Waktunya Pemanjat "Lead" Indonesia Menari di Pentas Dunia
Piala Dunia Panjat Tebing 2022 di Jakarta menjadi pembuktian tim "lead" Indonesia. Itu menunjukkan sejatinya tim "lead" Indonesia bisa bersaing di tingkat dunia kalau diberi kepercayaan lebih besar seperti tim "speed."
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
Seri ke-12 Piala Dunia Panjat Tebing 2022 di SCBD Park, Jakarta, 24-26 September telah berakhir. Pengurus Besar Federasi Panjat Tebing Indonesia atau PB FPTI berbangga karena Piala Dunia yang pertama kali digelar di Tanah Air itu berlangsung lancar dan wakil Merah-Putih meraih prestasi mengilat pada nomor perlombaan speed maupun lead.
Namun, PB FPTI tidak boleh larut dalam euforia. Sehabis pesta, tanggung jawab besar menanti. Selain memiliki pekerjaan rumah mempertahankan prestasi nomor speed hingga Olimpiade Paris 2024, FPTI dituntut memberikan perhatian lebih besar kepada nomor lead dan boulder. Setidaknya, dalam Piala Dunia kemarin, lead yang masih dipandang sebelah mata mencetak sejarah lolos ke babak final lead putra.
Dalam seri ke-12 Piala Dunia yang menjadi seri penutup perlombaan speed maupun lead musim ini, Indonesia menurunkan 22 wakil speed dan 20 wakil lead. Secara umum, tim Merah-Putih mampu memberikan prestasi membanggakan untuk Ibu Pertiwi.
Pada speed, pemanjat senior Indonesia Aspar Jaelolo meraih emas dengan catatan waktu 5,39 detik di final. Hasil Aspar dilengkapi yuniornya, Kiromal Katibin yang merebut perak dengan waktu 5,75 detik.
Walau tidak meraih medali di Jakarta, pemanjat Indonesia Veddriq Leonardo ditahbiskan sebagai juara Piala Dunia musim ini dengan 4.455 poin yang diikuti Kiromal di urutan kedua klasemen akhir dengan 4.080 poin. Itu adalah gelar kedua Veddriq dalam Piala Dunia dua musim terakhir.
Performa luar biasa pemanjat putra membawa Indonesia mempertahankan predikat tim speed terbaik dalam Piala Dunia dua musim terakhir. Capaian itu dilengkapi oleh status Kiromal sebagai pemegang rekor dunia dengan 5,009 detik yang dicetak dalam seri kedelapan Piala Dunia 2022 di Chamonix, Perancis, 8 Juli lalu.
Pembuktian lead
Pada lead, Indonesia memang belum bisa berbicara banyak. Akan tetapi, wakil Indonesia seolah ingin membuktikan bahwa mereka mampu bersaing di level internasional kalau diberi kepercayaan. Empat pemanjat putra dan dua pemanjat putri Indonesia lolos ke semifinal lead seri ke-12 Piala Dunia yang menjadi prestasi terbaik Merah-Putih dalam musim ini.
Belum berhenti sampai di situ, pemanjat Indonesia Raviandi Ramadhan meraih tiket ke final lead yang menjadi sejarah baru untuk panjat tebing nasional. Sejak Piala Dunia digelar pada 1989, Raviandi adalah orang Indonesia pertama yang menembus final lead. Terlepas sejumlah pemanjat elite dunia tidak tampil di seri Indonesia, itu tetaplah lompatan prestasi luar biasa.
Raviandi memang gagal membuat kejutan kedua di final. Pemanjat kelahiran Jakarta, 26 November 2002 itu berada di urutan kedelapan dari delapan finalis karena jatuh di poin atau pegangan panjatan ke-22+ atau jatuh saat ingin berpindah ke poin ke-23. Namun, dia sudah membuka jalan tren positif untuk tim lead Indonesia dalam ajang-ajang besar dunia ke depan.
Torehan yang diukir Raviandi di luar dugaan PB FPTI. Sebab, Raviandi bukan pemanjat pelatnas. Sehari-hari, dia berlatih di klub Indoclimb, FX Sudirman, Jakarta. Sebelumnya, dia tidak pernah tampil dalam Piala Dunia. Dirinya diberi kesempatan ikut Piala Dunia di Jakarta karena meraih emas lead dan boulder dalam Sirkuit Nasional 2022 di Jakarta, Agustus kemarin.
Kendati demikian, Raviandi mampu membayar kepercayaan. Bahkan, hasilnya melampaui pemanjat pelatnas, seperti atlet asal Aceh Musauwir yang terhenti di semifinal. Sebelum ini, Musauwir adalah wakil terbaik Indonesia pada lead Piala Dunia musim ini, yakni duduk di urutan ke-45 seri kedelapan Piala Dunia, 10 Juli lalu.
Minim jam terbang
Raviandi ditemui usai final lead, Senin (26/9/2022), mengatakan, secara kemampuan, pemanjat lead Indonesia tidak kalah dengan pemanjat dunia. Hanya saja, mereka kalah jam terbang karena masih jarang diberi kesempatan tampil dalam ajang internasional, seperti Piala Dunia.
Hal itu membuat pemanjat lead Indonesia masih kurang percaya diri atau gugup untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Raviandi misalnya, dia mengaku demam panggung ketika tampil di final lead kemarin. Akibatnya, pergerakannya agak terburu-buru dan kurang mantap.
Karena faktor itu, Raviandi sempat bergantung dan terayun tiga kali sebelum bisa menjaga kestabilan di poin ke-10. Usai itu, dia lima kali gagal memasukan tali pengamannya ke dalam besi pengait. Puncaknya, dia tergesa-gesa untuk menggapai poin ke-23 yang membuat pegangannya kurang mencengkeram dan terjatuh.
Berbeda dengan pemanjat yang lebih pengalaman, seperti pemanjat asal Jepang Ao Yurikusa yang meraih emas seri Jakarta. Yurikusa tidak perlu bergelantung di poin ke-10. Sesampai di poin itu, pemanjat berusia 20 tahun itu langsung mengunci kakinya di poin-poin di bawahnya untuk menstabilkan tubuh.
Untuk menggapai poin ke-23, Yurikusa mengoptimalkan kedua kakinya guna mengunci poin ke-21 dan ke-22 sebelum dengan perlahan tangannya memegang poin ke-23. Walau jatuh di poin ke-29, Yurikusa menunjukkan dirinya punya memori gerak yang lebih kaya.
Tadinya, saya kira jalur lomba lead Piala Dunia sesulit yang saya pikirkan. Ternyata tidak. Saya rasa pemanjat-pemanjat lead Indonesia lainnya cukup bagus dan mampu bersaing. Tinggal nanti, mereka lebih banyak diberi kesempatan tampil dalam ajang internasional.
”Tadinya, saya kira jalur lomba lead Piala Dunia sesulit yang saya pikirkan. Ternyata tidak. Saya rasa pemanjat-pemanjat lead Indonesia lainnya cukup bagus dan mampu bersaing. Tinggal nanti, mereka lebih banyak diberi kesempatan tampil dalam ajang internasional. Semakin sering ikut kejuaraan dunia, seperti Piala Dunia, kemampuan mereka akan semakin terasah dan terbiasa dengan suasana persaingan,” ujar Raviandi yang membela Papua dalam Pekan Olahraga Nasional Papua 2021.
Jaga momentum
Performa positif yang dibuktikan Raviandi adalah momentum tepat untuk mengembangkan lead Indonesia. Selama ini, lead masih dianaktirikan dibanding speed. Bahkan, ada pengurus FPTI pusat yang bercerita kepada Kompas, salah satu rekannya sempat berkata siap memotong telinganya kalau tim lead bisa membuat kejutan dalam Piala Dunia di Jakarta. Pernyataan itu terdengar miris karena lead diperlombakan pada nomor kombinasi bersama boulder di Olimpiade 2024.
Maka itu, sejumlah praktisi panjat tebing nasional yang hadir dalam Piala Dunia di Jakarta berharap momentum positif yang dijejakkan Raviandi bisa dijaga. Jangan sampai angin segar itu berlalu begitu saja. Salah satu caranya, kata Ketua Pengurus Provinsi FPTI Aceh Mahdi Ismail, standar Piala Dunia di Indonesia ditularkan dalam ajang nasional. Hal yang paling utama adalah terkait fasilitas penunjang lomba, terutama dinding panjat, poin, dan kualifikasi pembuat jalur.
Tak dimungkiri, prestasi lead Indonesia tertinggal karena minim fasilitas pembinaan di daerah. Bahkan, di Aceh, arena latihan maupun lomba hanya ada di enam kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota. Akibatnya, saat tampil dalam ajang internasional, wakil Indonesia tidak terbiasa dengan bentuk poin dan jalur yang perkembangannya sangat pesat.
”Semoga Piala Dunia ini memberikan dampak positif untuk perkembangan panjat tebing Indonesia, terutama lead. Perhatian terhadap pembinaan di daerah harus lebih merata, antara lain fasilitas berstandar dunia bisa dibangun juga di daerah di luar Jawa. Daerah adalah penyumbang atlet ke pelatnas. Kalau daerah standarnya sudah tinggi, otomatis atlet yang disalurkan ke pusat lebih berkualitas dan tinggal dipoles,” tutur Mahdi yang aktif sebagai atlet di era 1990-an.
Komitmen PB FPTI
Ketua Umum PB FPTI Yenny Wahid memastikan, capaian Raviandi membuka mata pihaknya untuk lebih serius mengembangkan lead. Selain mendorong pemerataan fasilitas di daerah, FPTI akan lebih gencar mencari Raviandi-Raviandi lain di daerah.
Mereka pun akan lebih rutin mengirim tim lead ikut ajang internasional, seperti Piala Dunia. ”Pastinya, kami akan lebih memupuk dan membina lagi tim lead. Di samping berkompetisi, kami berencana mengirim tim lead berlatih di luar negeri cukup lama antara di Jepang atau Eropa,” terang Yenny.
Presiden Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) Marco Maria Scolaris di Jakarta, Selasa (27/9/2022), menyarankan agar PB FPTI menjalin kerja sama dengan negara yang lebih maju lead-nya, seperti ke Eropa atau Amerika Serikat. Selain bisa berlatih di fasilitas lebih modern, pemanjat Indonesia bisa belajar langsung dengan atlet-atlet lain yang lebih berpengalaman. ”Atau sebaliknya, Indonesia mengundang atlet-atlet dari negara lain berlatih di sini,” pesan pria asal Italia tersebut.
Lead adalah perlombaan yang mengadu ketangkasan, daya tahan, dan kecepatan dalam lintasan yang jalurnya berubah setiap babak pada dinding selebar tiga meter dan tinggi 15-18 meter. Pemenang ditentukan oleh atlet yang mencapai titik tertinggi dengan waktu tercepat dalam alokasi waktu 6 menit.
Pelatih panjat tebing profesional Evalina Heryanto menjelaskan, lead menuntut pemanjat memiliki kapasitas stabilitas, mobilisasi, dan kekuatan otot inti. Selain faktor fisik seperti daya tahan, kekuatan dan kecepatan, ada tiga hal yang mempengaruhi cara gerak lebih luwes untuk tetap mempertahankan kestabilan posisi tubuh, yakni pemanjat perlu aktif menggerakkan tiga anggota tubuh dari bagian atas, tengah, dan bawah.
Tujuannya untuk meratakan beban otot dalam memanjat. Dengan demikian, pemanjat bisa mengatur energi dan gerak secara efisien. ”Kalau senior saya Octav Matakupan pernah bilang, perlombaan lead ibarat menari di atas dinding atau dancing on the wall. Semoga dengan pendekatan pemahaman anatomi tubuh yang lebih baik dalam pembinaan, pemanjat lead Indonesia bisa menari lebih indah (berprestasi lebih baik) di tingkat dunia,” pungkas Eva.