarat dimulai dari sekolah-sekolah. Dia berharap di masa mendatang setiap provinsi di Indonesia memiliki atlet terbaik.
”Squash ini juga akan dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional ke-21 tahun 2024 di Aceh dan Sumatera Utara. Untuk itu, PSI diharapkan terus memasyarakatkan squash,” kata Marciano.