Nasib Juventus semakin buruk di musim ini seusai mencatatkan dua kekalahan beruntun di Liga Champions. Desakan agar Massimiliano Allegri pergi masif disuarakan pendukung. Namun, manajemen ”Si Nyonya Besar” masih bimbang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
TURIN, KAMIS — Akibat tumbang 1-2 dari Benfica pada laga kedua Grup C, Kamis (15/9/2022) dini hari WIB, di Arena Allianz, Turin, Juventus menciptakan rekor permulaan terburuk dalam petualangan mereka di Liga Champions Eropa. Nasib Massilimiliano Allegri, pelatih ”Si Nyonya Besar” pun mendekati titik akhir seiring kondisi ruang ganti yang tidak kondusif.
Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, para pemain baru Juve, seperti Angel Di Maria, Leandro Paredes, hingga Arkadiusz Milik, mempertanyakan pendekatan strategi bertahan yang diterapkan Allegri saat melawan Benfica. Padahal, Juve menargetkan tiga poin pada laga itu untuk menjaga peluang lolos ke babak 16 besar.
Statistik pertandingan memperlihatkan Benfica lebih superior ketimbang tim tuan rumah dengan catatan 57 persen penguasaan bola berbanding 43 persen. Selain itu, Benfica, yang mencetak gol kemenangan melalui sumbangan gol Joao Mario dan David Neres, mengkreasi 20 tembakan.
Adapun Juve hanya menghasilkan 11 tembakan. Si Nyonya Besar unggul lewat gol Milik dari tembakan pertama di laga itu pada menit keempat.
Puncaknya, ketika Di Maria menghampiri Milik di tengah lapangan setelah laga berakhir. Ia bertanya kepada Milik tentang keputusan Allegri menarik Milik pada menit ke-70.
Selain Di Maria, Paredes pun langsung masuk ke ruang ganti setelah peluit akhir laga. Ia tidak ikut ritual keliling lapangan untuk membalas dukungan suporter bersama rekan setim.
Pergantian Milik itu dilakukan Allegri saat Juve tertinggal 1-2. Ketika butuh tambahan pemain depan untuk membongkar pertahanan duta Portugal itu, juru taktik berusia 55 tahun itu justru mengganti bomber asal Polandia itu dengan gelandang muda, Nicolo Fagioli.
Karena pergantian itu, Si Nyonya Besar mengurangi jumlah pemain di kotak penalti ”Si Elang”, julukan Benfica. Hanya Dusan Vlahovic yang berjuang sendiri untuk mengejar defisit satu gol.
Taktik Allegri itu berbuah kekalahan kedua untuk Juve di Grup G. Hasil itu akan menyulitkan Juve untuk bisa bersaing dengan Paris Saint-Germain dan Benfica, yang sama-sama sudah mengemas enam poin.
Terkait dengan keputusan menarik Milik, Allegri berkilah karena ia butuh tambahan gelandang untuk menjaga keseimbangan serta kondisi Milik yang mulai kelelahan. Allegri mengakui kekalahan dari Benfica membuat suasana tim semakin tidak kondusif, tetapi ia enggan mengundurkan diri.
”Saya bagian dari solusi untuk menyelesaikan masalah tim saat ini. Saya harus menemukan jalan keluar agar tim segera bangkit,” ujar Allegri seusai laga.
Alessandro Del Piero, legenda Juve, menilai, Allegri tidak mudah untuk menemukan solusi di dalam skuad Si Nyonya Besar. Selain soal taktik, Allegri juga perlu mengembalikan suasana positif di ruang ganti.
Saya bagian dari solusi untuk menyelesaikan masalah tim saat ini. Saya harus menemukan jalan keluar agar tim segera bangkit.
”Juve harus melakukan konfrontasi internal untuk memahami isu jangka pendek dan panjang yang mengganggu performa. Dari sisi permainan, Juve punya masalah nyata dalam menciptakan peluang dan mempertahankan intensitas permainan selama 90 menit,” ucap Del Piero kepada Sky Sport Italia.
Kecaman suporter
Tidak hanya sebagian pemain yang mulai tidak nyaman dengan Allegri, sekitar 32.000 pendukung Juve yang hadir langsung di tribune pada laga itu juga menyerukan #AllegriOut atas ketidakpuasan mereka terhadap performa Juve di awal musim 2022-2023.
Suporter Juve juga menyoraki performa tim kesayangannya di mayoritas waktu di babak kedua. Ketika bola dikuasai pemain Juve, yang lebih sering hanya melakukan operan di zona pertahanan sendiri, siulan pendukung amat terdengar.
”Dengan penampilan yang kami tunjukkan dalam beberapa laga terakhir, kami pantas mendapatkan (siulan) itu. Kami harus bekerja keras dan bersatu untuk kembali ke tren positif,” kata Leonardo Bonucci, kapten dan bek tengah Juve.
Bonucci sebagai pemain paling senior di skuad Juve saat ini memahami Si Nyonya Besar telah kehilangan mentalitas pemenang. Hanya meraih dua kemenangan dalam delapan laga perdana musim ini menunjukkan ada yang salah pada performa pemilik dua gelar Liga Champions itu. Bahkan, pada empat laga terakhir, Juve hanya bisa seri dua kali serta menelan dua kekalahan.
Performa Juve itu membuat para pendukung geram dan memilih tidak lagi membeli tiket laga kandang Juve. Di musim ini, Arena Allianz hanya terisi rata-rata 34.817 penonton atau 84 persen dari kapasitas tribune. Nilai itu adalah rerata penonton terendah sejak Arena Allianz diresmikan pada September 2011.
Desakan pemecatan
Sejumlah media Italia menganggap Juve pantas memecat Allegri. Tuttosport, koran olahraga berbasis di Turin, misalnya, menulis laporan utama edisi Kamis kemarin, ”Juve, Sudah Cukup!”, yang menguraikan saat ini adalah waktu yang tepat untuk berpisah dengan Allegri.
Di Twitter wilayah Italia, tagar #AllegriOut menjadi topik yang paling dibicarakan, Kamis. Sekitar 21.000 cuitan membahas tagar itu.
Namun, harapan kehadiran pelatih baru di Juve masih jauh panggang dari api. Presiden Juventus Andrea Agnelli, yang merupakan perwakilan pemilik klub, lebih mengedepankan pendekatan kolektif kolegial dengan dewan direksi klub untuk menentukan keputusan penting, salah satunya pemecatan dan penunjukan pelatih.
Menurut Luca Momblamo, pakar Liga Italia, kepada Calciomercato.com, manajemen Si Nyonya Besar terbelah terkait nasib Allegri. Agnelli ingin memulai era baru dengan pelatih anyar, sedangkan Pavel Nedved (wakil presiden) dan Maurizio Arrivabene (CEO) masih memiliki kesabaran untuk pelatih yang memberikan lima scudetto di periode pertamanya melatih Juve.
”Situasi di Juve amat sulit. Tidak hanya perpecahan di ruang ganti, tetapi ada perbedaan mencolok (tentang nasib Allegri) di manajemen,” kata Momblamo.
Nama Thomas Tuchel dan Zinedine Zidane masuk dalam bursa sebagai calon pengganti Allegri. Namun, seperti dilansir Sportmediaset, Juve mulai mengamati situasi Roberto De Zerbi sebagai pengganti.
De Zerbi mulai dikenal karena tangan dinginnya menangani Sassuolo. Ia tengah menganggur setelah memutus kontraknya dengan Shakhtar Donetsk, Juli 2022. (REUTERS)