Makin Diwaspadai, Apriyani/Fadia Harus Lebih Hati-hati
Pasangan-pasangan top dunia akan semakin mewaspadai Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Menghadapi tantangan itu dalam turnamen di Eropa, variasi pola main pun ditambah.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menghadapi dua turnamen bulu tangkis di Eropa, pasangan Indonesia Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti harus lebih berhati-hati. Hasil yang diperoleh dari enam turnamen sejak berpasangan pada tahun ini membuat mereka akan semakin diwaspadai ganda putri top dunia.
Apriyani/Fadia menjadi salah satu wakil Indonesia yang diturunkan pada turnamen BWF World Tour Super 750 di Denmark Terbuka (18-23 Oktober) dan Perancis Terbuka (25-30 Oktober). Pada dua turnamen tersebut, mereka ditempatkan sebagai unggulan ketujuh.
Sejak pertama kali tampil dalam turnamen BWF World Tour, yaitu pada Indonesia Masters Super 500 di Jakarta, Juni, mereka membuat berbagai kejutan. Apriyani/Fadia langsung menembus final sebelum dikalahkan Chen Qingchen/Jia Yifan (China). Dari lima turnamen setelah itu, Apriyani/Fadia meraih dua gelar juara, yaitu dari Malaysia Terbuka Super 750 dan Singapura Terbuka Super 500.
Mereka pun mengalahkan ganda putri top dunia, seperti Chen/Jia, Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan), serta pemain Jepang, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara dan Nami Matsuyama/Chiharu Shida. Hasiltersebut menempatkan Apriyani/Fadia pada peringkat ke-26 dunia dan menjadi ganda putri nomor satu Indonesia.
”Dilihat dari peringkat dunia, posisi mereka masih di bawah, tetapidari faktor permainan, Apriyani/Fadia sudah bisa mengimbangi pemain-pemain top dunia. Ini membuat mereka harus lebih hati-hati karena lawan semakin waspada,” kata pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Eng Hian di Jakarta, Senin (10/10/2022).
Eng Hian mencontohkan permainan yang diperagakan Chen/Jia ketika mengalahkan Apriyani/Fadia dalam perempat final Jepang Terbuka, 30 Agustus-4 September. Mereka lebih siap dalam menghadapi kecepatan Apriyani/Fadia dibandingkan dengan saat bertemu di perempat final Malaysia Terbuka, dua bulan sebelumnya.
Setelah kalah pada babak pertama Indonesia Terbuka, Matsumoto/Nagaharajugamenyebut bahwa mereka harus lebih siap jika bertemu kembali dengan Apriyani/Fadia. ”Berbeda dengan (Greysia) Polii/Apriyani yang bermain dengan pola lambat, pasangan baru ini bermain dengan cepat. Kami akan mempelajari permainan mereka agar bisa menang pada kesempatan lain,” kata Matsumoto.
Dengan kewaspadaan lawan yang makin tinggi, kemampuan teknik Apriyani/Fadia dipertajam. Waktu sekitar lima pekan tanpa turnamen setelah Jepang Terbuka dimanfaatkan untuk memperkaya variasi permainan. Hal ini dilakukan agar mereka bisa menetapkan pola yang tepat sesuai kondisi pertandingan.
”Mereka yang pernah bertemu Apriyani/Fadia pasti akan melakukan penyesuaian saat bertemu lagi. Jadi, Apriyani/Fadia pun harus siap dengan berbagai pola main. Untuk faktor psikologis, saya tidak khawatir kepada mereka,” kata Eng Hian.
Di Denmark Terbuka, peraih medali emas ganda putri SEA Games Vietnam 2021 itu berpeluang bertemu dua pasangan Jepang yang pernah mereka kalahkan, yaitu Matsuyama/Shida, pada perempat final, lalu Matsumoto/Nagahara pada semifinal. Pasangan lain yang bisa menjadi lawan pada semifinal adalah pemain Korea Selatan, Kim So-yeong/Kong Hee-yong. Adapun di Perancis Terbuka, unggulan lain yang berada paruh atas undian bersama Apriyani/Fadia adalah Matsuyama/Shida, Chen/Jia, dan Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand).
Selain Apriyani/Fadia, ganda putri Indonesia diperkuat juga oleh Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi. Setelah di Denmark dan Perancis, mereka akan tampil pada turnamen Hylo Terbuka Super 300 di Jerman, 1-6 November. Apriyani/Fadia tak diturunkan di Jerman untuk menghindari cedera karena jadwal padat.
Mereka yang pernah bertemu Apriyani/Fadia pasti akan melakukan penyesuaian saat bertemu lagi. Jadi, Apriyani/Fadia pun harus siap dengan berbagai pola main.
Denmark Terbuka menjadi turnamen BWF World Tour pertama setelah Jepang Terbuka. Persaingan pemain-pemain top dunia sejak babak-babak awal pun tak terelakkan.
Tunggal putra Indonesia peringkat keenam dunia, Anthony Sinisuka Ginting, misalnya akan bertemu pemain peringkat kesembilan dunia, Lakshya Sen (India), pada babak pertama. Unggulan ketiga, Anders Antonsen (Denmark), akan melawan Shi Yuqi (China), sedangkan bintang Denmark lainnya, Viktor Axelsen, berhadapan dengan pemain muda Thailand, Kunlavut Vitidsarn.
Pada ganda putra, salah satu pasangan muda, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, akan menantang unggulan keenam andalan tuan rumah, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen. Adapun juara All England, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, bisa berhadapan dengan unggulan ketujuh, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India), pada babak kedua.
Target juara
Saat rekan seangkatannya akan mengikuti turnamen BWF World Tour di Eropa, pemain ganda putra, Pramudya Kusumawardana, akan tampil dalam dua turnamen level rendah di Malang, Jawa Timur. Berpasangan dengan pemain pelatnas pratama, Rahmat Hidayat, Pramudya akan tampil dalam turnamen Indonesia International Challenge (11-16 Oktober) dan Indonesia Masters Super 100 (18-23 Oktober).
Pasangan ini diturunkan dengan tujuan untuk memberikan atmosfer kompetisi bagi Pramudya sambil menanti partnernya, Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, pulih dari cedera lutut. Yeremia cedera ketika tampil dalam perempat final Indonesia Terbuka, Juni. Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, mengatakan, Yeremia telah menjalani latihan di lapangan meski cederanya belum pulih.
Walau bertanding dengan tujuan untuk menjaga atmosfer kompetisi dalam dirinya, Pramudya memiliki target yang lebih tinggi, yaitu juara. ”Meski dengan partner berbeda, saya rasa, target tetap harus tinggi supaya tahu bahwa tujuan bertanding itu untuk menang,” kata Pramudya.
Ditempatkan sebagai unggulan kelima, mereka mendapat bye pada babak pertama. Di babak kedua, Pramudya/Rahmat akan berhadapan dengan pasangan India, Kona Tarun/Shivam Sharma.