Mohamed Salah menikmati peran baru sebagai ujung tombak Liverpool. Lewat evolusi posisi, ”Si Raja Mesir” menemukan jalan baru untuk kembali bertakhta di puncak daftar predator Liga Inggris.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LIVERPOOL, SENIN — Penyerang Liverpool FC, Mohamed Salah, kembali ditakuti di tanah Inggris. Ketajaman ”Si Raja Mesir”, yang sempat pudar, hadir kembali berkat posisi barunya dalam formasi terbaru manajer Juergen Klopp. Evolusi itu sekaligus memupus keraguan terhadapnya sejak ditinggal rekannya, Sadio Mane.
Perubahan posisi Salah menjadi tajuk utama ulasan kemenangan Liverpool, 1-0, atas Manchester City di Stadion Anfield, Minggu (16/10/2022). Lewat gol tunggalnya di laga itu, Salah menghadirkan kekalahan perdana bagi ”The Citizens” di Liga Inggris musim ini.
Manajer Manchester City Josep ”Pep” Guardiola berkata, laga di Anfield itu sebetulnya berlangsung ketat. Dalam kondisi permainan yang nyaris seimbang, Salah hadir sebagai pembeda. ”Kami tidak (bisa) mengikuti pergerakan Salah (dalam gol tersebut),” ujarnya.
Untuk pertama kalinya pada musim ini, Salah dimainkan sebagai penyerang tengah sejak menit pertama dalam formasi 4-4-2. Rekannya, Roberto Firmino, mendampinginya di lini depan. Padahal, biasanya, Salah berperan sebagai penyerang sayap kanan.
Meskipun demikian, formasi 4-4-2 yang dimainkan Klopp itu sangat dinamis, bisa berubah di tengah laga. Dalam situasi tertentu, misalnya transisi dari bertahan ke menyerang, pola 4-4-2 itu bisa berubah menjadi 4-2-3-1. Namun, Salah tetap jadi ujung tombak. Adapun Firmino bak bunglon yang bisa mengelabui lawan. Ia bisa jadi striker, sekaligus gelandang serang.
Revolusi taktik itu berjalan efektif. Salah dua kali berhadapan satu lawan satu dengan kiper City, salah satunya berbuah gol. Posisinya yang berada di titik tertinggi serangan menjadi senjata mematikan Liverpool dalam serangan balik.
Dengan kecepatan dan teknik di atas rata-rata, Salah semakin berbahaya saat dipasang di posisi sentral dan lebih dekat ke gawang lawan. Ketika pemain lawan melakukan kesalahan, seperti yang dilakukan bek Joao Cancelo, maka Salah akan menyambutnya bak malaikat pencabut nyawa. Selain itu, dia juga bisa menyerang dari berbagai ruang, termasuk sisi kiri.
Bagi Salah, yang sudah mencetak 123 gol dalam 202 penampilan di Liga Inggris, perubahan menjadi keniscayaan. Bek-bek lawan sudah mulai bisa membaca jurus-jurusnya di sisi sayap kanan Liverpool.
Sejarah membuktikan, Salah dan ruang kosong adalah kombinasi paling berbahaya. Dia punya segalanya, mulai dari dribel akurat, lari cepat, hingga penyelesaian akhir akurat, untuk mencetak gol. Kebebasan dalam bergerak di ruang pertahanan lawan itu memberinya banyak peluang untuk mencetak gol.
”Saya tidak khawatir meskipun gagal dalam eksekusi (peluang). Sebab, peluang itu akan datang lagi. Saya justru khawatir ketika tidak mendapatkan peluang. Saya selalu fokus karena yakin bisa mendapatkan peluang gol (dari posisi barunya),” tuturnya.
Sebelum pendekatan baru itu diterapkan Klopp, Salah kesulitan mencetak gol. Pekan lalu, ketika Liverpool dikalahkan Arsenal 2-3, Salah tidak berkutik. Saat itu, ia dimainkan di posisi penyerang sayap kanan dalam formasi 4-4-2. Ruang geraknya terbatas sehingga mudah diantisipasi bek lawan, Takehiro Tomiyasu. Salah pun tidak bisa mencetak gol maupun asis.
Bagi Salah, yang sudah mencetak 123 gol dalam 202 penampilan di Liga Inggris, perubahan menjadi keniscayaan. Bek-bek lawan sudah mulai bisa membaca jurus-jurusnya di sisi sayap kanan Liverpool.
Hengkangnya penyerang sayap kiri, Sadio Mane, ke Bayern Muenchen turut memengaruhi ketajaman Salah. Ia tidak lagi mendapatkan bantuan dari Mane. Ketika Mane masih membela Liverpool, fokus pertahanan lawan menjadi terbagi, tidak hanya bertumpu ke Salah. Pada musim ini, Salah seolah-olah menahan beban gravitasi yang terlalu besar di sisi kanan.
Beban itu terlihat sejak awal musim. Sebelum menghadapi City, Salah baru mengoleksi dua gol di Liga Inggris. Penurunan performa peraih dua kali Sepatu Emas Liga Inggris itu membuat Klopp berpikir keras. Ia mulai meninggalkan formasi favoritnya, 4-3-3, untuk memberi ruang Salah agar bisa berevolusi.
Rekor baru
Taktik baru itu mulai dicoba Klopp saat ”Si Merah” bertamu ke markas Glasgow Rangers pada laga penyisihan grup Liga Champions Eropa, Kamis lalu. Salah mengisi posisi penyerang tengah sebagai pemain pengganti. Hasilnya, dia mencetak tiga gol hanya dalam rentang waktu 6 menit. Ia pun mengukir rekor hattrick tercepat Liga Champions. Adapun Liverpool menang telak, 7-1.
Menurut Klopp, peran baru Salah akan menambah variasi dan dimensi baru serangan Liverpool. Liverpool kini sulit dibaca tim-tim lawan. Ia pun senang dengan adaptasi cepat para pemainnya.
Evolusi Salah sekaligus akan menjadi titik balik Liverpool musim ini. Formasi 4-4-2 ala Klopp, yang sempat diragukan, kini mulai terlihat hasilnya. Setelah terdampar di peringkat ke-10, mereka mulai merangkak naik, yaitu ke posisi kedelapan, dan memangkas jarak dengan City menjadi sepuluh poin.
Hanya saja, Salah belum benar-benar teruji di posisi barunya itu. Kebetulan, lawannya adalah City yang bermain dengan zona pertahanan tinggi dan lambat dalam transisi menyerang ke bertahan.
Salah belum teruji menghadapi lawan yang menggunakan zona pertahanan rendah atau gaya ”parkir bus”. Dalam taktik seperti itu, Salah akan menghadapi tantangan dikawal berlapis oleh bek-bek lawan.
Meskipun demikian, Liverpool kini setidaknya punya alternatif dalam menyerang dan tidak lagi monoton. Salah bisa fleksibel bermain di posisi sayap ataupun tengah. Punya dua senjata lebih baik daripada hanya satu. (AP/REUTERS)