Toney Jadi Jimat Inggris Menghapus Kutukan Adu Penalti
Adu penalti seperti mimpi buruk bagi Inggris di turnamen-turnamen besar, khususnya Piala Dunia. Kini, tim "Tiga Singa" punya asa untuk memperbaiki nasib buruk itu di Piala Dunia 2022 melalui Ivan Toney.

Manajer Inggris Gareth Southgate memimpin sesi latihan di St George's Park, Burton-on-Trent, Selasa (20/9/2022), sebelum pertandingan sepak bila Liga Nasional Eropa antara Italia dan Inggris pada Sabtu (24/9/2022) di Stadion San Siro, Milan, Italia.
> Tingkat kemenangan Inggris dalam drama adu penalti di turnamen besar sepak bola hanya 30 persen.
> Di era Southgate, cuma Harry Kane, Harry Maguire, dan Eric Dier, yang dipercaya dua kali menjadi algojo adu penalti dan menunaikan tugasnya dengan sempurna.
> Ivan Toney adalah satu-satunya pemain lokal Inggris yang mencatatkan 100 persen keberhasilan dalam eksekusi penalti di Liga Inggris.
Tim nasional sepak bola Inggris kerap diselimuti kutukan ketika menghadapi adu penalti di babak utama turnamen akbar sepak bola. Kutukan itu mulai dirasakan saat menjalani adu penalti pada semifinal Piala Dunia 1990 kontra Jerman.
Kala itu, tim “Tiga Singa” harus menutup mimpi tampil di partai puncak Piala Dunia untuk kali pertama sejak edisi 1966 karena kalah adu penalti, 4-5, dari Jerman. Due eksekutor Inggris, Stuart Pearce dan Chris Waddle, gagal menaklukan kiper Jerman, Bodo Illgner.
Enam tahun berselang, Jerman pula yang mengakhiri ambisi Inggris untuk tampil di final perdana pada ajang Piala Eropa 1996. Bermain di Stadion Wembley, lagi-lagi, langkah Inggris terhenti di fase semifinal menyusul kekalahan 5-6 dari Jerman dalam drama adu penalti.
Baca juga : Krisis Berkelanjutan Inggris
Bek Inggris, Gareth Southgate, menjadi satu-satunya pemain yang gagal mencetak gol pada adu penalti itu. Momen itu menjadi pengalaman terburuk dan masih membekas bagi Southgate, sosok yang kini menjadi pelatih Inggris.

Manajer Inggris Gareth Southgate (tengah) berusaha menghibur pemainnya, Jadon Sancho, seusai adu penalti pada final Piala Eropa 2020 versus Italia di Stadion Wembley, Inggris, 11 Juli 2021. Tuan rumah Inggris kalah dalam adu penalti itu.
Namun, di bawah kendali Southgate, nasib Inggris di babak adu penalti sempat membaik. Setelah selalu menelan kekalahan di lima adu penalti beruntun sejak Piala Eropa 1996 hingga Piala Eropa 2012, Southgate membantu Inggris memenangkan adu penalti dengan menumbangkan Kolombia di babak 16 besar Piala Dunia Rusia 2018. Mereka juga menyingkirkan Swiss pada laga perebutan tempat ketiga Liga Nasional Eropa 2018-2019.
Meski sempat membaik, “kutukan” adu penalti kembali dialami Inggris pada final Piala Eropa 2020 lalu. Inggris tumbang 3-4 dari Italia pada laga di rumahnya sendiri, Stadion Wembley, sehingga gagal mengakhiri penantian mengangkat trofi di rumah sendiri sejak Piala Dunia 1966 di Inggris.
Kiper mencoba menganggu, tetapi saya berusaha memikirkan hal lain, seperti seolah berada di pantai dengan menikmati cocktail. (Ivan Toney)
Secara total, tingkat kemenangan Inggris dalam drama adu penalti di turnamen mayor sepak bola hanya 30 persen atau tiga kali menang dari 10 laga yang harus diakhiri dengan adu penalti. Khusus di Piala Dunia, mereka hanya bisa sekali mencatatkan hasil positif, yaitu mengalahkan Kolombia di Rusia 2018. Sebelumnya, Inggris gugur di Italia 1990, Perancis 1998, dan Jerman 2006, karena kalah dalam drama adu penalti.
Kualitas bukan jaminan
Oleh karena itu, Southgate perlu memikirkan pula siasat untuk mengakhiri kutukan adu penalti itu dalam pemilihan pemain di Piala Dunia 2022. Kekalahan dari Italia di partai puncak Piala Eropa 2020 membuktikan pemain dengan kualitas permainan baik belum tentu bisa mengatasi tekanan tinggi dalam babak adu penalti.

Siapa yang meragukan kemampuan Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka? Tetapi, tiga pemain berposisi penyerang sayap itu gagal menaklukan kiper Italia, Gianluigi Donnarumma. Tak ayal, mereka menjadi kambing hitam dan menerima celaan dari publik Inggris karena dianggap biang kegagalan Tiga Singa meraih trofi Piala Eropa perdana.
Di era Southgate, cuma Harry Kane, Harry Maguire, dan Eric Dier, yang telah dipercaya dua kali menjadi algojo adu penalti dan selalu bisa menunaikan tugasnya dengan sempurna. Ketiga pemain itu pun berpeluang besar dibawa Southgate ke Qatar.
Kane adalah penyerang utama Inggris. Sementara Maguire dan Dier adalah pilihan teratas bagi Southgate untuk mengisi jatah pemain di posisi bek tengah.
Baca juga : Pelajaran Berharga dari Wembley
Di luar tiga pemain itu, Southgate perlu pula menimbang pemain lain untuk dibawa guna menjadi eksekutor adu penalti. Salah satu nama yang wajib dipertimbangkan Southgate untuk urusan adu penalti adalah Ivan Toney, penyerang Brentford.

Striker Brentford, Ivan Toney (kiri), memenangkan sundulan bola saat duel dengan bek Liverpool, Joel Matip, pada laga Liga Inggris di Stadion Brentford Community, London, 25 September 2021 lalu.
Rekor sempurna
Toney adalah satu-satunya pemain lokal Inggris yang mencatatkan 100 persen keberhasilan dalam eksekusi penalti di Liga Inggris. Ia mencetak delapan gol dari delapan percobaan tembakan dari titik putih.
Golnya ke gawang Brighton & Hove Albion melalui sepakan penalti pada laga di Stadion Komunitas Gtech, Sabtu (15/10/2022) dini hari WIB, tidak hanya mengukuhkan tiga poin bagi “Si Lebah” berkat kemenangan 2-0. Golnya itu sekaligus menjaga rekor sempurnanya dalam eksekusi penalti di kompetisi kasta tertinggi Inggris.
Catatan fantastis Toney di Liga Inggris hanya kalah dari Dimitar Berbatov dan Yaya Toure. Berbatov, misalnya, mencetak sembilan gol penalti dari sembilan percobaan. Adapun Toure bisa mencetak gol dari 11 kesempatan penalti yang didapatkannya.
Jika bisa tampil di Piala Dunia, capaian Toney itu tidak hanya berkesan bagi sang pemain, tetapi juga bersejarah bagi Brentford.
Sejak membela Brentford di Divisi Championship 2020-2021, Toney telah mencetak 20 gol lewat eksekusi penalti secara beruntun. Tidak ada pemain Inggris yang mencatatkan tren keberhasilan penalti itu, selain Toney.

Gelandang Liverpool, Curtis Jones (kiri), melompat untuk menghindari sapuan yang dilakukan penyerang Brentford, Ivan Toney dalam laga Liga Inggris beberapa waktu lalu.
Ketika disinggung terkait kiatnya bisa menghasilkan rekor bagus dalam penalti, Toney mengakui tidak punya resep khusus. Ia hanya berusaha bersikap santai sebelum menendang bola yang berada di titik putih.
“Saya tidak tahu ke mana bola saya arahkan sampai menendang bola itu. Kiper mencoba berbicara untuk menganggu saya, tetapi saya berusaha memikirkan hal lain, seperti seolah berada di pantai dengan menikmati cocktail,” ujar Toney kepada BBC seusai laga kontra Brighton.
Thomas Frank, Manajer Brentford, menganggap Toney adalah salah satu penendang penalti terbaik yang pernah disaksikannya. “Dengan melihat rekornya, saya melihat ketenangan, teknik, dan strategi,” kata Frank.
Baca juga : Balada Maguire di MU dan Tim "Tiga Singa”
Frank pun berharap Toney bisa dibawa Southgate ke Qatar. Jika bisa tampil di Piala Dunia, capaian Toney itu tidak hanya berkesan bagi sang pemain, tetapi juga bersejarah bagi Brentford.

Ujung tombak Brentford, Ivan Toney (kiri), berebut bola dengan bek Liverpool, Joel Matip, dalam laga lanjutan Liga Inggris di Stadion Brentford Community, London, Minggu (26/9/2021). Laga itu berakhir imbang, 3-3.
“Jelas semua tergantung Gareth (Southgate) untuk memilih, tetapi Ivan (Toney) memiliki sesuatu spesial yang tidak banyak dimiliki pemain lain. Apabila ia bisa mendapatkan cap di timnas, itu adalah hal luar biasa dan menjadi momen pertama kali dalam 80 tahun klub ini,” tutur Frank, yang berkebangsaan Denmark.
Toney telah mendapatkan panggilan perdananya di timnas Inggris pada dua laga terakhir fase grup Liga Nasional Eropa 2022-2023, September lalu. Hanya saja, ia tidak mendapatkan menit bermain oleh Southgate.
Gary Neville, mantan bek timnas Inggris, menilai, kemampuan penalti Toney akan sangat bermanfaat bagi Inggris di babak gugur Piala Dunia 2022. Atas dasar itu, Neville mendukung agar Toney menjadi salah satu pemain yang masuk dalam daftar tim Tiga Singa di Qatar 2022.
“Saya bermain di delapan turnamen bersama timnas dan lima kali merasakan tersingkir karena adu penalti. Tidak membawa Toney akan menjadi risiko besar bagi Inggris yang ingin mengubah nasib buruk (adu penalti),” ujar Neville. (REUTERS)