Komunitas Pecinta Sepak Bola Mendesak Pembenahan Regulasi

Pasca tragedi Kanjuruhan, komunitas pecinta sepak bola Tanah Air akan mendesak pembenahan regulasi. Tragedi pilu itu, dinilai bukan lagi masalah rivalitas, melainkan masalah kemanusiaan.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pecinta sepakbola melakukan aksi tabur bunga, menyalakan 1.000 lilin dan doa bersama untk menghormati kawan-kawan Aremania yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan di pintu masuk Asia Afrika, Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (2/10/2022) malam. Tragedi Kanjuruhan mengakibatkan 125 jiwa meninggal dunia.

JAKARTA, KOMPAS – Merespons tragedi pilu di Kanjuruhan, Malang, komunitas pencinta sepak bola mendesak otoritas olahraga untuk mendetailkan peraturan terkait pengelolaan pertandingan sepak bola di Tanah Air. Mereka menilai, perlu ada aturan turunan yang menyasar seluruh elemen pertandingan mulai dari pengelola, operator, aparat keamanan, hingga edukasi bagi suporter.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, terjadi usai laga BRI Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya, akhir pekan lalu. Penonton yang turun ke lapangan setelah Arema dikalahkan Persebaya, 2-3, dibubarkan oleh polisi sehingga memicu bentrokan. Polisi kemudian melepaskan gas air mata ke tribune yang menyebabkan penonton panik dan berdesak-desakan mencari pintu keluar. Sedikitnya 125 orang tewas dalam insiden ini.

Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) Ignatius Indro, Senin (3/10/2022), mengatakan, PSTI akan mendesak Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk mengeluarkan aturan turunan yang mendetail dan menyasar seluruh elemen dalam pertandingan.

Baca juga: Detail-detail Persoalan Kanjuruhan Harus Dicermati dan Dievaluasi

“Berkaca dari tragedi ini, Kemenpora harus segera mengeluarkan aturan mendetail dan menyasar seluruh elemen dalam pertandingan. Elemen itu meliputi pengelola pertandingan, panitia pelaksana, aparatur keamanan, hingga edukasi khusus bagi suporter,” ujarnya saat ditemui di Jakarta.

CHRISTINA MUTIARANI JEINIFER SINADIA UNTUK KOMPAS

Ketua Paguyuban Suporter Indonesia Ignatius Indro saat ditemui di Jakarta, Senin (3/10/2022). Indro mengatakan, PSTI akan mendesak Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mengeluarkan aturan turunan yang mendetail terkait pengelolaan pertandingan.

Indro menilai, apabila ada aturan turunan yang detail, seluruh elemen dalam pertandingan akan memiliki batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Selain itu, sosialisasi terkait aturan tersebut harus sampai ke akar rumput, terutama bagi para suporter. Indro memberi contoh, petugas yang berjaga di tepi lapangan, tidak menghadap tribune penonton, tetapi malah turut menonton pertandingan.

Masalah kemanusiaan

Menurut Indro, tragedi Kanjuruhan bukan lagi masalah rivalitas antarkelompok suporter, namun masalah kemanusiaan yang harus diseriusi seluruh elemen dalam dunia sepak bola Tanah Air. Indro menyarankan, upaya pencegahan kericuhan suporter dalam pertandingan antara lain bisa dilakukan dengan memberdayakan para komunitas suporter.

Berkaca dari tragedi ini, Kemenpora harus segera mengeluarkan aturan mendetail dan menyasar seluruh elemen dalam pertandingan. Elemen itu meliputi pengelola pertandingan, panitia pelaksana, aparatur keamanan, hingga edukasi khusus bagi supporter.

”Pemberdayaan tersebut bisa dengan pembentukan unit usaha mikro kecil menengah dalam komunitas suporter, seperti yang kami lakukan pada Bobotoh dan The Jakmania di Bogor,” katanya.

Pada tahun 2018, PSTI membentuk koperasi yang dikelola bersama oleh kelompok suporter Persib Bandung dan Persija Jakarta, yaitu Bobotoh dan The Jakmania. Pembentukan koperasi itu berhasil menekan konflik antara kedua kelompok.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Suporter PSIS Semarang menyalakan lilin saat menggelar aksi solidaritas insiden Stadion Kanjuruhan Malang di Stadion Jatidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (2/10/2022). Mereka menggelar doa bersama dan menyalakan lilin bagi meninggalnya suporter saat terjadinya kerusuhan pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu lalu.

Adapun kegiatan pada koperasi itu diawali dengan penjualan oleh-oleh khas Bogor, salah satunya makanan seperti asinan Bogor dan roti unyil. Hanya saja, kata Indro, kegiatan koperasi tersebut terhambat oleh pandemi.

Dihubungi di tempat terpisah, Ketua Umum The Jakmania Diky Soemarno mengimbau pecinta sepak bola Tanah Air untuk mengingat dan memperhatikan hal-hal yang menjadi batasan dalam pertandingan.

“Untuk rekan-rekan sesama suporter, kita harus mencintai dan mendukung penuh klub bola favorit kita. Tetapi, kita juga harus memperhatikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pertandingan,” katanya.

Atas tragedi Kanjuruhan, Diky menyampaikan ungkapan duka yang mendalam, karena ikatan emosional yang terjalin antara The Jakmania dan Aremania. Sebagai bentuk solidaritas, The Jakmania akan melaksanakan pengajian bersama untuk mendoakan rekan-rekan Aremania yang menjadi korban tragedi memilukan itu pada pada Jumat (7/10).

Baca juga: Manajemen dan Suporter Tim Sepak Bola di Papua Berduka

Diky menambahkan, harus ada undang-undang yang melindungi suporter. Para pemangku kepentingan, harus menyusul peta jalan (roadmap) terkait pembenahan regulasi, khususnya perlindungan bagi para suporter.

“Suporter adalah orang-orang yang harus dilindungi oleh stakeholder mulai dari pengelola pertandingan hingga para pemain. Perlu diketahui bahwa karakter suporter sangat beragam, sehingga harus ada pola yang tepat untuk mengelolanya,” ujar Diky.