Malaysia berhasil menang 3-2 atas Uni Emirat Arab. Kemenangan tersebut menjadi tantangan sekaligus peringatan bagi Indonesia.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Kemenangan dramatis Malaysia atas Uni Emirat Arab, 3-2, pada laga Grup B Kualifikasi Piala Asia U-17 2023 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (7/10/2022), menjadi alarm bagi Indonesia. Hasil ini sekaligus menjadi penanda bahwa pertemuan antara Indonesia dan Malaysia pada laga terakhir, Minggu (9/10/2022), akan menjadi pertandingan yang sengit.
Hasil ini membawa tim asuhan Osmera bin Omaro sempat memuncaki klasemen dengan 7 poin dari dua kali menang dan satu kali seri. Namun, posisi Malaysia kembali digeser Indonesia yang pada laga berikutnya mengalahkan Palestina, 2-0.
Perolehan tiga poin Indonesia membuat tim Indonesia selalu menang dari tiga laga, setelah mengalahkan Guam, 14-0, dan menang tipis atas UEA, 3-2, pada dua pertandingan sebelumnya. Dengan demikian, Indonesia cukup bermain imbang dengan Malaysia untuk menjadi pemuncak Grup B dan lolos langsung ke Piala Asia U-17 tahun depan.
Sebaliknya, Palestina kembali gagal meraih poin setelah dikalahkan Malaysia, 0-4, dan UEA, 2-3, pada laga sebelumnya.
Belajar dari kekalahan UEA, anak asuh Bima Sakti perlu siaga saat bertemu Malaysia. Pelatih Malaysia Omero membuka strateginya, Malaysia menerapkan pola permainan yang berbeda ketimbang saat bertemu Guam. Begitu menghadapi UEA, anak-anak asuh Omaro tampil agresif dan selalu menekan lawan.
”Permainan yang diterapkan saat melawan Guam hanya untuk memancing UEA agar tidak bermain seperti biasanya. Ternyata, apa yang kita rancang itu berhasil,” kata Omaro.
UEA yang di babak pertama menguasai permainan, tertinggal 0-1 jelang turun minum. Muhammad Arami Wafiy yang lepas dari penjagaan berhasil memecah kebuntuan bagi Malaysia melalui tendangan dari dalam kotak penalti.
Di babak kedua, Muhammad Anjasmirza berhasil menggandakan keunggulan Malaysia, 2-0, setelah memanfaatkan kesalahan kiper UEA, Rashid Saif Alshamsi. Tertinggal dua gol tak membuat UEA kendur. Saeed Amer Mohammad dan Abdulaziz Mohamed Almarzooqi berhasil membawa UEA menyamai kedudukan menjadi 2-2 setelah merobek gawang Malaysia.
”Meski tertinggal 0-2, saya bangga dengan para pemain saya. Mereka tetap berjuang dan berusaha untuk bangkit. Satu hal yang penting, tidak semua tim dapat bangkit dalam tiga laga kebobolan terlebih dahulu oleh lawan,” kata Pelatih UEA Alberto Gonzalez.
Namun, hasil akhir laga sepak bola tak bisa diduga. Di menit-menit akhir, Malaysia kembali membuat para pemain UEA tertunduk lesu. Muhamad Faris Danish yang lepas dari penjagaan saat sepak pojok mengubah papan skor menjadi 3-2 untuk Malaysia.
Tidak boleh lengah
Melihat permainan Malaysia yang agresif dan terus menekan lini belakang UEA, Indonesia perlu mawas diri. Pembelajaran dari UEA adalah penguasaan bola bukan segalanya. Meski UEA mampu menguasai permainan, mereka lengah di menit-menit akhir. Selain itu, kesalahan kecil di lini belakang bisa berakibat fatal, seperti yang dialami oleh UEA ketika Malaysia mencetak gol kedua.
Umpan-umpan terobosan dari Malaysia juga patut diperhatikan para pemain Indonesia. Di lini serang Malaysia, Muhammad Anjasmirza dan Muhammad Afiq Danish memiliki kecepatan dan stamina yang harus diperhitungkan.
Kombinasi antara umpan terobosan, kecepatan striker, dan agresivitas permainan membuat Malaysia bermain secara efektif. Terbukti lebih dari 10 tembakan Malaysia hampir semuanya mengarah ke gawang.
Di samping itu, Malaysia cukup cerdik mencari celah pelanggaran. Terlihat beberapa kali pemain Malaysia terjatuh setelah berbenturan dengan pemain UEA. Namun, wasit tidak melihatnya sebagai pelanggaran.
Ingat, bola itu bundar.
Hal itu kemudian menimbulkan protes di bangku cadangan Malaysia. Terlihat pelatih dan jajaran manajer meneriaki wasit beberapa kali. Tidak hanya itu, salah seorang warga Malaysia pun turut berteriak dari bangku tribune penonton khusus.”Mana ada offside, woi, mana ada offside,” teriaknya ketika wasit menganulir gol Malaysia.
Penampilan Malaysia ini menjadi ancaman bagi Indonesia untuk merebut juara Grup B. Duel sengit dua tim Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia, akan menjadi penentunya.
Mengutip kata Pelatih Malaysia dalam konferensi pers sembari menunjuk bola yang terletak di atas meja, ”Ingat, bola itu bundar.” Artinya, segala kemungkinan bisa saja terjadi di atas lapangan hijau.