Bintang NBA, Draymond Green, diberi kesempatan kedua oleh pelatih dan rekan setimnya. Green berutang untuk merekatkan kembali hubungannya di Warriors dan memberikan gelar juara setelah meninju rekan setimnya, Poole.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
SAN FRANCISCO, KAMIS — Juara bertahan NBA, Golden State Warriors, dilanda krisis terbesar akibat ulah forward veteran, Draymond Green, yang memukul rekannya sendiri, Jordan Poole. Insiden itu merusak kepercayaan para pemain terhadap Green. Beruntung, Green masih diselamatkan oleh kuatnya ikatan kekeluargaan di Warriors.
Pelatih Warriors Steve Kerr memastikan Green akan kembali bergabung dengan tim pada latihan Jumat (14/10/2022). Pemain berusia 32 tahun itu dipersiapkan tampil pada laga terakhir Warriors di pramusim NBA, yaitu versus Denver Nuggets di San Francisco, Sabtu.
Green kembali setelah memutuskan berpisah sementara dari timnya, pekan lalu. Keputusan pribadi itu diambil seusai dirinya memukul wajah Poole dalam latihan. Dia ingin menenangkan dirinya sekaligus memberikan ruang untuk rekan-rekannya yang kecewa.
Kerr berkata, sepanjang kariernya, ia sudah lebih dari 20 kali melihat pemukulan antarpemain dalam sesi latihan. Dia bahkan juga pernah menjadi korban tinju Michael Jordan ketika masih bermain di Chicago Bulls pada 1995. Namun, perkelahian pemainnya itu kali ini lebih rumit karena video rekamannya tersebar.
”Ini adalah krisis terbesar yang pernah saya hadapi sepanjang menjadi pelatih di sini (sejak 2014). Dia mematahkan kepercayaan kami dengan insiden itu. Namun, saya dan tim ini memberikan kesempatan kepadanya karena dia pantas mendapatkan itu,” ujar Kerr.
Green cukup beruntung. Dia lolos dari skors dan hanya dijatuhi sanksi denda oleh klub. Hukuman itu ringan jika dibandingkan dengan kasusnya yang sebelumnya, yaitu ketika terlibat adu mulut dengan Kevin Durant pada 2018. Ketika itu, Green diskors satu laga.
Draymond dan saya sudah delapan tahun bersama. Kami punya banyak kisah, mulai dari juara hingga kalah bersama. Kami pernah melewati banyak kisah buruk bersama. Itu membuat saya percaya kepadanya.
Dalam insiden kali ini, ikatan kekeluargaan menyelamatkan tim dari perpecahan lebih besar. Dua hari setelah insiden itu, Green langsung meminta maaf dalam konferensi pers. Dia mengakui kesalahannya. Kondisi mentalnya kurang baik karena masalah pribadi. ”Saya gagal menjadi pemimpin dan seorang pria,” ujarnya.
Menahan diri
Di lain pihak, Poole berhak marah atas sang seniornya itu. Namun, ia menahan diri dan enggan melanjutkan drama itu. Sang guard eksentrik hanya ingin fokus bermain. Setelah dipukul, pada hari yang sama, dia menambah porsi latihan sendiri seusai sesi latihan tim. Poole juga tampil brilian lewat sumbangan 25 poin dalam laga pertama setelah pemukulan, yaitu versus Lakers.
Kedewasaan Poole tidak terlepas dari hubungan spesialnya dengan Green, seniornya yang selalu mendukungnya saat berjuang pada masa awal kariernya, yaitu di NBA G-League. Megabintang Warriors, Stephen Curry, turut mengambil peran besar sebagai pemimpin sekaligus mediator.
Pemain yang tidak suka drama itu memfasilitasi pertemuan Green dengan Poole. Menurut Kerr, terjadi diskusi positif dalam pertemuan itu. Mereka sepakat untuk menatap masa depan bersama.
Kerr menyebut, sikap kolektif untuk menerima kembali Green dilandasi kepercayaan. ”Draymond dan saya sudah delapan tahun bersama. Kami punya banyak kisah, mulai dari juara hingga kalah bersama. Kami pernah melewati banyak kisah buruk bersama. Itu membuat saya percaya kepadanya,” ucap Kerr.
Terlepas dari insiden tersebut, Warriors berharap bisa mengulang kisah positif dari pertikaian Kerr dengan Jordan. Setelah pertikaian itu, hubungan mereka justru semakin harmonis. Timbul kepercayaan yang lebih besar di antara mereka. Hasilnya, Bulls mewujudkan three-peat (tiga kali beruntun) juara untuk kedua kalinya dan menjadi dinasti NBA terhebat sepanjang masa.
Adapun Green dan Poole merupakan bagian terpenting dari tim juara Warriors musim lalu. Green sudah seperti jantung tim, sementara Poole kian mirip penerus Curry. Tanpa salah satu dari mereka, Warriors akan sangat sulit mempertahankan gelar.
”Kami pemain profesional. Tugas kami adalah menang. Dan kami adalah pemenang. Itu dari sisi prestasi. Dari sisi kemanusiaan, dari dalam diri saya, saya punya tanggung jawab untuk memperbaiki situasi ini. Anda meminta maaf dengan kata-kata, tetapi tindakan Anda yang akan menunjukkan kesungguhannya,” ucap Green. (AP)