Max Verstappen membalik awal musim yang muram menjadi spektakuler dengan meraih gelar kedua juara Formula 1 di Suzuka, Jepang. Kini, Super Max menanti tantangan baru yang lebih ketat pada musim 2023.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
SUZUKA, MINGGU - Helmut Marko sempat dinilai terlalu berani saat merekrut Max Verstappen yang masih berusia 17 tahun untuk lompat dari Formula 3 ke Formula 1. Namun, penasehat sekaligus bos program pebalap Red Bull Racing itu, sangat yakin dengan apa yang dia lihat pada diri Verstappen muda, calon juara dunia. Verstappen pun tumbuh menjadi pebalap tangguh, mempersembahkan dua gelar juara bersama Red Bull, sekaligus menaikkan level tim hingga dominan pada musim 2022 ini.
Dominasi Verstappen terlihat dari capaian 12 kemenangan dalam 18 balapan. Terakhir di Suzuka, Jepang, Minggu (9/10/2022), di mana "Super Max" mengunci gelar juara.
Gelar kedua, setelah 2021, itu diraih Verstappen menyusul penalti lima detik bagi pebalap Ferrari, Charles Leclerc, sehingga turun dari posisi finis kedua menjadi posisi ketiga. Steward menilai Leclerc mengambil keuntungan dari posisi mobilnya yang keluar trek saat bersaing dengan Sergio Perez di tikungan terakhir, untuk finis di posisi kedua.
"Perasaan saya campur aduk. Tahun yang sangat bagus sejauh ini, luar biasa. Ini sesuatu yang tidak bisa saya bayangkan akan terjadi, setelah tahun lalu, bertarung hingga akhir dan kembali memiliki mobil yang sangat bagus tahun ini," ungkap Verstappen yang mengemas 366 poin, dan tidak bisa terkejar lagi dengan sisa empat seri.
Verstappen berterimakasih kepada semua orang yang telah berkontribusi pada kesuksesan itu. Seluruh tim dan pekerja pabrik yang bekerja keras untuk membuat mobil lebih cepat.
Pengembangan mobil RB18 membuat Verstappen mampu mengungguli Leclerc yang melejit pada awal musim ini. Pebalap asal Monako itu mengawali musim 2022 dengan memenangi dua dari tiga balapan pembuka, berkat mobil Ferrari F1-75 yang sangat cepat dan tidak tertandingi oleh Red Bull RB18 yang rentan rusak.
Namun, memasuki seri keempat di Imola, Red Bull melesat dan meninggalkan Ferrari. Masalah Ferrari semakin rumit dengan beberapa kali kesalahan strategi yang menyebabkan Leclerc kehilangan banyak poin.
Leclerc yang awalnya unggul 43 poin setelah seri ketiga di Australia, terus dikejar oleh Verstappen, hingga pebalap Red Bull itu mengambil alih puncak klasemen dalam seri keenam di Barcelona. Dominasi Verstappen pun tak terbendung seiring dengan kesuksesan Red Bull membenahi keandalan mobil, serta menurunkan bobot hingga hanya 15 kilogram di atas berat minimal mobil 2022.
Max benar-benar dominan (musim ini). Kami bangkit dari sejumlah kesulitan dalam beberapa balapan awal. Dia dan tim telah menaikkan itu ke level yang lain.
"Max benar-benar dominan (musim ini). Kami bangkit dari sejumlah kesulitan dalam beberapa balapan awal. Dia dan tim telah menaikkan itu ke level yang lain," kata kepala tim Red Bull Racing Christian Horner.
Musim ini, Red Bull menemukan keseimbangan antara formasi pebalap yang brilian dengan tim mekanik, desainer mobil, serta para insinyur di Red Bull Powertrain. Langkah besar Red Bull merekrut Adrian Newey dari Mercedes membuahkan mobil RB18 yang meminimalkan efek porpoising akibat konsep ground effect pada mobil 2022.
Dukungan Honda dalam masa transisi ke Red Bull Powertrain juga mulus sehingga menghadirkan mesin yang andal dan cepat. RB18 pun menjadi mobil paling stabil hingga mengalahkan F1-75 yang lebih cepat. Sedangkan, Mercedes W13 melempem musim ini karena menderita porpoising, sehingga Lewis Hamilton berada di luar persaingan juara.
Persaingan 2023
Padahal, Hamilton bertekad bersaing dengan Verstappen musim ini, setelah kontroversi pada seri penutup musim 2021 di Abu Dhabi. Mercedes melepas persaingan musim ini dan fokus mengembangkan mobil untuk musim 2023. Saat Mercedes kembali memiliki mobil yang kompetitif, persaingan akan jauh lebih ketat, bukan hanya antara Verstappen dan Hamilton, tetapi juga dengan George Russell yang potensial.
"Saya tidak ragu kami akan memiliki mobil yang lebih baik tahun depan," ujar Hamilton.
Musim depan juga akan menjadi pembuktian Ferrari untuk menghadirkan mobil yang lebih cepat dan andal untuk meraih gelar juara pebalap yang terakhir diraih pada 2007. Ferrari sudah kehilangan kendali persaingan juara musim ini setelah Leclerc gagal finis untuk ketiga kali di Perancis. Sedangkan, Verstappen meraih kemenangan di sana, yang mengawali lima kemenangan beruntun.
"Menurut saya gelar juara Max tahun ini hanya masalah waktu, sungguh, kami memperkirakan dia meraih gelar juara. Sekarang kami perlu memanfaatkan balapan tersisa untuk menjadi tim yang lebih baik dan semoga bisa lebih meningkatkan persaingan tahun depan," ungkap Leclerc.
Kebangkitan Mercedes dan Ferrari musim depan akan menghadirkan tantangan baru yang lebih ketat bagi Verstappen. Musim ini dia terlalu dominan dan tidak tersentuh, berkat kematangan dalam mengemudi serta mobil yang stabil dan cepat.
Saat Hamilton kembali ke persaingan juara, tensi di lintasan berpotensi memanas seperti musim 2021. Tahun depan, persaingan antara Verstappen, Hamilton, dan Leclerc, diharapkan bisa terwujud dan membuat F1 semakin menarik.