Vonis Mati Milan di San Siro
Bagi AC Milan, kartu merah Tomori sekaligus hadiah penalti untuk Chelsea terasa seperti vonis mati. Mimpi mereka untuk membalas kekalahan buyar seketika akibat keputusan kontroversial wasit.
MILAN, RABU – Milan menyambut Chelsea di San Siro, pada Rabu (12/10/2022) dini hari WIB dengan rencana bermain yang terlihat sempurna. Permainan tim tamu tidak berkembang karena tekanan persisten mereka sejak menit pertama. Mirisnya, situasi ideal itu hanya bertahan 18 menit awal.
Semuanya berantakan akibat bek Fikayo Tomori diganjar kartu merah dan Chelsea mendapat penalti. Tomori menarik gelandang lawan Mason Mount yang sedang berlari ke arah kiper Ciprian Tatarusanu. Meskipun Mount tidak terjatuh, wasit Daniel Siebert asal Jerman langsung mengusir Tomori.
Lihat juga : Hujan Kartu Kuning Warnai Kekalahan AC Milan di Kandang
Insiden itu jelas pelanggaran di kotak penalti. Namun, terlalu sadis untuk sebuah kartu merah. Tomori masih sempat berlari sejajar dengan sang lawan ketika memegang bahu Mount. Apalagi Mount juga tidak terjatuh. Hal itu membuat para pemain Milan protes sampai nyaris lima menit.
Seusai laga, gelandang Chelsea Jorginho juga menyampaikan tidak setuju dengan keputusan wasit. “Saya pikir itu penalti. Tetapi mungkin bukan kartu merah,” ucapnya setelah mendengar pengamat, antara lain Alessandro Del Piero, berkata kontak itu bahkan bukan pelanggaran.
Meskipun begitu, wasit bergeming. Tomori keluar lapangan dengan rasa kecewa. Jorginho mengeksekusi penalti itu dengan sempurna. Chelsea pun mencuri kemenangan dengan skor akhir 2-0, setelah penyerang Pierre-Emerick Aubameyang menggandakan keungulan jelang turun minum.
Kami memulai laga dengan baik. Rasanya kami bisa mencapai performa yang diharapkan. Tetapi kartu merah dan penalti mengubah segalanya. Sulit menghadapi Chelsea, tim yang sudah sangat kuat, hanya dengan 10 orang.
“Kami memulai laga dengan baik. Rasanya kami bisa mencapai performa yang diharapkan. Tetapi kartu merah dan penalti mengubah segalanya. Sulit menghadapi Chelsea, tim yang sudah sangat kuat, hanya dengan 10 orang. Saya tidak perlu melihat tayangan ulang (penalti). Sangat mudah untuk menilai insiden itu,” kata pelatih AC Milan Stefano Pioli yang tidak puas dengan kinerja wasit.
Baca juga : Teror Fleksibilitas Potter
Sekitar 75.000 penonton di San Siro menjadi saksi rencana Stefano Pioli yang berujung antiklimaks. Milan begitu menjanjikan sebelum bermain dengan 10 orang. Pioli memakai formasi 4-2-3-1 untuk menekan man to man ke pertahanan Chelsea. Enam pemain sekaligus ditugaskan mengejar lawan.
Pioli berharap tim tamu tidak bisa mengembangkan permainan di sisi sayap. Adapun titik itu menjadi masalah besar Milan ketika takluk 0-3 pada pertemuan pertama, pekan lalu. Dengan tekanan persisten, rencana itu tampak berhasil.
Chelsea yang kembali memakai sistem 3-4-2-1 sering terpaksa memberikan bola langsung ke para penyerang. Dalam 18 menit itu, kedua sayap mereka stagnan. “Si Biru” tidak berhasil menembak sekali pun. Penguasaan bola juga sangat berimbang. Tim tamu hanya unggul dengan 50,8 persen.
Baca juga: Wajah Profesional Aubameyang
Hingga akhirnya, kepintaran bek sayap Chelsea Reece James mengubah segalanya. James memanfaatkan celah sangat kecil untuk memberikan umpan terobosan ke Mount. Umpan itulah awal mula dari petaka Milan di depan publik sendiri.
“Dua laga (dengan Milan) sangat berbeda. Milan lebih baik hari ini. Mereka mampu membuat masalah untuk kami. Tetapi, kami bisa menghindari itu. Tentu yang membuat perbedaan itu juga karena keunggulan pemain setelah 20 menit,” ujar Jorginho, gelandang asal Italia yang bermain di Inggris.
Perjudian Pioli
Pioli berjudi setelah kartu merah. Dia tidak memasukkan bek pengganti Tomori. Perjudian itu harus dibayar mahal karena lubang di pertahanan berujung pada gol kedua Chelsea. Auba sukses memanfaatkan kombinasi umpan dari Mateo Kovacic dan Mount.
Sang pelatih memasukkan bek sayap Sergino Dest untuk menggantikan gelandang serang Brahim Diaz beberapa menit seusai gol kedua Chelsea. Milan bermain dengan empat bek lagi. Pierre Kalulu yang semula di kanan, masuk ke tengah.
Baca juga: Senyum Kembali Merekah di Chelsea
Pertandingan telah berubah total. Milan tidak bisa lagi menekan tinggi dengan 10 pemain. Mereka lebih banyak menunggu di separuh lapangan sendiri dengan pertahanan zona. Chelsea pun sangat nyaman memainkan kombinasi umpan pendek.
Dominasi itu terlihat sangat nyata. Setelah kartu merah, tim asuhan manajer Graham Potter itu menguasai bola hingga 74,6 persen. Mereka juga menembak sebanyak 15 kali, termasuk 4 kali di antaranya mengarah ke gawang. Chelsea semakin dominan setelah menit ke-70 karena pemain Milan kehabisan tenaga.
Milan hanya bisa mengandalkan kemampuan individu dari penyerang Rafael Leao. Dengan kemampuan dribel dan lari cepat, dia cukup merepotkan pertahanan lawan. Leao memberi sedikit percikan untuk Milan. Hanya saja, upaya solo itu nyaris selalu terbentur kepungan pemain Chelsea.
Kata Potter, laga itu tidak mudah walaupun mereka unggul jumlah pemain. “Anda harus bisa mengontrol permainan dan tidak terlalu pasif. Sebab, dengan atmosfer di sini, satu aksi saja bisa berubah menjadi gol. Lalu, stadion akan erupsi dan mereka seperti memiliki pemain tambahan lagi. Kami berhasil melakukan itu,” jelasnya.
Baca juga: Sinyal Awal Konsistensi Chelsea
Kepemimpinan wasit Siebert menjadi sorotan dalam laga tadi. Selain kartu merah, dia juga menghujani laga dengan 9 kartu kuning. Jumlah kartu kuning itu merupakan yang terbanyak dalam satu pertandingan di Liga Champions musim ini.
“Kami seperti bermain bola basket, di mana setiap sentuhan ada pelanggaran. Kami bahkan mendapat banyak kartu kuning yang konyol di babak pertama. Sangat mengecewakan untuk para pendukung yang sudah datang malam ini,” kata gelandang Milan Sandro Tonali.
Harga kekalahan di kandang itu sangat mahal untuk “Si Merah Hitam”. Milan masih tertahan di peringkat ke-3 Grup E dengan 4 poin dari 4 laga. Mereka dijepit dari atas dan bawah. Salzburg menempati peringkat ke-2 dengan 6 poin, sementara Dinamo Zagreb meneror dari posisi juru kunci dengan 4 poin juga. Dua laga terakhir grup akan menjadi pertaruhan hidup mati mereka.
Baca juga: AC Milan Meredakan Badai
Di sisi lain, raihan tiga poin juga bisa menjadi begitu mahal untuk Chelsea. James yang mengalami kesakitan di area lutut, harus diganti pada babak kedua. Menurut Potter, cedera anak asuhnya itu baru bisa dipastikan setelah pemeriksaan 24-48 jam. Mereka berharap cedera James tidak parah. (AP/REUTERS)