Dominasi Kekuatan Tradisional Runtuh
Pekan ketujuh Liga Italia musim ini menjadi hari bersejarah karena empat kekuatan tradisional tumbang bersamaan. Hal itu membuat empat besar klasemen sementara dikuasai oleh tim ”kuda hitam”.
MILAN, SENIN — Pekan ketujuh Serie A Liga Italia 2022/2023 menjadi pekan yang membuktikan Serie A musim ini menuju arah yang lebih kompetitif. Empat kekuatan tradisional sepak bola ”Negeri Spageti” yang difavoritkan menjadi penghuni papan atas, bahkan juara musim ini, justru tumbang bersamaan. Empat besar klasemen sementara musim ini pun dikuasai oleh tim-tim yang dianggap ”kuda hitam”.
Empat kekuatan tradisional yang bertumbangan itu ialah Inter Milan kalah 1-3 dari tuan rumah Udinese, Juventus kalah 0-1 dari tuan rumah AC Monza, dan AS Roma kalah 0-1 dari tim tamu Atalanta pada Minggu (18/9/2022). Terakhir, AC Milan kalah 1-2 dari tim tamu Napoli pada Senin (19/9/2022) waktu Indonesia.
Baca juga: Bumerang Rotasi Inzaghi
Berdasarkan data lembaga statistik Opta, hasil itu mengulangi hari bersejarah yang terakhir terjadi pada pekan ke-19 Serie A 1954/1955, tepatnya 13 Februari 1955. Enam puluh tujuh tahun yang lalu, secara tragis Inter Milan kalah 0-2 dari tuan rumah SPAL, Juventus kalah 1-2 dari tuan rumah Lazio, AS Roma kalah 0-1 dari tuan rumah Genoa, dan AC Milan kalah 1-3 dari tim tamu Sampdoria.
Hasil itu membuat empat kekuatan tradisional tersebut terpental dari empat besar klasemen sementara musim ini. Dari masing-masing tujuh laga yang dijalani, AC Milan berada di urutan kelima dengan 14 poin, AS Roma di peringkat keenam dengan 13 poin, Inter Milan di tempat ketujuh dengan 12 poin, dan Juventus di tempat kedelapan dengan 10 poin.
Sebaliknya, empat besar dikuasai tim-tim yang di awal musim ini hanya dianggap sebagai ”kuda hitam”. Dari masing-masing tujuh laga yang dijalani, Napoli bertengger di puncak klasemen dengan 17 poin, Atalanta di urutan kedua dengan 17 poin, Udinese di peringkat ketiga dengan 16 poin, dan Lazio di tempat keempat dengan 14 poin.
Udinese boleh jadi yang paling menyita perhatian musim ini. Siapa sangka tim yang lebih banyak menghiasi papan tengah dan bawah Serie A dalam sembilan musim terakhir itu mampu tampil memukau di awal musim ini. Sebagai gambaran, ”Sang Zebra” Udine terakhir kali menembus empat besar klasemen akhir Serie A, yakni saat duduk di urutan ketiga Serie A 2011/2012. Musim lalu, mereka hanya menempati peringkat ke-12.
Baca juga: Serie A yang Jauh Lebih Kompetitif
”Kami telah tumbuh sebagai tim, dari pertandingan demi pertandingan. Itu adalah kinerja yang sangat intens dengan tim yang solid. Tim bertahan dengan baik, menciptakan banyak hal (peluang), dan pemain yang masuk dari bangku cadangan juga melakukan tugasnya dengan sangat baik,” kata Pelatih Udinese Andrea Sottil yang baru menjalani debut sebagai pelatih di Serie A, seperti dikutip Sky Sport Italia, seusai timnya menang atas Inter Milan.
Lahir juara baru
Fenomena itu menjadi sinyal bahwa tak menutup kemungkinan lahir juara baru Serie A musim ini. Pasca-Juventus mendominasi Serie A selama sembilan musim, yakni dari musim 2011/2012 hingga 2019/2020, dua tim asal kota Milan berganti menjadi jawara Serie A, yaitu Inter Milan pada 2020/2021 dan AC Milan pada 2021/2022.
Melihat sengitnya persaingan, bukan perkara gampang untuk AC Milan mempertahankan gelar scudetto atau juara Serie A. Kekalahan dari Napoli itu turut mengakhiri rekor tak terkalahkan ”Sang Setan” asal Milan dalam 22 laga Serie A terakhir sejak Januari 2022. Itu menjadi pertanda mereka memang harus bekerja keras untuk kembali menjadi penguasa Italia.
Ini perlombaan ’scudetto’ yang sulit karena semua tim sudah menjadi lebih kuat. Tetapi, kami akan terus mencoba berada di atas sana (papan atas klasemen) dan berjuang sampai akhir (untuk ’scudetto’).
”Ini perlombaan scudetto yang sulit karena semua tim sudah menjadi lebih kuat. Tetapi, kami akan terus mencoba berada di atas sana (papan atas klasemen) dan berjuang sampai akhir (untuk scudetto),” ujar gelandang AC Milan, Rade Krunic, dilansir Sky Sport Italia sehabis timnya kalah dari Napoli.
Baca juga: Romansa Roma Runtuh dalam Semalam
Dengan grafik menjanjikan di awal musim ini, Napoli pun lebih percaya diri mengarungi sisa musim ini. Asisten Pelatih Napoli Marco Domenichini kepada DAZN menuturkan, mereka terus mencoba melakukan yang terbaik setiap pekannya.
Akan tetapi, melihat musim yang masih panjang, ”Sang Keledai Kecil” belum berani sesumbar bisa merengkuh gelar juara musim ini. ”Perlahan-lahan, kita akan melihat apa yang akan terjadi. Kami adalah tim muda dengan banyak pemain baru. Masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan,” kata Domenichini.
Akan memakan korban
Terlepas dari itu, hasil buruk yang dialami sejumlah tim elite itu kemungkinan akan memakan korban pemecatan pelatih tim bersangkutan. Setidaknya, isu pemecatan Pelatih Inter Milan Simone Inzaghi dan Pelatih Juventus Max Allegri kian santer berembus.
Inter dan Juventus memang menjadi tim favorit juara yang performanya paling tidak memuaskan di awal musim ini. Dari tujuh laga Serie A terakhir, Inter memang menuai empat kemenangan, tetapi sisanya, ”Sang Ular Besar” mengalami tiga kekalahan. Adapun Juventus memang baru sekali menuai kekalahan, tetapi sisanya, ”Sang Nyonya Besar” hanya meraih dua kemenangan dan empat seri.
Baca juga: Tarian Rafael Leao Benamkan Inter Milan
Itu dinilai bukan hasil yang pantas untuk tim yang dituntut untuk menjadi juara musim ini. Tak heran, dikutip dari Football-Italia, kelompok pendukung garis keras yang disebut Ultras Inter beraksi keras terhadap pemain dan pelatih tim kesayangannya.
Memang belum ada tuntutan langsung agar Inzaghi mundur. Namun, itu mungkin terjadi kalau grafik Inter tak jua membaik. ”Ketika didekati dari sudut pandang umum, jauh lebih rumit daripada terburu-buru Inzaghi out. Tidak ada lagi toleransi. Pelatih pasti membuat kesalahan, tetapi tidak ada alibi untuk pemain yang egois. Setiap orang harus bertanggung jawab,” mengutip penggalan pernyataan Ultras Inter yang biasa berada di curva nord atau tribune utara Stadion San Siro, Milan, dalam akun Facebook mereka, Senin.
Dari Turin, para pendukung Juventus semakin sadis menyampaikan kebenciannya kepada Allegri. Mereka meminta pelatih yang pernah didepak oleh Juventus pada 2019 itu mundur dari jabatannya. ”Jika saya Allegri, saya akan tinggal di Monza dan tidak kembali ke Turin,” tulis pendukung Juventus dalam akun media sosialnya, seperti dilansir Football-Italia.
”Saya mengikuti tim ini sejak era (Luigi) Maifredi (pelatih Juventus 1990-1991), tetapi saya tidak pernah merasa malu seperti sekarang. Era dimulai dan berakhir, tetapi Anda (Allegri) setidaknya bisa turun takhta dengan sedikit martabat (mundur)! Tidak ada yang bisa menghindari kesalahan!” tulis pendukung lainnya.
Baca juga: ”Sang Dewi” dan ”Si Banteng” Berlomba Menjadi Kuda Hitam Serie A
Diuntungkan jeda internasional
Beruntung di tengah situasi sulit ini, ada jeda laga internasional sehingga Serie A baru dimulai kembali pada 1 Oktober mendatang. Waktu jeda sekitar 10 hari itu bisa dimanfaatkan oleh AC Milan, Inter Milan, AS Roma, dan Juventus untuk mengatur ulang strategi mereka.
Biasanya, seusai jeda internasional, peta persaingan turut berubah. Selain ada kesempatan untuk menyiapkan taktik berbeda, pelatih juga bisa memainkan kembali pemainnya yang mengalami cedera sebelum jeda internasional.
Beberapa pelatih memang mengeluhkan badai cedera yang dialami timnya. AS Roma, misalnya. ”Sang Serigala Ibu Kota” itu kehilangan enam pemain karena cedera, yakni penyerang Paulo Dybala dan Stephan El Shaarawy yang cedera otot, gelandang Georginio Wijnaldum cedera patah tulang kering, Ebrima Darboe cedera ACL, bek sayap Rick Karsdorp cedera tulang lutut, dan bek Marash Kumbulla cedera paha.
Nasib serupa dialami oleh Juventus. Mereka kehilangan delapan pemain karena cedera, yakni penyerang Kaio Jorge cedera tendon lutut, Federico Chiesa cedera ACL, Marley Ake cedera patah tulang pergelangan kaki, gelandang Adrien Rabiot cedera otot, Paul Pogba operasi lutut, Manuel Locatelli cedera yang belum diketahui, bek sayap Alex Sandro cedera otot, dan penjaga gawang Wojciech Szczesny cedera pergelangan kaki.
Baca juga: Juventus Tak Berkutik oleh Sampdoria, ”Fans” Minta Max Allegri Dipecat
Pascajeda internasional, AS Roma kemungkinan bisa menurunkan kembali Dybala, El Shaarawy, dan Kumbulla. Dari Juventus, Chiesa, Ake, Rabiot, Locatelli, dan Sandro kemungkinan telah pulih dan bisa merumput lagi. Dengan kekuatan terbaiknya, kekuatan tradisional, seperti AS Roma dan Juventus, bisa menjadi pengusik kenyamanan tim-tim ”kuda hitam” yang tengah berada di papan atas.
”Kami tidak pernah menyerah, musim masih panjang. Kami adalah Juventus,” ucap Pogba, yang diperkirakan pulih awal 2023 itu, mengambarkan bahwa timnya akan segera bangkit dari keterpurukan, seperti tertulis dalam akun Instagram pribadinya, Senin.