Dunia Tanpa Batas Benzema
Karim Benzema menjadi pemain tertua kedua peraih Ballon d'Or. Penegasan dirinya sebagai pesepak bola terbaik dunia adalah buah perjuangannya untuk bangkit dari masa-masa sulit akibat masalah di luar lapangan.
PARIS, SELASA – Karim Benzema membuktikan tidak ada batasan di sepak bola selama seorang pemain tidak pernah berhenti bekerja keras dan menjaga mimpinya. Pemain lulusan akademi Olympique Lyon itu sempat hanya dianggap memiliki peran sekunder di Real Madrid, lalu tersingkir dari tim nasional Perancis akibat skandal prostitusi dan pemerasan.
Setelah semua nasib buruk di luar lapangan berlalu, Benzema bisa menginjakkan kaki di singgasana dunia berkat penobatan sebagai pemain terbaik dunia melalui penghargaan Ballon d’Or 2022, Selasa (18/10/2022) dini hari WIB, di Theatre du Chatelat, Paris, Perancis. Ia menjadi pemain Perancis kelima yang menerima trofi individu yang diinisiasi oleh France Football sejak 1956.
Gelar Ballon d’Or itu tidak lepas dari pengaruh besar Benzema bagi Real selama musim 2021-2022. Ia mempersembahkan tim berjuluk Los Blancos itu trofi Liga Champions, Liga Spanyol, Piala Super Spanyol, dan Piala Super Eropa dengan menyumbangkan 44 gol dan 15 asis.
Benzema mengakui, performa terbaiknya di musim lalu adalah buah dari pelajaran panjangnya dari sejumlah masa-masa sulit yang dialaminya sejak hijrah dari Lyon ke Real pada musim panas 2009. Datang ke salah satu klub terbaik di dunia pada usia 21 tahun membuat Benzema digadang-gadang sebagai wajah baru sepak bola Perancis.
Namun, takdir tidak semulus yang diharapkan Benzema. Ia sempat diduga terlibat skandal prostitusi pada 2010 dan pemerasan kepada rekan setimnya di timnas Perancis, Mathieu Valbuena, pada 2015. Dua masalah itu sempat membuat Benzema berurusan dengan aparat penegak hukum Perancis.
Bahkan, Presiden Federasi Sepak Bola Perancis (FFF) Noel La Graet mengeluarkan larangan kepada Benzema bergabung dengan skuad timnas perancis atau Les Bleus sejak Desember 2015 menyusul kasus dengan Valbuena. Aturan itu dicabut yang ditandai kembalinya Benzema ke dalam skuad Perancis untuk Piala Eropa 2020, Mei 2021 lalu.
“Saya telah merasakan masa sangat buruk ketika tidak dipanggil tim nasional, tetapi itu tidak membuat saya menyerah. Presiden (Florentino Perez) selalu berada di pihak saya untuk membantu saya melalui masa-masa sulit itu, hubungan kami bukan hanya terkait urusan olahraga,” ujar Benzema dilansir laman klub, Selasa.
Alih-alih masa kelam itu membuat kariernya menukik, Benzema justru meraih gelar Ballon d’Or, dua bulan jelang ulang tahunnya ke-35, 19 Desember mendatang. Itu menunjukkan ia memiliki karier lebih panjang dibandingkan dua idolanya, Zidane dan Ronaldo Nazario. Kedua legenda itu telah gantung sepatu ketika masih berusia 34 tahun.
Baca juga : Dari Paris, Benzema Mencapai Puncak Dunia
Saya telah merasakan masa sangat buruk ketika tidak dipanggil tim nasional, tetapi itu tidak membuat saya menyerah.
“Ada beberapa pemain yang tetap kompetitif setelah berusia 30 tahun. Anda harus bekerja lebih keras dan memiliki tujuan yang lebih jelas. Itu memotivasi saya untuk memiliki lebih banyak ambisi dan lebih menikmati diri di lapangan,” kata Benzema yang menjadi peraih Ballon d’Or tertua kedua setelah Stanley Matthews yang diberikan trofi bola emas di edisi perdana pada 1956.
Di sisi lain, Benzema enggan melupakan peran semua pihak yang memiliki andil selama 19 tahun karier profesionalnya. Ia mengucapkan terima kasih mulai dari Akademi Lyon, Presiden Lyon Jean-Michel Aulas, rekan setimnya di Real dan Perancis, dan Florentino Perez. Tak ketinggalan, ia pun mengajak orang tua dan putranya ke atas panggung penganugerahan Ballon d’Or.
Benzema menjadi pemain Real kedelapan yang meraih Ballon d’Or. Ia menyejajarkan diri dengan legenda Los Blancos, seperti Alfredo Di Stefano, Raymond Kopa, Luis Figo, Ronaldo, Fabio Cannavaro, Cristiano Ronaldo, dan Luka Modric.
Secara total, Real telah setara dengan Barcelona sebagai tim dengan trofi Ballon d’Or terbanyak, yaitu 12 kali. Kedua raksasa Spanyol itu dibuntuti oleh duo Italia, Juventus dan AC Milan, yang sama-sama telah memenangkan delapan gelar bola emas.
Lihat juga : Ballon d'Or 2022 Milik Karim Benzema
Titik balik
Setelah sempat menjadi bayang-bayang Cristiano Ronaldo selama sembilan tahun, Benzema menjalani titik balik dalam kariernya pada musim 2018-2019. Ia membuktikan diri bisa mengambil peran pemain berjuluk “CR7” itu sebagai mesin gol utama Real.
Di bawah kendali Zinedine Zidane pada 2019 hingga 2021 membantu Benzema tidak hanya menjadi predator gol, tetapi juga pemimpin tim. Utamanya di musim 2020-2021, Benzema lebih sering mengenakan ban kapten karena dua kapten utama Real, Sergio Ramos dan Marcelo, banyak menepi akibat cedera.
“Zidane adalah idola dan pelatih saya. Ia yang meminta saya untuk tidak menyerah dan terus berjuang. Fakta bahwa ia yang memberikan trofi (Ballon d’Or) itu adalah sebuah hal istimewa,” kata Benzema yang telah mempersembahkan lima trofi Liga Champions untuk Real.
Dua peran krusial itu juga dijalani Benzema ketika kursi pelatih Real berpindah dari Zidane ke Carlo Ancelotti pada musim lalu. Ancelotti mengungkapkan, trofi Liga Champions edisi 2021-2022 tidak akan bisa diraih Real tanpa peran penting Benzema, terutama pada laga-laga babak gugur.
Baca juga : Pembuktian Sempurna Benzema
Pemain bernomor punggung sembilan itu mencetak total 15 gol di Eropa yang membantu Real mengalahkan tim-tim ambisius, seperti Paris Saint-Germain, Chelsea, Manchester City, dan Liverpool.
“Secara teknik, kualitas Benzema tetap sama dari tahun ke tahun, ia pemain hebat. Yang berbeda dari performa Benzema saat ini dibandingkan delapan tahun lalu adalah tanggung jawab yang lebih besar di dirinya dan sikapnya yang amat penting untuk tim, ia telah bertransformasi menjadi pemimpin kami,” ujar Ancelotti dilansir Marca.
Mantan Pelatih Real, Jose Mourinho, menyebut trofi Ballon d’Or adalah konsekuensi dari dedikasi tinggi yang diberikan Benzema kepada timnya. Bekerja sama di Real pada periode 2010 hingga 2013, Mourinho mengungkapkan, Benzema bukan sosok pemain yang terobsesi dengan catatan pribadi, terutama dalam urusan gol.
“Obsesinya kepada tim adalah resepnya bisa memiliki karier yang panjang. Gelar Ballon d’Or adalah konsekuensi alami dari perkembangan luar biasanya yang mementingkan tim,” kata Mourinho kepada L’Equipe. (AFP)