PSSI mengikuti usulan moratorium kompetisi selama tiga pekan. Penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2 dihentikan untuk sementara.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, Christina Mutiarani Jeinifer Sinadia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Persatuan Sepak Bola Indonesia menghormati usulan moratorium kompetisi, yang berada di bawah naungan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru selama tiga pekan dari Tim Gabungan Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan. Keputusan pemerintah itu ditanggapi positif oleh para peserta kompetisi.
"Kami wajib mengikuti dan mendukung sikap pemerintah itu (terkait moratorium)," kata Ahmad Riyadh, anggota tim investigasi PSSI untuk tragedi Kanjuruhan, Rabu (5/10/2022).
Dengan usulan itu, maka dua kompetisi sepak bola profesional Indonesia, yakni Liga 1 dan Liga 2, akan menambah durasi penudaan untuk perjalanan musim 2022-2023. Sebelumnya, pada Senin (3/10), PT LIB, operator kompetisi, menyampaikan surat kepada peserta Liga 1 dan Liga 2 kalau kompetisi ditunda selama dua pekan demi proses penyelidikan tim investigasi PSSI untuk tragedi Kanjuruhan.
Borneo FC, tim pemuncak klasemen Liga 1 pada pekan ke-11, menghormati keputusan dari federasi dan operator kompetisi setelah terjadinya peristiwa kelam seusai laga Arema versus Persebaya, Sabtu (1/10) lalu. Meski begitu, kata Miftahuddin Mukson, skuad Borneo tetap menjalani program latihan.
"Saya yakin semua tim juga sepakat kompetisi dihentikan sementara karena seluruh pihak merasakan kesedihan itu. Kami tetap berlatih demi menjaga kondisi pemain agar ketika liga kembali berjalan pemain bisa menjaga performa mereka," ujar Miftahuddin.
COO Dewa United Ardian Satya Negara juga mengatakan hal serupa. Sebagai bagian dari keluarga sepak bola nasional, Dewa ikut merasakan kesedihan atas musibah yang terjadi di Kanjuruhan.
"Kami siap untuk mengikuti arahan apapun terkait dengan kelanjutan BRI Liga 1 2022-2023," kata Ardian.
Kami wajib mengikuti dan mendukung sikap pemerintah itu (terkait moratorium).
Sebelumnya, Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Akmal Marhali mengatakan, para anggota TGIPF mengusulkan moratorium itu kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali dalam rapat perdana pada Selasa (4/10/2022) malam, di Kantor Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam).
“Dalam rapat tersebut, kami menekankan bahwa semua kompetisi di bawah payung PSSI, yaitu Liga 1, 2, dan 3 harus dihentikan sementara atau dimoratorium,” ujar Akmal.
Menurut Akmal, dunia sepak bola Indonesia sedang mengalami masalah besar. Sangat tidak etis apabila PSSI tetap melaksanakan kompetisi di tengah tragedi duka mendalam yang sedang dialami Indonesia.
“PSSI tidak punya empati kalau hanya mau menghentikan Liga 1, sementara Liga 2 dan 3 tetap mau digelar,” kata Akmal.
“Tugas TGIPF sampai kepada merekomendasikan pola atau sistem yang baru bagi dunia sepak bola Indonesia. Tragedi ini menjadi momentum perubahan bagi sepak bola Indonesia,” kata Akmal.
Berdasarkan hasil temuan nanti, TGIPF akan merekomendasikan sinkronisasi antara regulasi dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan peraturan perundangan Indonesia. TGIPF memastikan, seluruh pihak mulai dari pemangku kepentingan dalam dunia sepak bola, klub, suporter, hingga aparat keamanan, akan memahami regulasi tersebut.
Anton Sanjoyo, Anggota TGIPF, mengatakan, rekomendasi-rekomendasi dari TGIPF tidak hanya berhenti pada olahraga sepak bola, melainkan juga semua olahraga nasional.
“Hal yang disampaikan dalam rapat semalam, tugas TGIPF adalah tugas mulia. Kita mengemban tanggung jawab untuk membangun karakter bangsa lewat kejadian pada olahraga sepak bola ini,” kata Anton.
Menurut Anton, selama ini PSSI tidak pernah melakukan pemberdayaan bagi suporter. PSSI tidak pernah memberikan edukasi mengenai bagaimana suporter harus berperilaku saat klub kecintaannya mengalami kekalahan.
“PSSI abai dengan salah satu tugasnya, yaitu membina suporter. Paling tidak, PSSI membina setiap klub agar bisa mengatasi perilaku suporternya,” ujar Anton.