Ucapan Belasungkawa dari Menpora, Ketua KONI, dan Ketua KOI
Sejumlah pimpinan kementerian/lembaga olahraga nasional mengucapkan belasungkawa dan keprihatinannya atas tragedi sepak bola Arema-Persebaya. Mereka berharap tragedi itu bisa segera diusut tuntas agar tidak terulang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Marciano Norman, dan Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari mengungkapkan rasa belasungkawa dan keprihatinannya atas tragedi kerusuhan sepak bola usai laga Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). Mereka berharap Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dan operator liga, PT Liga Indonesia Baru segera melakukan evaluasi serta investigasi terhadap tragedi yang menyebabkan 127 orang meninggal dunia tersebut.
Zainudin dalam rekaman video wawancara yang diterima Kompas, Minggu (2/10/2022), mengatakan, dirinya berduka cita mendalam atas tragedi tersebut. Dia cukup prihatin karena seharusnya tragedi itu tidak boleh terjadi lagi. Apalagi pemerintah melalui Kemenpora telah memberikan kebebasakan kepada suporter untuk bisa menyaksikan langsung laga di dalam stadion setelah sebelumnya masih dilarang karena pandemi Covid-19. ”Kepercayaan ini tidak bisa dijaga dengan baik,” ujarnya.
Penyebabnya karena tidak terima timnya kalah. Ini olahraga atau pertandingan yang hari ini bisa menang dan besok bisa kalah. Jadi, edukasi untuk penonton harus lebih, untuk penonton sepak bola atau cabang apa pun.
Zainudin menduga peristiwa itu karena ada suporter yang tidak bisa menerima kekalahan dalam laga tersebut. Walau tidak menjelaskan siapa suporter yang dimaksud, yang jelas Arema kalah 2-3 dari Persebaya dalam laga tersebut. ”Penyebabnya karena tidak terima timnya kalah. Ini olahraga atau pertandingan yang hari ini bisa menang dan besok bisa kalah. Jadi, edukasi untuk penonton harus lebih, untuk penonton sepak bola atau cabang apa pun. Olahraga itu ada menang dan kalah, apa pun kondisinya harus bisa diterima. Memang tidak ada tim yang mau kalah, tetapi tim itu pasti sudah berusaha, hanya mungkin lawannya lebih baik,” katanya.
Menanggapi kejadian itu, Zainudin akan segera berkomunikasi dengan PSSI dan PT LIB. Dia akan mengawasi langkah apa yang akan diambil dua lembaga terkait pengelolaan Liga 1 tersebut, apakah laga-laga selanjutnya tanpa suporter atau ada keputusan lainnya. ”Ini pelajaran untuk kita agar kejadian ini tidak terulang lagi di tempat mana pun. Jadi, saya minta PSSI dan PT LIB segera melakukan evaluasi dan investigasi,” tuturnya.
Suporter kita harus diedukasi bagaimana fanatisme terhadap klub kebanggaan mereka tetap terkendali dan tetap menjunjung tinggi sportivitas.
Marciano saat dihubungi Kompas, Minggu, menuturkan, pihaknya berdukacita mendalam atas tragedi di Stadion Kanjuruhan tersebut. Itu adalah musibah besar untuk sepak bola Indonesia. Mungkin, itu bencana terburuk dalam sejak sepak bola Indonesia. ”Suporter kita harus diedukasi bagaimana fanatisme terhadap klub kebanggaan mereka tetap terkendali dan tetap menjunjung tinggi sportivitas,” ucapnya.
Sama seperti Menpora, Marciano prihati karena kegiatan olahraga Indonesia baru mau mulai marak dan bergeliat lagi pascapandemi. Hal itu baru saja mendapatkan respon positif dengan penuh semangat dari masyarakat pecinta olahraga di Tanah Air. Maka itu, Marciano sangat berharap agar tragedi tersebut bisa segera diselesaikan secepatnya.
”Beri dukungan penuh kepada petugas keamanan dan PSSI untuk mengevaluasi kejadian ini sebagai bahan penentuan kebijakan pada kegiatan serupa di masa yang akan datang. Masyarakat pencinta olahraga pun harus mengambil hikmah atas kejadian ini untuk sama-sama berperan dengan pelaku olahraga, penyelenggara kompetisi atau liga dan pegiat industri olahraga lainnya guna menciptakan suasana kompetisi yang kondusif, yang membuat bangsa Indonesia tetap bersemangat bangkit menghadapi masa sulit,” ungkap Marciano.
Okto ketika dihubungi Kompas, Minggu, mengutarakan, pihaknya juga berdukacita atas tragedi itu apa pun cerita atau penyebabnya. Sebab, ini memakan korban jiwa yang besar, bahkan terbesar dalam sejarah sepak bola ataupun olahraga di Indonesia.
Bahkan, Okto yang sedang dalam transit penerbangan di Singapura untuk menuju Kamboja guna mengikuti Sidang Majelis Umum Komite Olimpiade Asia (OCA) di Kamboja mulai 4 Oktober memilih untuk pulang ke Indonesia. Dia akan mengutus para wakilnya di KOI untuk mengikuti sidang OCA. Sebaliknya, dia ingin segera melakukan koordinasi dengan para penggambil kebijakan terkait mengenai tragedi tersebut.
Okto ingin segera menyiapkan jawaban yang tepat kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan pemangku kebijakan olahraga dunia lainnya. Sebab, tragedi Arema dan Persebaya itu tergolong terbesar kedua dalam sejarah sepak bola dunia. Itu pasti berdampak terhadap rencana Indonesia menyelenggarakan sejumlah ajang olahraga internasional, termasuk Piala Dunia Sepak Bola U-20 tahun depan.
Cepat atau lambat, Indonesia akan menerima teguran dari berbagai pihak, termasuk dari Fedeasi Sepak Bola Internasional (FIFA). ”Harus ada evaluasi dan investigasi terhadap tragedi itu supaya tidak terulang lagi. Tujuannya, agar komunitas olahraga internasional tetap menaruh kepercayaan kepada Indonesia. Ini pekerjaan rumah utama agar Indonesia tidak mendapatkan sanksi di tengah rencana kita menjadi tuan rumah sejumlah ajang internasional,” tegas Okto.