Penyelenggaran pertandingan tidak boleh menganggap rutin pertandingan-pertandingan, mereka harusnya tetap waspada dan siap.
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Panitia Pelaksana Pertandingan dianggap lalai dalam melaksanakan standar keamanan di stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022). Kelalaian itu menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 130 orang berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Selasa (4/10/2022).
Ketua Komisi Disiplin PSSI Erwin Tobing, dalam jumpa pers terkait penjatuhan sanksi dalam Tragedi Kanjuruhan, mengatakan, ada sejumlah kelalaian yang dilakukan panitia pelaksana. Kelalaian itu adalah pintu-pintu stadion tidak semuanya dibuka menjelang pertandingan berakhir. Harusnya seluruh pintu, termasuk pintu besar, dibuka setidaknya di menit ke-80 agar memudahkan penonton keluar.
Tim investagasi sudah meminta keterangan Aris, pengelola gedung, tentang kunci dari pintu-pintu di stadion. Menurut Aris, kunci-kunci sudah ada di tangan panitia pelaksana. Namun tidak semua petugas membuka pintu segera.
Tim investigasi juga mendapati lorong-lorong gelap tanpa lampu. Kondisi ini menyulitkan evakuasi. ”Saat kejadian orang berdesak-desakan keluar, kondisi gelap dan penuh asap,” katanya.
Tim juga menilai panitia pelaksana lalai dalam memeriksa barang yang dibawa penonton. Timnya menemukan 42 botol miras di dalam stadion. Botol-botol itu utuh. ”Ini seharusnya kena razia tapi lolos,” kata Erwin.
Soal kapasitas yang berlebih, PSSI mengatakan, kapasitas stadion Kanjuruhan tak bisa dihitung pasti. Kanjuruhan tidak seluruhnya menggunakan kursi tunggal (single seat). Hanya tribune bagian VIP yang memiliki kursi tunggal selebihnya los dengan bangku beton. ”Ada yang mengatakan kapasitasnya 40.000-45.000, karena los jadi bisa berdempet-dempetan,” katanya.
Adapun jumlah tiket yang dijual 42.000 tiket. Polres Malang sempat meminta agar jumlah tiket yang dijual 75 persen dari kapasitas, tetapi karena tiket telanjur habis terjual, solusinya adalah menambah jumlah personel keamanan. PSSI tetap menyalahkan panitia pelaksana karena menjual tiket dalam jumlah besar.
”Tribune agar memakai tempat duduk perseorangan agar jelas kapasitasnya,” kata Erwin.
Mengenai gas air mata, PSSI menyatakan itu bukan ranah mereka untuk menyelidiki. Mereka hanya menyelidiki jalannya pelaksanaan pertandingan. Meski FIFA melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion, di Indonesia, polisi memiliki standar pengamanan sendiri. ”Di luar negeri polisi berjaga di luar, sedangkan di dalam dijaga oleh steward. Kalau di sini pengamanan masih dilakukan polisi,” kata Erwin.
”Tadi malam kami merumuskan hal baru. Liga diberhentikan sampai ada format baru mengenai kompetisi dan pengamanannya,” kata Ketua Tim Investigasi Tragedi Kanjuruhan dari PSSI Ahmad Riyad,
Nantinya, tambah Riyad, aturan yang dihasilkan akan menjadi pedoman di seluruh Indonesia dalam menyelenggarakan kompetisi. Aturan itu antara lain berisi pedoman pengamanan dan alat apa saja yang boleh dibawa untuk pengamanan pertandingan sepak bola.
Mengenai jam pertandingan yang dinilai terlalu malam, PSSI mengatakan ada pertimbangan penonton. Sebagian penonton baru pulang dari bekerja saat sore. "Permainan sepakbola jika tidak ada suporter, tidak hidup," katanya.
Erwin menambahkan panitia penyelenggaran pertandingan tidak boleh menganggap rutin pertandingan-pertandingan, mereka harusnya tetap waspada dan siap. Karena jika dianggap hal yang rutin, maka hal-hal itu akan dianggap biasa. ”Pintu, misalnya, ditutup dan di depannya menjadi tempat parkir motor, karena menganggap sudah biasa dan selama ini baik-baik saja,” kata Erwin.
Manajer klub Arema Ali Fikri yang mendampingi tim PSSI menyatakan menerima kritik, saran, dan sanksi dari PSSI. Pihaknya hingga kini masih memikirkan korban dan belum mau memikirkan pertandingan bola.
Mengenai minuman keras, sebelumnya perwakilan Aremania, Dadang T Batu (40), menyatakan, suporter Aremania pastinya akan ambruk jika dalam kondisi mabuk. ”Logika saja, kalau mereka mabuk pasti akan ambruk. Saat tragedi terjadi mereka masih bisa membantu evakuasi,” kata Dadang.