Roger Federer telah mengakhiri kariernya sebagai petenis profesional pada akhir pekan lalu. Meski demikian, semua pengaruh yang dia berikan pada tenis dan di luar tenis membuat Federer akan tetap menjadi petenis terkaya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·6 menit baca
AFP/GLYN KIRK
Petenis Swiss, Roger Federer, diangkat beramai-ramai oleh rekan setimnnya di tim Eropa setelah tampil di Piala Laver di Arena O2, London, Inggris, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Laga itu menandai akhir karier Federer di tenis profesional.
Roger Federer pensiun dengan 20 gelar Grand Slam. Jumlah gelar itu kalah banyak dibandingkan dua rival terberatnya, Rafael Nadal dengan 22 gelar dan Novak Djokovic yang memiliki 21 gelar Grand Slam. Namun, ada yang tidak terkalahkan dari Federer, yaitu pendapatannya.
Legenda tenis itu pensiun setelah menjalani pertandingan ganda putra, bersama Rafael Nadal, dalam kejuaraan Piala Laver di O2 Arena, London, Inggris. Dalam kejuaraan yang berlangsung 23-25 September itu, Federer tampil pada Jumat (23/9/2022) malam waktu setempat atau Sabtu dini hari waktu Indonesia bagian Barat. Meski tidak lagi bermain, dia tetap berada di samping Novak Djokovic dan kawan-kawan dalam Tim Eropa untuk melawan Tim Dunia hingga turnamen selesai.
Federer menghasilkan lebih dari 1 miliar dollar AS (sekitar Rp 15 triliun) selama 24 tahun menjadi petenis profesional. Sebanyak Rp 1,973 triliun didapat dari hadiah turnamen, adapun selebihnya berasal dari luar lapangan, yaitu kontrak sponsor, appearance fee (uang keikutsertaan turnamen), serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemasaran dan kehumasan.
Seperti disebukan majalah keuangan Forbes, Federer menjadi "anggota klub eksklusif" atlet-atlet dengan penghasilan miliaran dollar AS. Sosok lainnya adalah Arnold Palmer, Jack Nicklaus, Tiger Woods (golf), Lionel Messi, Cristiano Ronaldo (sepak bola), LeBron James, Michael Jordan (bola basket), Floyd Mayweather (tinju), dan Michael Schumacher (balap mobil F1)
AP/KIN CHEUNG
Roger Federer yang bermain bersama Rafael Nadal dari Tim Eropa sedang memukul bola dalam pertandingan ganda putra kejuaraan beregu Piala Laver melawan pasangan Jack Sock/Frances Tiafoe dari Tim Dunia di O2 Arena, London, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Federer/Nadal kalah, 6-4, 6-7 (2), 9-11.
Meski memiliki jumlah hadiah turnamen lebih sedikit dari Djokovic (Rp 2,4 triliun) dan Nadal (Rp 1,99 triliun), pendapatan Federer dari luar lapangan jauh lebih besar. Meski pensiun, banyak sponsor masih mengikat kontrak dengannya, salah satunya adalah Uniqlo sebagai sponsor utamanya.
Perusahaan mode asal Jepang itu bahkan mengalahkan Nike, yang 20 tahun menjadi sponsor Federer dengan nilai Rp 151 miliar per tahun. Ketika menandatangani kerja sama dengan Uniqlo pada 2018, Federer berusia 37 tahun, tetapi Uniqlo berani mengikat kerja sama selama sepuluh tahun dengan nilai total Rp 4,5 triliun. Padahal, sangat mustahil Federer bisa bermain hingga berusia 47 tahun.
Setelah pindah ke Uniqlo, Federer tetap menggunakan sepatu Nike selama beberapa tahun sebelum memakai On pada 2021. Di perusahaan pembuat sepatu atletik dan pakaian olahraga yang bermarkas di Swiss itu, Federer memiliki tiga persen saham sejak 2019.
Dengan meninggalkan Nike, Federer sempat kehilangan logo RF yang terkenal karena logo tersebut merupakan milik Nike. Pada 2020, dia mendapatkan logo itu hingga bisa memasangnya pada berbagai barang untuk dijual pada penggemar.
Petenis Swiss Roger Federer tak mampu membendung air matanya saat wawancara setelah pertandingan ganda putra kejuaraan beregu Piala Laver di O2 Arena, London, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Piala Laver menjadi arena pertandingan terakhir Federer untuk menutup kariernya di dunia tenis profesional.
Pada 2018, Federer juga menandatangani kontrak lima tahun dengan Mercedes-Benz bernilai Rp 75,5 miliar per tahun. Setahun sebelumnya, dia memperpanjang kontrak dengan perusahaan makanan manis Lindt sebesar Rp 320 miliar. Kontraknya dengan pembuat pasta Barilla bernilai Rp 604,4 miliar. Pada 2016, dia menjadi "Most Marketable Sports Person 2016" yang dipilih para peneliti dari London School of Marketing.
Ada beragam faktor yang membuat seorang atlet memiliki pendapatan lebih besar dari yang lain. Prestasi tentu saja menjadi yang utama. Namun, faktor itu biasanya biasanya terkait dengan kejelian agen dalam "menjual" atlet yang mereka tangani.
Maria Sharapova misalnya, ditahan oleh agennya dari IMG untuk tidak terburu-buru menandatangani kontrak. Nilai kontrak yang didapatnya melambung setelah dia menjuarai Wimbledon 2004 pada usia 17 tahun. Pada akhir 2005, Sharapova mendapat kontrak Rp 300 miliar per tahun, lebih besar dari Federer.
Agen Federer, yaitu Bill Ryan (dari IMG), pernah menunda perpanjangan kontrak petenis Swiss itu. Dia menolak perpanjangan kontrak dari Nike setelah kerja sama selama lima tahun habis pada 2002. Setelah mendapat Rp 1,5 miliar per tahun, Nike menawari kontrak baru Rp 9 miliar per tahun.
Reaksi Roger Federer (kanan) dan Rafael Nadal dari Tim Eropa dalam pertandingan nomor ganda putra kejuaraan beregu Piala Laver melawan pasangan Jack Sock/Frances Tiafoe dari Tim Dunia di O2 Arena, London, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Federer/Nadal kalah, 6-4, 6-7 (2), 9-11.
Ryan, yang kebetulan keluar dari IMG pada tahun itu, tetapi masih mengurusi kontrak Federer, menolak tawaran Nike karena nilainya terlalu rendah. Apalagi, pada 2002, Federer telah menjuarai satu dari dua final turnamen ATP Masters 1000, yaitu dari Madrid.
"Ayah Roger (Robert) meminta saya menyetujui tawaran itu dengan alasan Roger memerlukan uangnya. Saya katakan, ‘Robbie, anakmu akan menjadi petenis terbaik yang pernah ada. Mengapa kita harus menerima tawaran itu?’” kata Ryan dalam New York Times, pada 2021.
Berdasarkan potensi Federer dan nilai kontrak petenis lain, Ryan yakin, Federer layak diberi setidaknya Rp 15 miliar pada tahun pertama kontrak berikutnya. Ryan menilai, Federer berada di jalur yang tepat untuk menjadi bintang besar.
Sejak 2005, Federer akhirnya keluar dari IMG dan mengurus semua kontrak bersama istrinya, Mirka, serta keluarganya. Delapan tahun kemudian, Federer dan agen yang lama dikenalnya, Tony Godsick, mendirikan perusahaan manajemen bernama Team8.
Dokumentasi 2017 ini memperlihatkan petenis Swiss, Roger Federer, mengangkat trofi juara seusai mengalahkan Jo-Wilfried Tsonga (Perancis) pada final tunggal putra Final Tur Dunia ATP di London, Inggris. Pada Kamis, (16/9/2022), Federer menyatakan akan segera pensiun.
Pengaruh Sosial
Selain prestasi, ada sisi lain yang menentukan pendapatan atlet. Para ahli pemasaran mengatakan, ada hal yang lebih besar yang mereka lihat dari sosok seseorang. Mereka tidak hanya melihat kehebatan seorang atlet, melainkan juga memperhatikan sikap dan pengaruhnya di lapangan dan luar lapangan. Ini menjadi daya tarik perusahaan untuk membuat atlet menjadi ikon mereka.
"Roger adalah pria terhormat di lapangan dan luar lapangan," kata Mike Fahey, pimpinan perusahaan di bidang pemasaran yang berpusat di Boston, AS. "Dia tidak pernah marah-marah, memarahi wasit, atau memukul bola hingga melukai orang lain," lanjutnya.
Profesor pemasaran olahraga Universitas Clemson, Carolina Selatan, AS, Angeline Close Scheinbaum, berpendapat, Federer memiliki skor yang tinggi untuk semua standar kunci pemasaran, seperti kepercayaan, keahlian, kredibilitas, dan daya tarik. "Federer adalah impian semua orang pemasaran olahraga," kata Scheinbaum dalam Forbes.
Karier yang panjang dan bisa menjadi inspirasi bagi banyak generasi, dikatakan CEO agen olahraga Blue Sky Rob Farinella, membuat banyak perusahaan besar tertarik bekerja sama dengan Federer.
Roger adalah pria terhormat di lapangan dan luar lapangan. Dia tidak pernah marah-marah, memarahi wasit, atau memukul bola hingga melukai orang lain.
AFP/GLYN KIRK
Petenis Swis Roger Federer (kanan) dan petenis Spanyol Rafael Nadal saat berlatih bersama untuk turnamen Piala Laver 2022 di O2 Arena London, Kamis (22/9/2022). Federer dan Nadal bergabung dalam satu tim yaitu Tim Eropa. Turnamen ini sekaligus menjadi turnamen perpisahan bagi Federer yang akan pensiun.
Matteo Berrettini dan Felix Auger Aliassime, yang ikut serta dalam turnamen Piala Laver mengatakan, Federer menjadi alasan keduanya menjadi petenis. Mereka hanyalah sebagian kecil petenis generasi Next Gen yang terinspirasi dari petenis dengan 103 gelar juara itu.
Di luar lapangan, ayah dari empat anak tersebut memiliki kegiatan sosial melalui Yayasan Roger Federer yang didirikan pada 2003. Saat tidak mengikuti turnamen, dia sering mengunjungi anak-anak di Afrika Selatan yang dibantu melalui program yayasannya. Afrika Selatan adalah tanah kelahiran ibunya, Lynette, dan menjadi tempat kedua orang tuanya bertemu.
Hampir dua juta anak dari keluarga miskin mendapat keuntungan dari didirikannya 9.300 TK dan SD di Afrika Selatan dalam program senilai sekitar Rp 1 triliun. Federer juga terlibat dalam kegiatan sosial Yayasan AIDS Elton John, Yayasan "Make-A-Wish", Yayasan Humpty Dumpty, Mines Advisory Group, dan Small Steps Project. Berkat kepeduliannya pada kegiatan sosial, Federer menjadi duta UNICEF pada tahun 2006.
"Dia tidak sekadar menjadi atlet terbaik yang pernah kita lihat. Lebih dari itu, apa yang diakukannya menjadi inspirasi bagi banyak orang di berbagai bidang. Dari sisi bisnis olahraga, ini memberi pengauh (nilai) besar untuk Federer," kata Farinella. (AP/AFP)