Pertandingan Grup B kualifikasi Piala Asia U-17 2023 diselenggarakan tanpa penonton. Hal itu berdampak pada para pedagang yang berjualan di sekitar Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Sejumlah pedagang kaus sepak bola tim nasional atau timnas Indonesia di sekitar Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (9/10/2022) mengalami penurunan omzet penjualan. Salah satu penyebabnya adalah tidak hadirnya penonton pada ajang kualifikasi Piala Asia U-17 2023 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI), (3/10/2022) melalui laman resminya telah mengumumkan, pertandingan grup B Kualifikasi Piala Asia U-17 2023 dari 3 hingga 9 Oktober diadakan tanpa penonton. Keputusan tersebut diambil untuk menghormati keluarga korban atas insiden di Stadion Kanjuruhan, Minggu (1/10/2022) lalu.
Setidaknya dua dari empat pedagang kaos sepak bola yang dipantau Kompas sejak pukul 14.30 hingga 15.30 WIB di sekitar Stadion Pakansari dihampiri oleh pembeli. Rata-rata omzet mereka dalam satu hari seusai diberlakukannya pertandingan tanpa penonton mencapai Rp 1 juta atau setara 10 kaus yang terjual. Sebelumnya, ketika pertandingan dihadiri penonton, mereka bisa meraih omzet sekitar Rp 9 juta hingga Rp 15 juta atau setara 90 hingga 150 kaos terjual.
Hakim (40) dan Oman (39) adalah dua pedagang yang saat itu kaosnya laku terjual. "Biasanya, kalau timnas main, omzet sehari bisa sampai Rp 15 juta. Jauh berbeda sama sekarang waktu enggak ada penontonnya. Omzet seminggu di sini setara omzet sehari waktu timnas main ada penontonnya," kata Oman.
Sama seperti Oman, Hakim turut merasakan penurunan omzet. Ketika timnas Indonesia menjamu Curacao, Hakim mampu meraup Rp 9 juta dalam satu hari. Jumlah tersebut kini setara total omzet Hakim selama satu minggu berjualan di sekitar Stadion Pakansari.
"Selama timnas (Indonesia) main (tanpa penonton), sehari ada lah omzet Rp 1 juta. Belum lagi kalau hujan. Untungnya, hari ini dari pagi enggak hujan dan ada car free day. Jadi, lumayan laku. Hari ini bisa sampai Rp 4 juta omzetnya," kata Oman.
Keempat pedagang kaos sepak bola itu rata-rata mematok harga kaosnya mulai Rp 50 ribu hingga Rp 85 ribu untuk ukuran anak-anak dan Rp 100 ribu hingga Rp 180 ribu untuk ukuran dewasa. Dari harga tersebut, mereka rata-rata mengambil keuntungan Rp 10 ribu sampai Rp 25 rupiah.
Secara keseluruhan, keuntungan bersih pedagang kaos sepak bola jika stadion dihadiri penonton bisa mencapai Rp 900 ribu hingga Rp 3,75 juta dalam sehari. Jumlah keuntungan itu turun drastis ketika pertandingan tidak dihadiri penonton. Rata-rata keuntungan mereka dalam sehari berkisar Rp 140 ribu hingga Rp 428 ribu.
Kalau untuk kami para pedagang, terasa sekali kalau pertandingan enggak ada penonton. Untungnya, di sini, masih bisa berjualan dan lumayan banyak masyarakat yang datang ke sini di akhir pekan. Inginnnya sih, ke depan ada penonton lagi ya.
Seperti yang disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir di laman resmi BUMN, Liga 1 sebagai salah satu ajang sepak bola di Indonesia melalui para penggemarnya turut menggerakkan roda perekonomian. "Selain menjadi sarana promosi yang efektif untuk menjangkau masyarakat, Liga 1 juga berkembang menjadi sebuah ekosistem yang tak hanya menggerakkan dunia sepak bola, melainkan pula UKM," kata Erick dalam keterangan tertulisnya, beberapa waktu lalu.
Tetap Berjualan
Para pedagang kaos sepak bola yang berjualan di sekitar Stadion Pakansari itu sudah tiba di sana sejak pertandingan timnas Indonesia melawan Guam, Senin (3/10/2022). Namun, mereka baru mendapatkan informasi bahwa diselenggarakannya kualifikasi Grup B Piala Asia U-17 2023 tanpa penonton ketika mereka sudah menggelar lapak dagangannya.
"Padahal, saya sudah bawa 1000 jersey. Tapi, mau gimana lagi, daripada pulang enggak bawa apa-apa," kata Hari (35), pedagang asal Bandung.
Hari (35), Dadan (34), Hakim, dan Oman, merupakan pedagang yang hanya berjualan ketika ada pertandingan sepak bola, baik itu timnas Indonesia maupun klub-klub Liga 1. Terkait informasi agenda pertandingan sepak bola yang akan berlangsung, mereka mendapatkannya dari jejaring kelompok yang berisikan para pedagang kaos sepak bola.
"Kalau kaya saya enggak setiap hari jualan, cuma kalau ada pertandingan saja. Pelapak stadion sebutannya," ujar Hakim.
Selama seminggu berjualan di sana, para pedagang merasakan penurunan pendapatan yang cukup signifikan dibanding ketika ada penonton. Meski demikian, menurut mereka, masyarakat masih cukup antusias memberi dukungan untuk timnas Indonesia dengan membeli kaos mereka.
"Rata-rata yang laku jersey (ukuran) anak-anak. Kalau di Bogor orang-orangnya masih lumayan lah, ada yang mau beli.
Raqki Akbar (11) bersama ibunya, Mis Mulyana (46), tengah berjalan sembari menenteng kaos yang dibungkus dengan keresek hitam. Terhitung Mis telah dua kali membeli kaus untuk Raqki dan adiknya.
Meski tidak bisa memberikan dukungan secara langsung kepada timnas Indonesia, Raqki merasa bangga bisa mengenakan jersei timnas Indonesia. "Ingin dukung timnas (Indonesia) aja karena mainnya bagus. Ingin juga besok bisa ikut main kaya mereka," kata bocah yang saat ini duduk di bangku kelas 6 SD itu.
Tidak hanya Raqki, Bentar (9) bersama dengan ibunya, Aprilia (38) baru saja membeli kaos di lapak milik Oman. "Ini anaknya lagi seneng main bola. Di sekolahannya, dia (Bentar) juga ikut main bola, futsal gitu," kata Aprilia.
Terkait nasib sepak bola di tanah air seusai kejadian di Kanjuruhan, Kompas (8/10/2022) menyebutkan, FIFA tidak mengenakan sanksi terhadap sepak bola Indonesia. Selanjutnya, FIFA bersama dengan Pemerintah RI akan membentuk tim transformasi sepak bola Indonesia.
Menanggapi hal itu, para pedagang hanya bisa berharap yang terbaik. Menurut mereka, tanpa adanya suporter, pedagang tidak hidup.
"Kalau untuk kami para pedagang, terasa sekali kalau pertandingan enggak ada penonton. Untungnya, di sini, masih bisa berjualan dan lumayan banyak masyarakat yang datang ke sini di akhir pekan. Inginnnya sih, ke depan ada penonton lagi ya," ucap Oman.