Inggris tengah berada di ujung tanduk pada ajang Liga Nasional Eropa. Identitas ”Tiga Singa” sebagai tim ofensif masih terjaga, tetapi ketergantungan akut kepada Harry Kane mulai menghasilkan efek samping.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, KAMIS — Kekhawatiran menyelimuti tim nasional Inggris di masa persiapan akhir menuju Piala Dunia Qatar 2022. Hanya bisa mencetak satu gol dari empat laga Liga Nasional Eropa edisi 2022-2023 membuat ”Tiga Singa” butuh alternatif sumber gol selain Harry Kane.
Dalam empat pertandingan di Grup A3 Liga Nasional Eropa musim ini, Pelatih Inggris Gareth Southgate menjadikan Kane sebagai penyerang utama Inggris. Ia telah tampil selama 295 menit di empat laga yang berlangsung, Juni lalu.
Kane selalu tampil penuh di tiga laga, kemudian hanya bermain selama 25 menit di babak kedua ketika Inggris bermain imbang tanpa gol dengan Italia, 12 Juni lalu, di Stadion Wembley, London. Namun, striker Tottenham Hotspur itu hanya mampu mencetak satu gol melalui titik putih yang menyelamatkan Inggris dari kekalahan ketika bertandang ke Jerman.
Secara total, pada tahun ini, Kane baru mencetak dua gol untuk Inggris. Hal itu menunjukkan penurunan drastis dari putra asli London itu selama membela timnas. Sebab, ia mencetak 15 gol pada 2021 yang menjadi periode terbaiknya bersama Inggris.
Memudarnya ketajaman Kane, yang telah menghasilkan 71 gol untuk Inggris, berimbas terhadap buruknya performa Inggris di Liga Nasional Eropa musim ini. Mereka baru mengemas dua poin dari hasil dua kali seri di empat pertandingan.
Kondisi itu membuat Inggris wajib membawa pulang tiga poin dari lawatan ke Stadion San Siro, Milan, kandang Italia, Sabtu (24/9/2022) pukul 01.45 WIB. Jika gagal menang atas Italia, Kane dan kawan-kawan tidak akan keluar dari posisi juru kunci Grup A3 sehingga akan turun kasta dan tampil di Liga Nasional Eropa Divisi B pada edisi 2024-2025.
Untuk melanggengkan misi itu, Southgate berusaha mencari penyerang tengah lain yang bisa memberikan dorongan kepada Kane untuk tampil membaik sekaligus menjadi sumber gol baru bagi Inggris. Selain tetap memanggil penyerang AS Roma, Tammy Abraham, Southgate juga memberikan kesempatan perdana kepada Ivan Toney, bomber Brentford, untuk menjalani debut berseragam tim ”Tiga Singa”.
Penyerang yang telah mencetak lima gol dari tujuh penampilan bersama ”Si Lebah”, julukan Brentford, menjadi harapan baru bagi pendukung Inggris untuk mengakhiri paceklik gol dalam tiga bulan terakhir.
Toney pun optimistis bisa menjawab kepercayaan Southgate jika diturunkan pada dua laga pamungkas fase grup Liga Nasional Eropa 2022-2023. Selain menghadapi Italia, Inggris akan menjamu Jerman di Wembley, Selasa (27/9/2022).
Saya merasa memiliki kepercayaan diri penuh (untuk tampil membela Inggris). Saya belum pernah tampil di timnas kelompok umur, jadi langsung bermain untuk tim senior adalah sebuah penghargaan yang luar biasa.
”Saya merasa memiliki kepercayaan diri penuh (untuk tampil membela Inggris). Saya belum pernah tampil di timnas kelompok umur, jadi langsung bermain untuk tim senior adalah sebuah penghargaan yang luar biasa,” ujar Toney kepada BBC, Kamis (22/9/2022).
Ia menambahkan, dirinya berharap bisa mendapatkan menit bermain di dua laga Inggris. ”Saya akan berjuang dan bekerja keras ketika diberi kesempatan,” katanya.
Southgate mengungkapkan, Toney adalah salah satu pemain yang telah masuk dalam radarnya sejak musim lalu. Menurut Southgate, kemampuan Toney bukan sekadar mencetak gol, tetapi bisa pula membantu memulai serangan dan memiliki keunggulan pada bola-bola atas yang penting dalam situasi menyerang dan bertahan.
“Kami akan menjalani dua laga berkualitas tinggi yang menjadi tes penting bagi persiapan kami menuju Piala Dunia,” ucap Southgate dilansir laman Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Kurang efektif
Penampilan Inggris yang kurang maksimal di Liga Nasional Eropa amat terlihat dari minimnya efektivitas dalam memanfaatkan peluang. Meskipun mencatatkan rerata 11 tembakan per laga, skuad Tiga Singa hanya mampu menciptakan tiga tembakan tepat sasaran di setiap pertandingan.
Masalah utama Inggris mereka tidak bisa membongkar pertahanan tim-tim yang tampil bertahan, seperti Hungaria dan Italia. Pada dua laga melawan Hungaria, misalnya, Tiga Singa mengoleksi rata-rata 63,5 persen penguasaan bola dan mengkreasikan akumulasi 22 tembakan.
Hanya saja, penampilan superior itu tidak berjalan mulus. Inggris menelan dua kekalahan masing-masing dengan skor 0-1 ketika tampil tandang, lalu dilibas 0-4 di Wembley.
Hal serupa juga terjadi ketika mereka ditahan imbang tanpa gol oleh Italia pada duel pertama di Wembley. Catatan 12 gol dan 60 persen penguasaan bola terasa sia-sia karena Inggris gagal mencetak satu pun gol ke gawang Gianluigi Donnarumma, kiper Italia.
Demi membawa pulang hasil maksimal dari San Siro, pemain kreatif, seperti Jude Bellingham, Jack Grealish, Bukayo Saka, dan Raheem Sterling, tetap diandalkan Southgate. Selain itu, juru taktik berusia 52 tahun itu kembali memanggil Phil Foden, gelandang serang Manchester City, yang absen di empat laga Liga Nasional Eropa sebelumnya.
“Meskipun kami memiliki hasil yang mengecewakan di musim panas lalu, kami telah menunjukkan dasar permainan dan kemampuan yang penting bagi performa jangka panjang tim ini,” katanya.
Sementara itu, awan kelabu juga masih membayangi Italia. Setelah gagal menembus putaran final Qatar 2022, “Gli Azzurri” juga gagal tampil meyakinkan di empat laga Liga Nasional Eropa.
Italia memang masih punya peluang lolos ke babak semifinal karena hanya terpaut dua poin dari Hungaria di puncak klasemen. Tetapi, kekalahan telak 2-5 dari Jerman pada duel terakhir menunjukkan krisis belum bisa diatasi oleh Roberto Mancini.
Jelang laga melawan Inggris dan Hungaria, Mancini dipusingkan dengan kurang bugarnya pemain andalan, seperti Sandro Tonali, Marco Verratti, dan Lorenzo Pellegrini. Gli Azzurri juga kekurangan pemain depan berpengalaman karena hanya memiliki Ciro Immobile yang tersisa dari skuad utama Piala Eropa 2020 lalu.
“Hasil yang akan kami dapatkan di dua laga terakhir sangat berpengaruh bagi nasib kami di grup yang bisa membawa lolos ke semifinal atau justru terdegradasi. Kami akan berusaha memenangi pertandingan tersisa dengan mengandalkan pemain veteran dan beberapa pemain muda yang punya potensi besar,” ujar Mancini dilansir La Gazzetta dello Sport. (AFP)