PARIS, RABU – Kylian Mbappe ibarat api dalam sekam bagi Paris Saint-Germain. Ketajaman penyerang berusia 23 tahun itu adalah pemberi asa bagi ambisi ”Les Parisiens” mengejar mimpi menjadi kampiun di Eropa pada musim ini. Namun, sifat besar kepala Mbappe menganggu harmoni di dalam skuad PSG yang menjadi bom waktu bagi hadirnya petaka.
Setelah menandatangani kontrak baru berdurasi tiga tahun dengan gaji 91 juta euro atau sekitar Rp 1,35 trilun per tahun, Mei lalu, PSG mengangkat martabat Mbappe sebagai pesepak bola dengan gaji termahal di dunia. Ia mengalahkan pendapatan dari klub yang diterima dua pemain terbaik di generasi saat ini, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Jumlah gaji fantastis itu dianggap tidak berlebihan karena peran besar Mbappe yang menjadi sumber gol utama PSG sejak datang pada musim panas 2017. Sejak musim 2018-2019, Mbappe selalu mencetak lebih dari 30 gol per musim.
Di musim ini, ia pun telah menghasilkan 12 gol yang terdiri dari delapan gol di Liga Perancis dan empat gol pada ajang Liga Champions. Satu golnya melalui titik putih ke gawang Benfica, Rabu (12/10/2022) dini hari WIB, di Stadion Parc des Princes kian mengukuhkan ketergantungan ”Les Parisiesn” kepada putra asli Paris itu.
Jangan dilupakan pula, Mbappe memiliki status juara Piala Dunia yang diraihnya bersama tim nasional Perancis di Piala Dunia 2018. Berbagai prestasinya itu membuat Mbappe dipertahankan mati-matian oleh Presiden PSG Nasser al-Khelaifi, bahkan Presiden Perancis Emmanuel Macron ikut membujuk pemain bernomor punggung tujuh itu untuk bertahan di PSG, musim panas lalu.
Namun, uang besar yang diberikan PSG tidak menjamin kebahagiaan bagi Mbappe. Kehadiran Christophe Galtier sebagai juru taktik anyar Les Parisiens di musim ini ternyata belum bisa menaklukan ego besar bintang-bintang PSG, terutama Mbappe.
Menurut laporan RMC Sport, media Perancis, dan Marca, media Spanyol, Mbappe menghidupkan lagi hasrat untuk meninggalkan Paris, Januari mendatang. Hal itu menghangatkan kembali isu Mbappe hijrah ke klub favoritnya, Real Madrid, hingga memunculkan rumor ia berlabuh ke salah satu tim Liga Inggris.
Namun, isu itu dibantah oleh Luis Campos, penasihat sepak bola PSG. ”Mbappe tidak pernah berkata kepada saya tentang keinginannya untuk pergi pada Januari. Kami berbicara dengan dirinya, Messi, dan Neymar. Mereka sangat senang di sini (Paris),” ucap Campos, yang akrab dengan Mbappe karena pernah menjabat sebagai Direktur Olahraga AS Monaco pada 2013-2016, kepada Canal +, Rabu kemarin.
Selain itu, Campos, yang baru bergabung dengan PSG, Juni lalu, juga membantah rumor tentang dirinya berselisih paham dengan Al-Khelaifi yang membuatnya ingin keluar dari PSG dalam waktu dekat. ”Misi saya adalah membawa trofi-trofi penting di PSG,” katanya.
Galtier juga menegaskan peran penting Mbappe bagi permainan timnya. Ia pun tidak ambil pusing dengan berita terkait dengan keinginan Mbappe keluar dari PSG.
”Saya tidak melihat hal berbeda dari semua pemain dan staf setelah rumor itu muncul beberapa jam sebelum laga melawan Benfica. Kylian (Mbappe) memainkan laga yang sangat intens dan berkelas, jadi ia menjawab rumor itu lewat performanya bagi kami di pertandingan,” kata Galtiter dilansir L’Equipe.
Perubahan taktik
Bermain dikelilingi pemain kreatif, seperti Messi dan Neymar Jr, tidak serta-merta membuat Mbappe nyaman dan senang. Perubahan taktik yang dibawa Galtier untuk menuntut Mbappe ikut membuka ruang bagi dua tandemnya di lini depan itu dan membantu pertahanan, alih-alih hanya menunggu operan duo Amerika Selatan itu, membuat Mbappe tidak nyaman.
Mbappe memang menyandang predikat sebagai top scorer sementara PSG, tetapi ia belum menghasilkan satu asis pun bagi rekan setimnya. Di sisi lain, Messi telah memberikan lima asis untuk Mbappe, lalu Neymar sudah menghasilkan lima operan yang berbuah gol bagi mantan pemain AS Monaco itu.
Pada laga melawan Benfica, contohnya, ketidakhadiran Messi yang cedera membuat Mbappe dan Neymar saling berusaha membuktikan diri dengan unjuk kemampuan individu. Neymar dan Mbappe adalah pemain yang paling banyak berusaha melakukan dribel untuk melewati pemain Benfica.
Sayangnya, akurasi keberhasilan dribel mereka sangat buruk. Neymar hanya mencatatkan 36 persen dribel sukses atau ia cuma empat kali berhasil melewati pemain lawan dari 11 kali percobaan. Adapun tingkat dribel sukses Mbappe lebih buruk lagi atau hanya 22 persen. Dari sembilan kali usaha, Mbappe hanya dua kali bisa mengelabui pemain Benfica.
Performa buruk dua pemain itu membuat PSG hanya meraih satu poin menyusul hasil imbang 1-1 melawan Benfica. Andai menang, Les Parisiens dipastikan telah menginjakkan kaki di babak 16 besar Liga Champions dan menjaga harapan mengejar trofi ”Si Kuping Besar” musim ini.
Meski begitu, PSG hanya butuh meraih satu kemenangan dari dua laga tersisa. Gim mereka selanjutnya adalah menghadapi Maccabi Haifa di Paris, 26 Oktober mendatang.
Thierry Henry, legenda timnas Perancis, menilai, Mbappe tidak pantas menunjukkan sifat besar kepala kepada pelatih dan rekan-rekannya di PSG. Henry mencontohkan, ketika bergabung dengan Barcelona, ia pun harus menyesuaikan diri dengan peran sekunder yang diembannya. Padahal, ia adalah sosok penting sekaligus poros utama permainan kala berseragam Arsenal.
”Wajar jika ia tidak suka dengan perannya, tetapi ada sesuatu yang lebih besar dari segalanya, yaitu kebutuhan klub. Saya juga dulu tidak suka peran saya di Barcelona. Pada akhirnya, hanya ada satu aturan: jika pelatih meminta Anda sesuatu, itu yang terbaik untuk tim,” kata Henry, yang meraih gelar Liga Champions 2008-2009 bersama Barca, kepada CBS. (AFP/SAN)