Inggris dan Jerman menutup fase grup Liga Nasional Eropa 2022-2023 dengan kegagalan. Meski begitu, kedua tim itu mendapatkan secercah asa demi memenuhi ambisi besar di Piala Dunia 2022.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Tim nasional Inggris dan Jerman sama-sama memetik pelajaran berharga dari duel yang berakhir imbang 3-3 pada laga pamungkas Grup A3 Liga Nasional Eropa 2022-2023 di Stadion Wembley, Selasa (27/9/2022) dini hari WIB. Kedua raksasa sepak bola dunia itu memperagakan karakter tangguh yang bisa menjadi bekal mereka mengejar gelar juara di Piala Dunia Qatar 2022.
Meskipun tampil di Wembley, kandang Inggris, Jerman menampilkan permainan yang lebih agresif dan mengambil inisiatif serangan lebih awal. Catatan 60 persen penguasaan bola dengan 581 operan menjadi bukti ”Die Mannschaft” menargetkan kemenangan penting dari lawatan ke London.
Sebaliknya, Inggris lebih mengutamakan pendekatan umpan-umpan langsung ke sepertiga akhir zona pertahanan Jerman. Tim ”Tiga Singa” memang lebih inferior karena hanya mengoleksi 40 persen penguasaan bola dan 386 operan, tetapi mereka bisa mengkreasikan lebih banyak peluang.
Inggris melakukan 13 tembakan yang delapan di antaranya tepat sasaran. Adapun Jerman yang menghasilkan 10 tembakan hanya bisa empat kali melepaskan tembakan yang mengarah ke gawang Inggris.
Permainan menyerang Jerman pun berbuah dua gol di awal babak kedua melalui dua pemain yang tampil di Liga Inggris. Die Mannschaft membuka keran gol lewat eksekusi penalti gelandang Manchester City, Ilkay Guendogan, ketika babak kedua baru berjalan tujuh menit, kemudian gelandang serang Chelsea, Kai Havertz, membawa Jerman unggul dua gol.
Hanya saja, Jerman gagal menjaga keunggulan itu. Pelatih Jerman Hans-Dieter Flick menganggap anak asuhannya mengabaikan kualitas Inggris ketika telah mencetak dua gol lebih dulu.
Ini adalah tes yang bagus meskipun sejatinya gagal menang di Wembley sangat mengecewakan bagi kami. Ada banyak hal positif yang bisa kami dapatkan dari laga ini, utamanya tentang bagaimana kami harus bisa menjaga performa dalam kondisi apa pun selama 90 menit.
”Ini adalah tes yang bagus meskipun sejatinya gagal menang di Wembley sangat mengecewakan bagi kami. Ada banyak hal positif yang bisa kami dapatkan dari laga ini, utamanya tentang bagaimana kami harus bisa menjaga performa dalam kondisi apa pun selama 90 menit,” ujar Flick dilansir Bild.
Thomas Mueller, penyerang Jerman, mengatakan, timnya kecewa karena gagal menembus semifinal Liga Nasional Eropa. Alhasil, Die Mannschaft adalah satu-satunya tim raksasa Eropa yang belum pernah menembus babak empat besar Liga Nasional Eropa dalam tiga edisi perdana.
Namun, ia menilai, wajar hasil pertandingan tidak sesuai harapan di masa persiapan menuju turnamen besar, seperti Piala Dunia. Terpenting, lanjutnya, skuad Jerman tetap mempersiapkan diri dengan maksimal karena suasana dan tekanan laga di Piala Dunia jauh lebih besar.
”Saya tidak peduli dengan suasana hati kami saat ini karena ketika kami telah berada di Qatar semua perasaan dan antusiasme akan terasa berbeda. Kami harus melihat perjalanan Real Madrid (di Liga Champions) musim lalu. Apa pun situasi di pertandingan, mereka tetap menegakkan kepala dan percaya dengan kemampuan mereka hingga akhir,” ucap Mueller kepada Kicker.
Mueller bersama Manuel Neuer akan menjadi pemain paling senior yang dibawa Flick ke Qatar. Pengalaman mereka sebagai anggota tim tersisa yang meraih gelar Piala Dunia 2014 amat dibutuhkan untuk membimbing pemain muda, misalnya Havertz, Jamal Musiala, Leroy Sane, dan Nico Schlotterbeck.
Tuah pergantian
Strategi pergantian pemain Pelatih Inggris Gareth Southgate untuk memasukkan Bukayo Saka dan Mason Mount ketika timnya tertinggal dua gol berbuah manis. Skuad Tiga Singa mencetak tiga gol dalam kurun waktu 12 menit.
Sepakan Luke Shaw memperkecil ketinggalan Inggris di menit ke-71, kemudian kolaborasi Saka dan Mount empat menit berselang menghadirkan gol penyama kedudukan yang dicetak Mount. Inggris bahkan sempat berbalik unggul berkat eksekusi penalti yang sukses ditunaikan Harry Kane ketika waktu normal tersisa tujuh menit.
Sayang, kemenangan Inggris buyar menyusul gol kedua Havertz di menit ke-87. Hal itu menjadikan Havertz sebagai pemain Jerman kedua yang mencetak dua gol pada satu laga di Wembley setelah penyerang legendaris Oliver Bierhoff yang menorehkan catatan gemilang itu pada final Piala Eropa 1996.
”Bisa membalas setelah tertinggal dua gol membuktikan karakter kuat dan kekuatan mental tim ini. Kami bermain dengan kualitas dan kepercayaan diri yang baik sehingga gagal menang di menit akhir adalah sebuah kekecewaan,” kata Southgate dilansir laman UEFA.
Southgate menuturkan, dirinya telah memiliki cukup pengalaman untuk membantu anak asuhannya keluar dari masa sulit dan tampil bagus di Qatar 2022. Kepemimpinan dan komunikasi di dalam tim, lanjut Southgate, menjadi modal bagi Tiga Singa untuk keluar dari periode buruk setelah gagal meraih satu pun kemenangan di Liga Nasional Eropa musim ini.
”Tim telah menunjukkan peningkatan signifikan selama satu pekan terakhir. Mereka telah membangun iklim yang positif dan kuat di ruang ganti,” ucapnya.
Blunder
Di luar keyakinannya terhadap kualitas dan karakter skuad Inggris, Southgate harus membangkitkan kembali kondisi mental Harry Maguire dan Nick Pope yang melakukan dua blunder berakibat gol untuk Jerman.
Maguire kehilangan bola dan melakukan pelanggaran kepada Musiala yang menyebabkan penalti untuk gol pertama Jerman. Sementara Pope gagal mengantisipasi sepakan jarak jauh Serge Gnabry dengan baik sehingga bola muntah bisa disontek Havertz untuk mengakhiri laga dengan hasil seri.
”Setiap kesalahan di zona pertahanan akan langsung dihukum. Butuh kondisi mental yang sangat kuat untuk melalui masa-masa kelam ini. Mereka harus segera bangkit,” kata mantan bek Inggris, Rio Ferdinand, menanggapi dua blunder di lini belakang Inggris itu. (REUTERS)